webnovel

Bab 1

"Bagaimana Ibu Minah? apakah Anda tertarik untuk meminjam uang di koperasi "Swadaya guna" yang kami kelola?" tanya seorang wanita muda berkemeja hitam itu seraya bersiap dengan kertas dan pensil di tangannya.

Seorang Ibu paruh baya dengan rambut digelung itu tampak berfikir, menimbang-nimbang apakah keputusannya kali ini sudah benar. Namun 1 menit kemudian dirinya menganggukkan kepalanya, tanda menyetujui untuk meminjam dana.

"Baiklah Ibu, jadi berapakah nominal pinjaman Ibu?" tanya wanita muda itu kembali, matanya fokus menatap mata Ibu paruh baya itu, memastikan tidak ada lagi keraguan disana.

"lima juta saja" jawab sang Ibu seraya menghela nafas panjang. Tampak setitik air mata mulai menggenangi matanya. Entah beban apakah yang sedang dipikul oleh Ibu tertubuh tambun itu.

"Baik Ibu, lusa saya akan datang lagi untuk memberikan dana itu kepada Ibu setelah pengajuan Ibu diterima. Untuk jaminannya bagaimana Bu?".

"Aku hanya punya motor tua ini, bisakah motor ini sebagai jaminannya?" tanya Ibu Minah dengan raut wajah gelisah.

"Maaf Ibu, tapi motor ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan jaminan, bagaimana kalau surat rumah ini saja?".

"Surat rumah itu sudah lama masuk ke dalam Bank, tapi itu bukan aku yang memakainya, tapi mantan suamiku. Dia kabur meninggalkan aku dan anak-anak setelah meminjam uang di bank menggunakan sertifikat rumah ini. Dia meninggalkan hutang itu padaku, sedangkan aku sama sekali tidak pernah menikmati uang yang dipinjamnya. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana, anak-anak masih kecil, harus merasakan hidup susah seperti ini karena ditinggal oleh Bapaknya kecantol janda muda." Ibu Minah menangis pilu, menceritakan beban yang dipendamnya selama ini. Ia sudah berusaha keras untuk menghidupi ketiga anaknya yang masih kecil, namun hutang yang ditinggalkan mantan suaminya itu seakan mencekik lehernya.

"Begini saja, saya akan mencoba mendiskusikannya dengan manager operasional terlebih dahulu, permohonan Ibu disetujui, atau pun tidak saya akan memberitahukan kemari lusa nanti" jelas wanita muda itu seraya tersenyum ramah.

"Terima kasih Mbak widya" ucap Ibu Minah seraya mengusap air matanya menggunakan baju dasternya yang sudah lusuh.

"Saya pamit ya Bu" ucap wanita bernama Widya itu lalu bangkit dari duduknya dan menjinjing tas kotak hitam yang selalu menemaninya saat bekerja.

Mereka pun bersalaman, lalu Widya pun melangkahkan kakinya keluar dari kediaman Ibu Minah. Widya segera menyalakan mesin motor bebeknya lalu melajukan motornya menuju kantor tempatnya bekerja. Hari ini Ibu Minah adalah klien terakhirnya, dan Ia harus kembali ke kantor untuk mengajukan laporannya mengenai para klien yang sudah Ia datangi hari ini. Dan setelah semuanya selesai, barulah Ia kembali melajukan motornya pulang menuji ke kediamannya.