webnovel

NODA GELAP

Gubahan_Z05 · Urbano
Classificações insuficientes
16 Chs

JIWA-JIWA YANG MALANG

Banyak persoalan yang sejujurnya menjadikan perasaannya bertanya-tanya, dan seakan membawanya terbang ingin lebih mengenal lagi akan ke-ingin tahuannya mengenai seperti apa kata ibu itu di mata Adelia. Apakah dengan cara mengetahuinya ia bisa tahu siapa sebenarnya lelaki itu, dan kenapa wajahnya bisa begitu sama?.

***

Sementara disisi lain orang-orang banyak yang membenah kan barang dagangannya, seraya tutup lantaran hendak ingin pulang sebelum terlambat datangnya hari gelap. Maka hening lah suasana malam ini, sayang hanya ada kau dan tonggak lampu yang merayakan perayaan ditengah-tengah keheningan paripurna.

Malam ini, Sattarul imam duduk menemani kesendirian Kelvin sambil meletakkan dua buah susu kaleng di atas tataan kursi taman tempat dimana mereka sibuk menghitung uang iuran. Lalu beralih menatap lamat-lamat sebuah hotel bintang lima yang terhalang tonggak besar namun lebih condong menyerupai menara dan berkata.

"Aku mendengar hujan menangis di telinga ku sedangkan angin terus merintih memohon keadilan," kata Kelvin memutuskan keheningan. Namun hanya sebuah tatapan yang bercampu pertanyaan sebelum menerima kata jawaban. "Ada banyak hujan yang sudah kita temui Kelv, dan sudah sering angin berbisik ditelinga kita, sedangkan tangisan dan rintihan hanyalah sebuah terkaan yang telah tercemar perasaan saja."

"Mungkin kau benar, kita bertiga sudah sering terbiasa menelisik kesalahan orang lain lalu memberikan petuah dengan so bijaknya, akan tetapi tanpa disadari justru malah kita sendiri yang sebenarnya telah berdosa."

"Kepada mereka yang memiliki kewajiban atas pekerjaannya meski tidak terlalu mendambakan suatu amal lantaran keuntungannya, justru harus lebih kita jalani meskipun dengan cara melakukan kejahatan sekalipun.

"Ingatlah kau adalah ketua Kelv, seharusnya kau sendiri yang tidak merasa ragu. Lakukan saja sesuai apa yang menjadi pekerjaan kita, karena bagaimanapun pasti ada satu faidah yang mungkin bisa saja kita temukan suatu saat nanti!" katanya lagi. Maka tampaklah raut kesunyian terpancar di bola matanya, seakan melingkupi kebencian yang melukiskan bayang-bayang kenestapaan di masa-masa kita kelam yang hanya bergantung pada peruntungan orang, dihina layaknya manusia tiada guna, oleh karena itu kita tumbuh seperti bunga rimba liar, meski indah namun tidak terlalu disukai orang, maka oleh karena itu, Sudi atau tidak Kelv lebih senang dipanggil layaknya orang jahat. Demi, sebuah impian yang telah lama bersarang hendak mencurahkan segala kehendak, dan saat itu juga kita tumbuh menjadi seorang kawan akrab...

Sama persis seperti Kelv, bang dan sat telah lama berulang kali hampir dibunuh dan mati oleh sebuah ancaman. Namun meski demikian keberuntungan tetap saja berpihak pada mereka walau hal itu urusan maut sekalipun.

"Semoga kau mengerti, untuk apa aku mengatakan semua ini padamu!" kata Kelvin sambil meneguk sekaleng susu yang sudah lama didiamkan hingga terasa begitu amat dingin di tenggorokannya. "Ini." Lanjutnya memberikan secarik kertas mengenai riwayat hidup seseorang.

"Apa ini?"

"Dia adalah ibu dari kekasih ku, seorang wanita paruh baya bernama Nazma dikurung atas sebuah tuduhan dari orang ketiga. Jadi tolong bantu selamatkan dia!"

" Baik, jika kau menyuruhku seperti itu."

"Sudah larut malam, harapan ku semoga esok akan jauh lebih baik ketimbang hari kemarin."

"Iya..." balas Sat yang tersohor akan tabiatnya yang pendiam.

03:30.56 Am

Kelv berjalan mabuk kesebuah sudut daerah kekuasaan bos besar dalam keadaan jiwa setengah sadar. Tampak olehnya sebuah rumah terpencil dipinggiran kota hujan, maka tak heran jika suasananya hampir seluruhnya dikuasai oleh sampah. Anehnya seorang bocah sekitar delapan tahunan tertidur pulas diatasnya hingga mengingatkan ia akan masa lalunya yang nestapa, jelas bocah itu tidak beribu atau ber–ayah lantaran kehidupannya yang melingkupi hitam dalam sekat kegelapan bayang-bayang kematian.

Dilihatnya bocah itu masih dalam keadaan terpejam dibawah cahaya malam yang membentangkan bintang-bintang sambil memeluk pakaiannya yang compang-camping serta lusuh, malang malam ini Kelv tidak berselera untuk menolongnya. Biarlah Kelv melihat terlebih dahulu seberapa tangguh bocah itu menahan kekejaman orang-orang, menahan hawa dingin dari angin malam yang berhembus mempermainkan roda takdir keberuntungan, maka baru ia akan merekrutnya sebagai salah seorang pelayan yang ditingkat naikan derajatnya, atau membebaskan martabatnya sebagai mana bocah merdeka. Lantaran dia pun tahu penderitaan apa yang tengah membelenggu jiwa kemalangannya hingga harus bertahan dalam lembah kesunyian.

"Aku pasti akan mengirimkan anak buah ku untuk bisa mengawasi mu nak. Dan akan aku jamin orang-orang ku akan setiap hari menghibahkan makanan untuk mu bisa bertahan..." pikir Kelvin sedikit meluluhkan relung hatinya untuk merasa iba, lalu berlalu seolah tidak ingin tahu apa-apa, sementara kakinya berjalan pergi menuju sebuah gerai toko, yang mana tempat si Amin menjajakan seluruh barang-barang peruntungannya di terminal kota hujan.