webnovel

Kesendirian

Editor: Wave Literature

Seiji memiliki sikap serius saat dia menjelaskan sudut pandangnya, dan isi perkataannya sangat mengerikan

"Itu ... tidak mungkin? Bagaimana mungkin ada orang seperti ini?" Mika sebagai orang yang paling sederhana di kalangan itu, Mika menjadi orang pertama yang secara tidak sadar menolak kesimpulan dari Seiji.

"Diriku yang sebelumnya persis seperti mereka." Seiji menatap langsung pada Mika, "Bagi diriku yang dulu, semua orang hanyalah benda yang bisa bergerak, dan dipisahkan menjadi hanya dua kategori: berguna dan tidak berharga... kamu harusnya tahu tentang ini."

Mika langsung ingat kembali ke otaku yang gemuk dan gelap itu dan bergetar.

Setelah mendengar semua ini dari Seiji, dia akhirnya ingat bahwa selain dari nafsu mesum, tampaknya ada cahaya abnormal di mata otaku yang gemuk itu.

"Sekarang aku sudah menyadari kesalahanku, dan segala sesuatu di dunia menjadi berbeda untukku. Akhirnya dapat dikatakan kalau aku telah menjadi orang normal." Seiji tersenyum ke arah Mika.

"Tapi ... si kembar itu masih belum sadar. Karena aku dulu setipe dengan mereka, aku bisa melihat sifat asli mereka, namun orang lain... mungkin akan sangat sulit bagi orang lain karena mereka sangat cantik dan luar biasa, dan mereka tampaknya tidak pernah mendapat masalah dalam bentuk apa pun. Itu sebabnya kalian bisa menganggap semua ini sebagai fantasi pribadiku sendiri; terserah kalian apakah kalian ingin percaya atau tidak."

"Senpai..." Hoshi menggertakkan giginya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia menghentikan dirinya.

"Kamu harus membuat keputusanmu sendiri, Hoshi... Amami." Seiji menatap langsung ke juniornya sambil menyuarakan nama Hoshi dengan keras.

"Mungkin ini sedikit kejam, tetapi kamu perlu berpikir sendiri, Hoshi... kamu dapat mengenali apakah kata-kataku— dan beberapa hal lainnya yang lebih penting — benar-benar nyata atau tidak… Ini adalah hal-hal tentang kakakmu yang selalu kamu pikirkan sebelumnya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Tentu saja, menghindari masalah adalah salah satu cara untuk menghadapi suatu masalah, tetapi mereka yang menghindari kebenaran pada akhirnya akan ditelan oleh kebenaran itu sendiri. Aku tidak ingin kamu menjadi... korban seperti itu."

Hoshi tetap diam.

Mika juga berdiri di sana tanpa kata.

Chiaki tampak kontemplatif untuk sementara waktu sebelum dia tiba-tiba tampak seperti mendapat pencerahan.

"Aku baru sadar... senpai kembar itu tidak pernah menunjukkan diri mereka yang sebenarnya kepada siapa pun sebelumnya kan? Mereka sangat baik dalam menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya; selama mereka di depan orang lain, mereka selalu berakting! Tidak heran sejak bertemu dengan mereka, aku merasa ada sesuatu yang aneh tentang mereka."

"Chiaki..."; Mika memandang temannya.

"Mereka ... benar-benar memiliki teknik akting yang luar biasa." Chiaki tertawa, tetapi sikap jijik muncul di matanya, "Aku ... tidak tahan dengan aktor seperti itu."

Seiji menghela nafas.

"Lupakan saja; mari berhenti berbicara tentang ini. Jika kita bicara lebih dalam lagi, kita akan terlihat sedang menggosipi orang lain di belakang mereka."

"Senpai..."

"Hoshi, Anda perlu mewaspadai kakakmu. Itulah nasihat terakhir yang bisa ku berikan kepadamu... Waspadalah terhadap mereka sampai mereka menyadari kesalahan mereka sendiri, atau mengekspos diri mereka yang sebenarnya…"

Hoshi Amami menunduk, dan wajahnya yang cantik menunjukkan ekspresi yang bingung.

