Riv mengerutkan keningnya saat mendengar suara berisik. Setelah makan Riv tidur kembali karena tidur sehabis makan itu nikmat, namun Riv selalu menyesali itu karena bisa membuat perutnya begah.
Suara berisik itu kian lama malah semakin kencang yang tentu saja mengganggu tidur Riv. Ingin bangun tetapi dirinya masih sangat mengantuk, tidak bangun tetapi tidurnya tidak lagi nyenyak. Serba salah jadinya.
"Mom, bangunin aja itu Riv nya. Kalau gak dibangunin ya sampai nanti gitu terus," Riv ingat suara ini walaupun kesadarannya belum terkumpul penuh. Ini suara Pra, jelas sekali. Apalagi panggilan 'Mom' itu, hanya Pra yang memanggil mamanya begitu.
"Iya ya Pra? Ck anak ini emang sengaja deh kayaknya," ucap Mama Riv namun Riv belum merasakan tangan mamanya menyentuk bagian tubuhnya.
"Wah jelas iya Mom. Udah pasti ni anak mencari kesempatan," ujar Pra mengimpori Mama Riv seraya tertawa.
"Apa lo bilang?!" Riv langsung bangun dan memelototi Pra yang berdiri di belakang mamanya.
"Nah kan bangun juga. Emang sengaja kamu deh Riv," kata Mama Riv lalu mencubit pelan paha Riv. Biarkata pelan namun sakitnya minta ampun dah.
"Emang gitu Riv nya Tante," lanjut Pra lalu memeletkan lidahnya saat Riv bertambah melotot.
"Ngapain lo pagi-pagi udah stand by di sini aja?" Tanya Riv setelah mamanya pamit untuk membeli sarapan. Sekarang hanya tinggal Pra dan Riv sendiri.
Mamanya tadi sudah menginformasikan jika Papa Riv dan Samudera mampir ke rumah sakit namun dipaksa Mamanya untuk pergi ke kantor saja. Entah apa yang ada dipikiran Mamanya.
"Gimana sih lo? Sebagai sahabat yang baik gue harus selalu dampingi lo kan? Nah, ciwi-ciwi tadi chat gue kalau nanti pada mau main ke rumah lo ya sekalian aja gue ngikut," jelas Pra lalu mengambil jeruk dan mengupasnya.
"Suka banget sih lo ngikut ciwi-ciwi gue. Lagian lo nanti cowok sendiri," jawab Riv lalu membuka mulutnya siap menerima jeruk kupasan dari Pra.
"Kenapa?" Tanya Pra menaikkan sebelah alisnya lalu tanpa tedeng aling-aling memasukkan jeruk ke dalam mulutnya, memakannya sendiri dan membiarkan Riv mangap tidak jelas.
"Inginku berkata kasar," jawab Riv seraya mengelus dadanya agar sabar menghadapi kelakuan sahabat laki-lakinya ini.
"Oh iya, nanti gue nebeng dong. Gue gak bawa mobil," baru saja membuat Riv kesal namun sekarang Pra malah meminta tebengan padanya.
Riv mengerutkan keningnya bingung. Jika tidak ada papa dan kakaknya jadi siapa yang mengantarkannya pulang?
"Wait, jadi nanti yang nganterin gue pulang siapa dong?" Tanya Riv dengan bingung. Mamanya tidak membahas apapun tentang ini tadi.
"Lah mana gue tau, gue kan ikan!" Jawab Pra asal yang dihadiahi cubitan di tangannya.
"Pergi deh lo! Buat kepala tambah pusing aja," usir Riv mengkibas-kibaskan tanganya tanda mengusir.
"Jangan dong. Gak kasian apa sama gue yang jauh-jauh kesini?" Tanya Pra memelas yang dijawab Riv hanya dengan gelengan kepala tanpa makna.
"Kapan sih lo warasnya? Untung aja gue pernah suka," ucap Riv namun tentu saja untuk kata terakhir Riv hanya mengucapkan dengan pelan, amat pelan.
"Apaan Riv? Lo pernah suka gue?" Tanya Pra sembari menaikturunkan alisnya dengan menggoda apalagi saat melihat pipi Riv yang sudah sangat memerah.
"Apaan sih lo?! Idiw, gak banget deh suka sama orang kayak lo!" Bantah Riv namun pipinya malah bertambah merah.
"Pantesan aja, waktu kita masih kecil lo sering ngintilin gue kemana-mana," ternyata Pra tidak menyerah untuk menggoda Riv yang sudah memerah.
"Apasih Pra?" Kesal Riv saat Pra menarik pipinya dengan keras. Dikira tidak sakit apa?!
"Pantesan aja nyuruh ngejar-ngejar," lanjut Pra kembali, tidak mau kalah.
Baru saja Riv akan membalas ucapan Pra namun suara sang mama kontan menghentikannya dan membuat dirinya menegang seketika saat sadar siapa yang ditegur sang mama.
