"Jederrr ..." suara nyaring guntur diiringi suara hujan. Membuat Hana terbangun. Kiki yang terkejut mendekati Hana.
Hujan ...
Jadi nggak bisa jalan-jalan di luar.
"Noona ... Paling enak makan pajeon hangat-hangat kalau lagi hujan" kata Jung Kook yang melihat Hana sudah membuka matanya.
"Sebentar ..." Hana meregangkan dirinya sebentar. Ia kemudian menuju ke koper. Hana membukanya. Ia mengambil adonan tepung pajeon siap pakai.
"Kookie ... Ini ..." Hana memberikan sekantong tepung. Hal itu berarti Jung Kook yang harus masak.
Untung Noona punya koper Doraemon.
Semua ada di sana. Alat tulis ada. Bahkan Staples, isolasi juga Hana bawa. Keperluan menjahit juga ada. Benang, jarum, gunting, kancing. Payung? Sudah jadi barang wajib yang harus Hana bawa kemana-mana.
Koper Doraemon Hana memang berisi banyak hal. Tapi koper Hana juga benar-benar bergambar Doraemon, karakter kucing dari masa depan yang mempunyai kantung ajaib berisi berbagai macam benda.
"Noona masih ngantuk?" Jung Kook bertanya pada Hana.
Hana menganggukkan kepalanya. Ia masih belum 100% sadar.
Jung Kook mulai menambahkan air di tepung pajeon. Lalu menambahkan kimchi.
Jung Kook mulai mengambil satu sendok besar adonan dan memasaknya di panci elektrik.
Harum pajeon mulai menyeruak. Pajeon yang matang, Jung Kook taruh di piring.
Hana mulai bangkit menuju pajeon yang sudah matang. Ia mengambil sepotong pajeon dengan sumpit dan meniupnya.
"Huuh ... Huuh ..." Kiki membantu Hana meniup pajeon yang masih panas.
Hana mencobanya terlebih dahulu untuk mengetes rasanya. Apakah pedas atau tidak.
Tidak terlalu pedas.
Jung Kook tadi sengaja membilas kimchi supaya Kiki bisa ikut makan.
Hana memberi sepotong pajeon ke Kiki. Ia kemudian menyuapi Jung Kook.
Pajeon pun berakhir di perut mereka bertiga.
"Kookie ... Aku pengen ..."
"Noona ... Kiki masih bangun" Jung Kook mengingatkan.
"Memangnya kenapa?"
"Kiki masih kecil. Masa dia melihat tayangan 'live' kita?"
"Maksudnya?"
"Nanti aja kalau Kiki tidur"
"Kookie ... Pikiranmu ..."
"Aku itu bukan pengen yang 'itu'"
"Aku pengen pajeon lagi"
"Aku masih lapar"
Oalah, Noona ...
Aku sangka kita akan melakukannya sekarang.
Jung Kook merasa malu. Ia mulai membuat pajeon lagi. Ia sebenarnya juga masih lapar.
"Tapi dingin-dingin begini"
"Aku butuh yang hangat-hangat"
Pelukan hangatku?
"Noona ... Tahan ..."
"Kiki masih bangun"
"Tunggu Kiki tidur"
"Kookie ... Apa lagi yang kau pikirkan?"
"Maksud Noona?"
"Aku mau teh hangat"
Noona ...
Kalau ngomong yang jelas.
Aku jadi berpikir yang bukan-bukan lagi.
Jung Kook membuat teh hangat untuk Hana di sela-sela memasak pajeon.
Jung Kook menyodorkan teh hangat ke Hana.
"Appa baik, ya" Hana mengelus-elus perutnya.
Kenapa Noona mengelus-elus perutnya?
Jangan-jangan Noona ...
Hamil?
"Noona ..."
"Kenapa Noona mengelus-elus perut Noona?"
"Apa jangan-jangan ada adik Kiki?"
"Nggak"
"Belum ada"
"Perutku agak sakit"
"Apa aku kebanyakan makan?"
Jung Kook mengambil minyak angin untuk Hana.
Pajeon kloter kedua jadi. Hana yang masih lapar, memakan pajeon lagi.
Noona ...
Nafsu makanmu semakin besar.
Bagaimana kalau Noona hamil nanti?
Bisa-bisa badan Noona yang bertambah besar bukan adik Kiki.
"Kookie ... Hujan sudah reda"
"Aku mau jalan keluar"
"Aku ikut"
Hana, Jung Kook dan Kiki keluar dari rumah terapung. Menghirup petrichor, aroma khas setelah hujan.
Kiki menginjak-injak genangan air. Hana hanya membiarkan Kiki menikmati kebahagiaan kecilnya. Toh sebentar lagi juga Kiki mandi.
Jung Kook menggenggam erat jari-jari Hana. Jari-jari mereka bertautan.
"Noona ... Lihat ada pelangi 🌈" Jung Kook menunjuk ke arah langit.
Hana melihat ke atas. Melihat Hana yang berpaling ke atas, Jung Kook dengan cepat mencium pipi Hana.