webnovel

NODA GELAP

Gubahan_Z05 · Urbano
Classificações insuficientes
16 Chs

Paham

Dengan perlahan dan lembut, bagai sebuah mimpi yang tiada mampu menafsirkannya, setelah Nazma menangkap sebuah nama seraya langsung ia renungkan saat kegelapan kaki langit melingkupi kedua bola matanya yang memancarkan kerlip cahaya kebenaran-kebenaran lama yang memesona meski tersamarkan.

Sekilas Kelv menghela napas panjangnya setelah kata-kata haru itu telah usai dari dalam telinganya, berusaha menghentikan siksaan dalam dada seperti sebuah gigitan yang merindukan kasih sayang. Adakalanya ia juga merasa bahwa hidupmu dan hidupku tak jauh berbeda selayaknya mahkluk rapuh yang berdosa, terjebak dalam jeruji nestapa, dan yang paling kita harapkan adalah sebuah kebebasan dimana burung burung bisa senantiasa mengepakkan sayapnya terbang hingga ke angkasa, menikmati keindahan awan, dan langit tinggi tanpa batas yang membentangkan keagungan dari harapan-harapan belaian rahmat dari Tuhannya. Sekali lagi kita sama Nazma, aku juga makhluk yang berdosa. Suara derit engsel yang kau seret seorang lelaki muda keluar pintu, tidak akan mematahkan segala hajat permohonannya untuk senantiasa membawa mu pulang.

Biarkan matanya seakan nanar dibanjiri oleh air mata yang jatuh merenungkan seluruh dosa-dosanya kelam, menggayuh kepahitan, kegilaan, hasrat yang melekat dalam ingatan kian telah lama memisahkan impian indahnya dari kenyataan. Terdengar seperti rintihan angin kala suaranya mendesing, berbisik mengiringi isak tangis duka lara dari curahan gemuruh sang hujan yang mengerikan. Sekecil apapun hujan itu jatuh, atau selemah apapun buliran-buliran air yang menghajar permukaan sekeras batu. Mereka tetap terlena menatapnya bagai bunga yang layu, diantara luasnya hamparan arsy yang melingkupi langit dan bumi.

Malam ini dan nanti, kiranya Kelv kembali dari kelamnya hitam, walau hari ini tangan-tangannya kosong namun dipenuhi oleh kasih sayang kemanusiaan. Jangan sampai hidup sang jiwa malang kembali melingkupi getir kesendirian dibawah pengawasan Sang malaikat yang bertugas menjaga malam. Dan biarkan orang yang sama-sama merasakan bagaimana kesendirian itu yang seharusnya hadir menemaninya hingga terbangun dari alas tidurnya. Sudi atau kiranya saat itu Nazma tersadar dengan air mata yang melata kian telah membeku dikedua belah pipinya dan berkata dengan suara tersedak penuh kepahitan kala kepalanya menengadah, matanya gemerlapan oleh kemalangan, "Kenapa, apakah hari ini kau telah memahami isi hati seseorang, maka jika seperti itu tidak usah tuan repot-repot datang menemani saya?" Namun Kelvin hanya membalasnya dengan sebuah gelengan pelan dan berkata tidak apa. Kemudian tersenyum tanpa mengatakan sepatah kata apapun lagi, bukan lantaran gila. Melainkan senyuman itu ia utarakan sebagai makna arti dari ketulusannya dari orang-orang yang sama-sama merasakan pahitnya kesendirian serta memberikannya juga sebuah semangat yang mengalir tinggi dari hati yang berani.

Ditambah Kelv juga mulai mengerti mengenai seberapa besar deraan cintanya seorang ibu kepada anaknya, dan cinta itu tumbuh seperti sebuah harta kekayaan yang amat berharga, hingga rela membuatnya jatuh setelah direngkuh kedalam lembah-lembah duka cita diantara kekosongan jiwa.

Tanda-tanda perenungannya pun mulai tampak ketika Kelv menelusuri jalan kecil ber–gang-gang sempit tanpa keramaian dan tanpa sorak kemenangan. Lantaran dari jendela kesunyian malam ini pula kau bisa dengan jelas membaca didepan retina bola mata, mengenai sebuah ramalan-ramalan atas segala hubungan yang terikat tak bisa diombang-ambingkan di antara kedua jiwa, sudi atau terbuang kiranya, bahwa mereka sebentar lagi akan berjumpa penuh dengan alunan nyanyian kedamaian yang menggiring kehampaan. Dan kehampaan itu pula, tuan! Yang tengah dirasakan oleh dirinya sebagai pemuda yang tak berarti tanpa ada kehormatan yang memberkati, lantaran kemalangannya itu hingga menjadikannya tiada mampu untuk bicara, serta tiada berhak lantaran tiada satu orangpun yang menguntungkan ketidak adilan-nya. Biarkan mereka merasa bahagia meski hati juga merindu sosok yang sama, merindu rumah yang terlupakan. Ah entahlah, lagipula aku sudah lama tidak menanyakan hal itu.

Sudah pukul 05:23.45, artinya masih sangat pagi untuk masuk kesebuah gang besar yang menuju terminal serta pasar, di seluruh kedalaman kota, negeri asing nan buta nyaris buncah oleh kesibukan aktivitas tersendiri masing-masing. Riuh rendah para karyawan, pejalan kaki, begitu juga dengan para penjaga toko seperti dirinya tampak sangat tergesa-gesa lantaran waktu buka yang terbilang sudah sangat terlambat. Maka jelas pagi ini Kelv hanya bisa berdiri pasrah menerima omelan dari mulut basah bosnya.

"Kau sudah kembali kawan." Suara itu mengagetkannya persis seperti apa yang Kelvin pikir sebelumnya. Ya pagi ini bos Amin tampak sedikit marah karenanya, lalu mulai melanjutkan kembali pekerjaan, sedangkan tangan-tangannya begitu sangat sibuk menata bermacam-macam buah kering di atas meja-meja. Lalu langsung dibantu oleh Kelvin sebagaimana lazimnya karyawan yang bekerja kepada bosnya.

"Iya." Kelvin mengangguk berusaha mengindahkan cemoohan sahabatnya lalu beralih pandang kearah secarik kertas yang bertuliskan isi daftar pesanan yang harus ia antar seperti biasa.

"Kau terlambat 5 menit Kelv! Tapi sudahlah lagipula pagi ini kita ada banyak waktu untuk mempekerjakan yang lain."

"Apa karena kertas ini!" kata Kelvin datar sembari menunjukan daftar pesanan para pelanggan.

"iya."

"sudah aku duga."