"Sudah kukunci, hhhh ... pelayan takkan ada yang naik ke atas," katanya.
Aku berupaya menghentikan kocokan pada penisku yang sudah menggantung. Tadinya lemas, tapi kini mengeras. Walhasil celana dalamku yang baru melorot selutut basah saat aku muncrat keluar. "AHH! Mmh ...." desahku sambil menatap kelap-kelip lampu kota. Aku tahu keramaian orang di bawah takkan tahu kami melakukan seks karena dinding rooftop cukup tinggi. Sekitar lantai sepinggang berupa bata, tapi perut ke dada bahannya dari kaca tebal. Karena itu, dia aman menggempurku separuh telanjang dalam posisi berdiri sekali pun—tapi tetap saja kan—
Manik mataku tidak bisa tak berkaca-kaca setiap kali diajak seks outdoor. Karena aku takut ada apa-apa. Mungkin karena pola pikirku –yang lahir di desa— tidak seliberal dirinya. Kelopakku pasti meneteskan air mata kepanikan, walau dadaku berdebar mau.
"Phi Mike, masih lamakah—hh ...."
"Hm?"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com