"Loh, Dan ngapain cuma berdiri di situ?"
Riv langsung berdiri tegak dan mengalihkan pandangannya kearah Dan yang berdiri diam di pintu. Riv lihat Dan tersenyum tipis lalu menyalami mamanya. Sementara Pra tampak tenang-tenang saja.
Lalu Mama Riv menggandeng tangan Dan memasuki kamar rawat dan menyuruh Dan untuk duduk di sofa yang ada di dalam kamar.
"Pra, udah makan belum?" Tanya Mama Riv sambil mengeluarkan kotak nasi dari kresek.
"Belum sih Mom. Pra tau kok pasti Mom nyuruh Pra makan di sini jadinya ya sengaja belum makan," ucap Pra yang mengundang dengusan keras dari Riv.
"Sok manis," gumam Riv pelan namun tak cukup pelan karena seluruh orang yang berada di dalam ruangan tersebut mendengarnya.
"Eh, anak gadis gak boleh gitu!" Tegur Mama Riv membuat Riv mengerucutkan bibirnya. Sebenarnya anak mamanya siapa si? Riv selalu saja disalahkan! Sebal kan Riv jadinya .
"Lah, emang gue manis kan?" Tanya Pra pada Riv.
"Manis. Sampai eneg rasanya," jawab Riv yang lagi-lagi ditegur mamanya, Pra malah tertawa sedangkan Dan diam saja. Mungkin Dan sedang sariawan.
"Dan, sarapan dulu," tawar Mama Riv kepada Dan.
"Tadi sudah sarapan sama Bintang Ma," jawab Dan sopan.
"Loh, kok cepet banget sampai sininya lagi? Kamu belum sarapan kan?"
"Maaf Ma. Saya memang sudah sarapan sama Bintang tadi,"
"Sarapan sama apa kamu? Kopi?"
Riv langsung melirik kearah Dan yang hanya terdiam. Mungkin tebakan mamanya benar. Huh, kenapa Riv merasa ada sesuatu dalam diri Dan, sesuatu yang dinamakan luka.
Walaupun Dan yang beberapa hari ini Riv kenal bersikap datar dan dingin namun Riv malah merasa Dan memiliki luka menganga entah karena apa. Mungkin karena istrinya, pasalnya Riv tidak pernah bertemu dengan wanita tersebut.
Lalu Riv mendengus saat melihat Pra yang menikmati makanannya padahal dua orang di sebelahnya sedang berbicara dengan keras. Pra yang masa bodoh memang menyebalkan.
"Yasudah kalau tidak mau sarapan," ucap Mama Riv lembut lalu mengubah intonasinya saat berbicara dengan Riv, "Sini, makan dulu kamu."
Riv berjalan kearah mamanya lalu memilih duduk di samping Pra yang langsung menggeserkan duduknya memberi tempat untuk Riv.
Saat Riv mengambil makanannya sendiri, sedangkan Pra tadi saja diambilkan mamanya. Dan dibujuk dengan suara yang lembut sedangkan Riv diperintah dan dibiarkan mengambil makanannya sendiri. Uwaa, super sekali.
"Aduh, lupa lagi ada meeting sama pegawai cafe," kata Pra sambil meringis setelah mengecek ponselnya.
"Kamu ini Pra. Udah habis itu makanannya?" Tanya Mama Riv.
"Udah dong Mom," jawab Pra lalu memasukkan wadah kotornya ke plastik.
"Pamit dulu Mom, Om. Makasih makanannya Mom," pamit Pra lalu menyalami tangan Mama Riv dan menjabat tangan Dan singkat.
"Sama-sama Pra," jawab Mama Riv menepuk bahu Pra singkat.
"Get well soon jelek," pamit Pra pada Riv namun juga mengejek Riv. Memang dasar Pra menyebalkan.
Setelah Pra pergi dari kamar rawat Riv, keadaan langsung sunyi. Mamanya juga hanya diam saja, begitupula Dan dan Riv.
"Mama mau ke kamar mandi dulu deh," ucapan Mama Riv dan langsung pergi ke kamar mandi luar tentu mengagetkan Riv. Dirinya akan kembali berdua saja dengan Dan.
Ruangan kembali disergap sunyi, sunyi yang sungguh tidak mengenakkan. Dirinya sedang makan sedangkan Dan hanya diam tanpa berkata-kata. Sebenarnya Riv kasian jika Dan memang belum makan tapi Riv benar-benar tidak mengerti bagaimana cara berkomunikasi dengan Dan tanpa menyebabkan dirinya kesal.
Kasih
Enggak
Kasih
Enggak
Namun pada akhirnya Riv tidak menawarkan makan pada Dan. Bila Dan sakit juga bukan salahnya. Dan mereka kembali disergap sunyi, sunyi yang terasa menegangkan.
TBC