"Aku... tidak dapat menerima ini... Senpai, memberi tahu ku semua ini... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan..."

Seiji menatapnya dan tersenyum lembut.

"Meskipun aku benci harus menggunakan kata-kata klise seperti itu, yang bisa aku katakan adalah ini: lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Kamu dapat memilih untuk mempercayaiku, mengabaikanku, atau bahkan berhenti berteman dengan diriku; semuanya terserah kamu."

Jejak rasa sakit merayap ke ekspresi Hoshi Amami.

Di satu sisi ada kakaknya yang telah tinggal bersamanya selama lebih dari sepuluh tahun; bahkan jika dia tidak akbar dengan mereka, mereka masih keluarga... Namun, disisi lain adalah senpai yang dia kenal baru beberapa hari tetapi sangat ia idolakan... Bagaimana dia bisa memilih?

Jadi, semua orang menyelesaikan makan siang mereka dalam keheningan.

Ketika mereka menyaksikan Hoshi Amami pergi, Chiaki memandangi Seiji.

"Mungkin ... dia tidak akan berbicara denganmu lagi."

Seiji tersenyum tipis; senyum tipisnya mengandung perasaan kesepian.

Beberapa detik kemudian, dia berbalik dan berhenti, menyaksikan sosok mungil menghilang dari pandangan.

Seiji menghela nafas. Masa di mana dia diidolakan oleh seorang junior sangat singkat, dan sulit baginya untuk berteman dengan otaku.

Namun, ia memilih untuk tidak memuat dan mengulangi hari ini.

Tidak peduli berapa kali dia mengalami hari ini, dia masih akan mengatakan hal yang sama, karena itu adalah perasaan sejatinya.

Ada yang salah dengan si kembar itu.

Tapi ... mungkin itu tidak ada hubungannya dengan dia lagi ...

Seiji merasa segalanya akan berakhir seperti ini. Hoshi Amami akan berhenti berteman dengannya, dan si kembar mungkin tidak akan muncul di depannya lagi.

Sayangnya, kenyataan seringkali berbeda dari harapan orang.

...

Selama kelas sore, Seiji memeriksa opsi [hadiah] baru di sistemnya.

Seperti yang telah diantisipasi, dia menerima penghargaan untuk setiap hadiah yang diterimanya dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, lima surat cinta yang sebelumnya ia terima meningkatkan poinnya menjadi 7, dengan tiga surat cinta memberikan 1 poin dan dua surat cinta memberikan 2 poin.

Surat cinta memberinya berbagai jumlah poin, jadi itu berarti kualitas surat itu juga penting — dalam hal ini jumlah cinta yang terkandung dalam setiap surat.

Semakin tinggi "cinta" dari surat itu, semakin tinggi pula hadiahnya.

Dan juga, Seiji dapat menyebutkan nama seseorang dan melihat daftar hadiah di sistemnya. Daftar hadiah berisi kartu informasi yang bisa dia beli. Kartu informasi memiliki informasi mengenai hadiah yang disukai setiap gadis, dan peringkatnya dari level 1 hingga 9. Peringkat tertinggi, 9, membutuhkan poin terbanyak untuk membuka informasi tentang hadiah itu, jadi dia percaya itu mungkin informasi tentang hadiah yang paling penting yang bisa disediakan oleh sistem ini, dan hadiah itu akan menjadi hadiah favorit gadis tersebut.

Sebagai contoh, ketika dia menyebut nama Mika Uehara, sistem tersebut mencantumkan sembilan kartu informasi yang bisa dia tukarkan, dari level 1 hingga 9. Namun, ketika dia menyebut nama Chiaki Wakaba, sistem hanya mendaftarkan kartu informasi hingga peringkat 7. Dari sini , Seiji menyimpulkan bahwa dia hanya bisa membeli informasi pada level yang sama dengan peringkat kesukaan target terhadapnya. Seiji ingin mencoba berbagai hal dan menukar kartu informasi hadiah, tetapi dia tidak bisa membuang poin cadangannya sekarang — dia perlu menyimpan poin sebanyak mungkin untuk kemampuan [Bullet Time].

