"Entahlah, Lang. Kepalaku terasa berputar-putar, rasanya ingin pecah," sahut Joon tanpa menoleh. Ia masih meletakkan kepalanya di meja. Sepertinya kejadian waktu ia dicekik semalam bukan hanya sekedar mimpi. Ia mengingat itu dan menggigil ketakutan.
"Mau kuantar ke ruang kesehatan?" tawar Gilang.
"Nggak usah, Lang. Aku tak ingin ketinggalan pelajaran terlalu jauh. Bisa-bisa aku nggak naik kelas nanti," ucap Joon.
Dengan langkah anggun, sesosok perempuan memasuki kelas Joon.
"Selamat pagi, Semuanya! Jangan buat gaduh! Kembali ke bangku kalian masing-masing!" perintah perempuan itu.
"Baiklah, kita awali pagi ini dengan absen dulu!" ucap sosok perempuan itu.
"Reiji Pradhika?"
"Hadir!"
"Eric Yudhistira?"
"Hadir!"
"Joseph Zeng?"
"Hadir!"
"Kim Ryushin?"
"Hadir!"
"Arjuna Raizaski?"
Hening.
"Arjuna Raizaski?"
Nama Joon dipanggil sekali lagi.
"Hoi, namamu dipanggil, Joon!" bisik Gilang sambil menoleh ke belakang, bangku kawannya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com