webnovel

Nyonya Jomblo Mencari Cinta

Riv belum menemukan manfaat dari berpacaran itu apa. Alasannya simpel, karena Riv sendiri belum pernah berpacaran. Belum pernah berpacaran bukan berarti hidup kamu ngenes, NO! Riv sangat bahagia dengan statusnya itu. Namun semuanya berubah, saat semua temannya sudah memiliki pacar dan sering mengejeknya. Bahkan memberikannya julukan Nyonya Jomblo. Dari sanalah petualangan Riv dimulai, Sang Nyonya Jomblo yang mencari cinta

Fara_Dita · Adolescente
Classificações insuficientes
82 Chs

Berusaha Lebih Baik, Karena Ada Makanan

"Wah wah wah, anak Mama baik banget deh," Rivera mengalihkan pandangannya ke arah sang mama. Sudah belasan jam dan mamanya baru datang kemari, ck ck ck.

Rivera meletakkan buah yang telah dipotong tadi ke lemari lalu memilih duduk bersama papanya. Sedangkan mama Riv tentu langsung mendekati Dan.

"Bintang udah mandi, udah ngerjain pr. Kamu gak usah khawatir ya," ucap Mama Riv yang berbicara lembut kepada Dan.

"Makasih Ma," kata Dan seraya tersenyum tipis. Lalu Dan melirik kearah Riv sekilas, Riv sadar itu.

Ah iya, Riv hampir lupa sesuatu. Obat Dan! Riv harus segera mencari tahu kegunaan obat tersebut sebelum otaknya melupakan nama obat Dan. Karena besok kuliah, bisa dipastikan Riv tidak harus menunggu Dan di sini. Yah, semoga saja.

"Tadi mama udah ketemu dokter, katanya kamu harus rawat di sini dulu tiga harian baru boleh pulang," ucap Mama Riv yang sekarang sedang berjalan kearah papanya.

"Biar Samudera yang jagain di sini kalau malam, nanti siangnya biar Riv aja. Riv mau kan?" Tanya Mama Riv.

Riv mengeluh dalam hati, ingin rasanya menolak tetapi tatapan mamanya sangat super sekali mana berani Riv menolak kalau begitu.

"Gampang itu mah," gampang-gampang my eyes, ini namanya menambah pekerjaan saja. Bukan hanya mengurusi tugas yang banyaknya minta ampun tetapi juga mengurusi bayi besar.

"Nah gitu dong," kata Mama Riv seraya tersenyum lebar.

"Oh iya, karena Bintang gak boleh deket-deket dulu nanti biar mama aja yang rawat ya Dan. Udah lama banget pengen nimang cucu," pinta Mama Riv sedangkan Dan hanya menganggukkan kepalanya setuju.

Riv? Riv tadi sedang minum, mendengar penuturan mamanya membuat Riv kontan tersedak. Papanya hanya tertawa tanpa membantu sama sekali.

"Ngapain kamu?" Tanya Mama Riv dengan sinis. Hiih, dasar emak-emak.

"Kesedek Ma, lagian sih mama ngomong cucu-cucu Riv jadi kaget kan!" Omel Riv.

"Lah ngapain kamu sampai kesedak gitu? Mama kan pengin nimang cucu dari Samudera dulu, bukan dari kamu dulu,"

"Yeu, siapa juga yang mau nikah muda terus ngasih mama cucu. Lagian ya, Kak Sam juga belum ada tanda-tanda mau ngenalin cewek,"

"Kata siapa? Samudera itu udah ngenalin ceweknya ya walaupun belum secara live. Makanya kamu yang peka, suka banget jadi jomblo. Heran deh mama,"

"Riv gak suka tau jadi jomblo. Ngapain punya pacar? Kan ada Pra yang bisa jadi sahabat bisa jadi pacar," Riv capek jika terus meladeni mamanya yang tidak mau kalah itu. Untung walaupun cerewet, mamanya tidak jahat seperti ibu tiri Cinderella. Riv tidak mau dipanggil Cindrelela alias Cinderella lokal.

"Udah dong Ma, kok malah jadi berantem sama anaknya," ucap Papa Riv melerai. Mama memberikan tatapan mautnya kepada sang papa namun Riv memberikan love sign dengan tangannya.

"Udah makan belum? Nih!"

Riv menatap paper bag yang diserahkan papanya dengan mata berbinar. Dirinya tidak perlu lagi makan makanan rumah sakit yang rasanya hambar. Tentu daging dengan banyak bumbu yang pedas lebih menggoda.

"Belum dong. Ih sayang deh sama Papa," ucap Riv memberikan papanya senyuman maut. Ada makanan, semuanya beres deh.