Menukarkan poin untuk kartu informasi hadiah yang paling diinginkan seorang gadis... Seiji tiba-tiba menyadari. Tunggu sebentar, bukankah ini mirip dengan "membaca pikiran?"

Dia tidak meragukan kemampuan sistemnya; karena sistem itu bahkan memiliki kekuatan untuk menyimpan dan memuat, membaca pikiran bukanlah sesuatu yang istimewa lagi. Selain itu, bisa melihat peringkat kesukaan gadis-gadis cantik terhadapnya sudah merupakan tipe "membaca pikiran"; sekarang, bagaimanapun, dia dapat melihat hadiah favorit mereka juga.

Seberapa dalamkah [hadiah] "membaca pikiran?" ini.

Seiji memikirkannya sedikit, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.

Selama jeda antar kelas.

Mika dan Chiaki pergi ke kamar kecil bersama.

"Apa kamu masih memikirkan apa yang terjadi selama istirahat makan siang?" Chiaki bertanya pada teman baiknya.

Mika menatap Chiaki dan mengangguk.

"Aku tahu kamu pasti menerima kejutan besar, tiba-tiba melihat sisi lain dari orang yang kamu sukai itu." Chiaki tersenyum, "Itu memang agak menakutkan; hanya dengan berada di sisinya aku bisa merasakan emosinya yang dingin ... aku yakin aku akan ngompol jika aku yang dihina olehnya seperti itu."

Ekspresi Mika membeku.

"Apa... apa yang kamu katakan!?" Mendengar temannya menggunakan ungkapan seperti itu, wajah gadis berkuncir itu memerah pekat.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya — apakah kamu yakin kalau kamu tidak akan ngompol?"

"Aku... aku tidak tahu! Berhenti membicarakan hal itu!" Mika yang berwajah merah memelototi temannya.

Itu seharusnya menjadi topik yang serius, tetapi temannya yang tomboi merusak suasana dengan kata-katanya yang menghebohkan itu.

Yah, itu adalah tujuan awal Chiaki.

"Tenang, tidak perlu seserius itu. Bahkan jika aku mengatakan ini, mungkin tidak akan mudah bagiku untuk menerimanya, karena adegan yang tadi akan meninggalkan kesan yang terlalu dalam," Chiaki mengangkat bahu. "Tapi ... aku merasa bahwa Seigo... Seiji Haruta berniat untuk membuktikan bahwa dia hanyalah orang normal. Dia terlalu sempurna sebelum ini, ke titik di mana... aku pikir dia agak fantastis. Bahkan jika dia tampak sedikit menakutkan sebelumnya, aku masih merasa itu membuatnya tampak seperti orang yang benar-benar hidup."

"Chiaki…"

"Mika, semua orang selalu memiliki keburukan mereka sendiri, termasuk orang yang kamu sukai. Bahkan bisa dikatakan bahwa dia cukup luar biasa karena butuh waktu yang sangat lama untuk menunjukkan keburukannya" Chiaki terkekeh. "Selain itu, jika kamu menganalisanya lebih dalam, kesalahannya ini ... bahkan mungkin bukan sebuah kesalahan yang besar."

"Oh?" Mika berkedip.

"Pikirkan baik-baik tentang apa yang dia katakan sebelumnya: jika saudara kembar itu sangat mirip dengan dia sebelumnya, maka ketika dia dengan sangat marah menghina mereka, dia sebenarnya dengan marah menghina dirinya yang sebelumnya tidak berharga, kan?"

Dengan ekspresi mendalam di matanya, Chiaki melirik temannya.

"Sama seperti yang kamu lakukan pada dirinya yang lama juga."

"Er…" Mika tertegun.