Naura harus berjalan dengan bantuan dindin. Tangannya membantu menopang tubuhnya karena kedua kakinya kesulitan dalam menopang tubuhnya yang tak seberapa berat.
"Dasar Delice gila! Lagi-lagi dia bermain kasar," gumam Naura.
Nafas Naura sedikit sesak, terlihat dari dadanya yang naik turun.
Setelah berhasil mencapai ranjang, Naura kembali merebahkan tubuhnya. Rasanya seperti tak kuat lagi untuk bergerak.
Hanya melangkah sedikit lagi, Naura bisa mencapai tombol yang langsung terhubung oleh pelayan. Setidaknya, Naura bisa meminta sarapan untuknya.
Sayangnya, tenaga itu tak lagi Naura miliki. Naura hanya pasrah sembari mengusap bawah perutnya yang terasa nyeri.
Tok... Tok... Tok...
"Siapa?" tanya Naura setengah berteriak.
"Aretha!"
"Masuklah"
Naura enggan untuk duduk tapi demi menghargai Aretha yang datang menemuinya, Naura mau tidak mau harus duduk meski ketika duduk, rasa nyeri pangkal pahanya jauh lebih terasa.
Tap... Tap... Tap...
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com