Selagi dirinya makan, papa dan mamanya mengobrol dengan Dan. Entah apa yang diobrolkan Riv tidak peduli, lagian juga tidak ada untung-ruginya terhadap dirinya. Yang pasti rendang di hadapannya tidak bisa diabaikan.

Nasi padang memang sangat nikmat, apalagi rendang dicampur dengan sambal ijo yang masih kasar—diulek kasar— minumnya es jeruk, wah mantap.

"Malam," sapa seseorang di pintu.

Riv tahu dari suaranya itu Kevin. Tapi Riv lebih tertarik dengan bau yang berasal dari kresek bawaan Kevin, baunya seperti...

"Malam om, tante, saya bawa martabak manis hehehe,"

MARTABAK!

Wah, kalau menjaga Dan diberi makanan enak terus ya Riv tidak nolak. Dilihat dari wadahnya sih dari tempat langganan Riv, pasti enak dijadikan dessert.

"Wah, tau aja kamu kalau tante pengin banget makan martabak manis," puji Mama Riv.

Persamaan antara Riv dan Mama Riv; tidak bisa menolak makanan apalagi martabak manis. Setidaknya Riv punya kesamaan lah dengan mamanya dan kalau ada makanan begini membuat keduanya akur, inilah the power of food.

"Rasa apa tuh Ma?" Tanya Rivera mengintip martabak manis yang sedang dibawa mamanya. "Wah, kesukaan Riv banget ini mah!" Seru Riv dengan semangat.

"Habisin dulu makanan kamu. Nanti baru makan ini," tunjuk Mama Riv pada Nasi Padangnya yang tinggal seperempat.

Riv buru-buru menghabiskan Nasi Padangnya, seolah tidak punya rasa kenyang Riv segera mengambil martabak manis yang sekarang di pegang Dan.

"Om, kasih dong!" Pinta Riv menyentuh tangan Dan sedikit dengan jarinya.

"Makan yang banyak," ucap Dan menyerahkan kotak martabak. Riv tentu saja senang, walaupun sudah makan satu porsi Nasi Padang, Riv masih sanggup kok menghabiskan satu kotak martabak manis.

"Enak?" Tanya Dan yang mungkin heran dengan porsi makan Riv yang tidak sedikit—banyak malah, anggap saja begitu.

"Gak usah ditanya. Om harus merasakan gimana nikmatnya makan martabak sambil membayangkan santai-santai di Hawai. Beuh mantap," Ucap Riv. Beri saja Riv makanan, pasti moodnya langsung naik. Tadi saja Dan membuat Riv kesal eh sekarang Riv sudah bahagia lagi—karena Dan lagi.

"Begitu?"

"Ya begitulah,"

"Saya tadi lihat anak perempuan ngamuk-ngamuk," kata Dan. Riv tentu tahu siapa yang dimaksud tetapi Riv tidak ambil pusing.

"Terus?"

"Banting pintu,"

"Oh ya? Tadi aku lihat ada Om-om ngamuk. Masa aku mau makan gak boleh,"

"Terus?"

"Ya aku jadi ikutan kesel dong. Emang dia doang yang boleh kesel?!"

"Begitu?"

"Iya! Asal Om tau, orangnya itu ya Om!" Beritahu Riv lalu memasukkan martabak ke mulutnya.

"Om gak mau martabak lagi? Enak loh!" Tawar Riv. Tidak enak juga kalau tidak menawarkan pada Dan, walaupun yang beli Kevin tapi Riv tahu jika yang meminta martabak itu Dan. Bagaimana Riv tahu? Lah tadi Dan minta ditelponkan Kevin.

Dan membuka mulutnya, Riv ragu. Apa harus dia yang memasukkan martabaknya ke mulut Dan. Ada mama dan papanya lagi, mau dikata apa coba Riv nanti. Riv masih berpikir saat mendengar teguran dari mamanya.

"Mau kamu buat mulut Dan kering karena mangap terus?" Tanya Mam Riv yang kontan membuat Riv menyuapi Dan dengan sepotong martabak manis.

"Kamu kira mulut saya selebar buaya?" Tanya Dan setelah mengunyah martabaknya.

Riv meringis menyadari kesalahannya, sepotong martabak itu besar, bisa-bisanya Riv menjejalkannya ke mulut Dan. Untung Dan tidak marah, bisa bahaya kalau Dan marah.

"Ya maaf deh Om. Lagian Mama sih ngagetin," ucap Riv dengan lirih supaya mamanya tidak mendengar.

"Dasar anak nakal," ucap Dan seraya menyentil kening Riv dengan pelan, amat pelan.

Dasar anak nakal

Dasar anak nakal

Dasar anak nakal.

Seperti pernah mendengar? Namun di mana? Oh iya, kan sering ada di film tuh. Mhuehehehe, jangan tampuk Riv. Riv cuma bercanda kok.

TBC