"Sekarang kamu marah padaku?"
Langkah kaki Varell terhenti tepat sebelum ia menyentuh gagang pintu.
"Aku tahu kamu mengkhawatirkan keadaanku. Tapi tidak bisakah aku menjadi egois sekali saja? Sekali saja, setidaknya jika aku pergi dari dunia ini, aku sudah merasakan tidak hanya perasaan bahagia ketika di cintai tapi juga perasaan bahagia ketika dapat mewujudkan impian ku."
"Apa yang kamu bicarakan?" Tanya Varel, tangannya mengepal dengar erat kini, lidahnya keluh, matanya perih menahan air matanya yang mendesak keluar.
Setelah sekian lama, begitu lama pembicaraan ini tidak pernah lagi dibahas oleh mereka dan tiba-tiba saja Mia mengatakan hal seperti itu jelas hati Varell terasa tersayat saat ini.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com