webnovel

Naughty Girls

Patricia harus berjuang melepaskan diri dari Smith Blackfire, pemimpin Mafia yang mengincar dirinya karena jatuh hati pada pandangan pertama. Itu membuat Max, pria yang menganggapnya adik membuat kesepakatan dengan Dimitri. Kejadian menegangkan yang diwarnai percintaan pun mengiringi perjalanan mereka dalam usaha melarikan diri dari Smith.

Momy_ivitri · Urbano
Classificações insuficientes
11 Chs

Tertangkap

Patricia Pov.

Kepanikan yang menghantamku sehingga menginduksi otakku secara berlebihan. Reaksi domino yang dihasilkan membuat tubuh bagian lain dari tubuhku bergetar, kakiku melemas dan pandangan ku memburam. Namun aku tau jika tidak boleh jatuh disini. Bukan ide yang bagus tinggal di sini lebih lama lagi ketika predator mengincar.

"Cepat pergi, babe, " perintah Max yang dengan senang hati aku turuti.

"Ya, maafkan aku Max. "

"Ya, ya cepatlah pergi. Bukan saatnya kita mengobrol. "

Aku berbalik karena ingin segera melarikan diri dari sini. Ketika tanganku menggapai handle pintu, aku siap untuk pergi. Tapi naas, aku mendapatkan sebuah dorongan dan hampir saja tersungkur ketika orang lain membuka pintu ini dari luar.

Orang yang membuka pintu pintu ruangan Max adalah pria yang sangat tampan. Dia bagai karya seni bernilai tinggi dari seniman Yunani. Sangat berkelas. Wajahnya terukir begitu halus, tegas dengan mata hitam tajam yang menjadi penyempurna ketampanannya. Oh Tuhan, pasti saat itu Dia menciptakan pria ini dalam kondisi senang.

Sama seperti diriku, dia juga mengamatiku dengan cara memindai ujung kaki hingga rambutku. Aku merinding seolah tenggelam dalam tatapannya yang intens dan dalam. Pria ini bahkan memiliki aura yang menggetarkan. Seringai melebar di bibirnya. Itu sangat mengerikan dan menghancurkan segala keindahan yang wajah itu miliki. Dan aku menyadari jika pria ini adalah bahaya yang mengancamku. Mimpi buruk yang seharusnya aku hindari datang dalam wujud pria tampan.

Tubuhku mendingin, bulu kudukku berdiri karena takut. Iblis berwajah tampan. Mereka kombinasi mematikan otak wanita yang membuat mereka mati tanpa tau penyebab kematiannya.

"Mr Smith. O-oh silakan masuk. "

Pria itu bernama Smith salah seorang Blackfire.

Sebuah gerakan yang tanpa basa-basi langsung menyambar pinggangku. Tangan yang kuat mengangkat tubuhku dengan begitu mudah. Ia membawaku masuk kembali ke dalam ruangan Max. Aku terkejut, tidak memiliki waktu untuk bereaksi.

Tubuhnya keras, aku bisa merasakan otot bisepnya mengepal ketika membopongku dengan satu tangan. Dia mengangkatku seperti mengendong anak kecil padahal bobotku berada diatas empat puluh kilo.

"Kyaaa lepaskan Sir..." lirihku.

Max memucat melihat pria yang masuk ke dalam ruangannya. Atmosfer mulai dipenuhi aura suram yang menakutkan.

"Well, sebuah kejutan kau mampir ke ruanganku, " sapa Max. Dia terlihat tidak tenang seperti biasanya dan itu adalah kabar buruk yang kedua di malam ini.

Mr Smith mendudukan dirinya ke sofa dan memposisikanku duduk di pahanya. Aku seolah menjadi boneka yang rusak. Hanya bisa diam dan tidak berkutik. Jelas mataku berkaca-kaca karena tidak pernah bertindak intim seperti ini.

Di masa ini--kota Kenned tidak lagi aman, pemerintah lokal tidak bisa menjamin nyawa warganya. Seolah hidup kami sangatlah tidak berharga. Siapapun bisa mengambilnya. Terutama orang yang memangkunya ini, ia bisa membunuhnya dengan satu jari.

"Sir...tolong lepaskan... " Cicit ku mengiba padanya. Meskipun tau jika dia tidak akan bergeming.

Smith meneliti wajah lalu ke penampilanku. Aku meringkuk dan sesekali melirik dipangkuannya.

"Hm... Mata emerald green dengan surai merah brunette kemerahan alami--ia tampak begitu menawan, " ucap Smith. Bariton seksi yang dalam memecah kesunyian yang penuh ketegangan ini.

"Mr Smith dia bukan jalang di sini jadi tolong lepaskan dia." Max memohon pada Smith untukku, lagi.

"Benarkan? Bukankah dia penari?" tanyanya. Kini aku merasakan jari-jarinya mulai membelai kulitku. Jarinya bergerak ke bawah dan keatas. Merangsang kulitku yang sensitif jadi aku merasa jika ada ratuaan duri yang menusuk kulitku.

"Benar tapi hanya penari bukan yang lain."

"Hn."

Smith mengintruksikan kepada pria yang memiliki luka di wajahnya untuk pergi.

"Aku ingin berdua bersama penari ini. "

'Apa? !'

Wajahku menatap ngeri pada pria yang terkenal tampan namun berkelakuan sadis yang berada di depanku.

Pria itu mengangguk dan menutup pintu dari luar. Max juga di seret keluar dari ruangannya. Tetapi ada perjuangan dari Max. Aku kini panik tapi terlalu takut untuk bergerak.

"Sir, tolong lepaskan dia. Dia bukan jalang!'' teriak Max.

"Tuan ku mohon!"

Blam

Ceklek.

Aku membeku melihat Max yang menghilang dari balik pintu. Perasaan khawatir langsung menyerangku pada level tertinggi. Terlebih ketika mataku bertabrakan pada oniks yang berkilat mengerikan.

Set

Kyaaa!

Aku langsung menutup dadaku saat Smith menarik pakaian terakhir yang melekat pada tubuhku. Aku meringkuk memeluk lutut. Berharap bisa menyembunyikan tubuhku yang hanya terbungkus lingerie bekas menari tadi.

Ini buruk, pada posisi seperti ini justru menambah libido pria semakin bertambah.  Tetapi aku tidak tau apa yang harus aku lakukan selain meringkuk di atas pahanya meski terlihat mengundang selera.

Hahaha

Smith tertawa senang. Hal yang biasa dilakukan oleh pria arogan saat menginjak harga diri korbannya. "Ternyata bayangan dan tubuhmu sama persis seperti yang ditampilkan di layar itu. " Dia menjilat telingaku.

"Tolong lepaskan aku, Sir. "

"Tidak sayang. Mulai sekarang kau milikku... Budakku, " ucapnya. Tangannya bahkan menurunkan celana lingerie ini sedikit demi sedikit.

"Aku ingin merasakan ini. " Jarinya membelai bagian paling sensitifku, begitu panas dan menyiksa. Ini mengerikan karena pria yang menjamahku bukan orang yang aku cintai. Aku hanya bisa menggigit bibirku agar tidak mendesah. Air mataku sudah berderai sedari tadi.

"Jangan coba-coba melarikan diri dariku... Atau kau dan keluargamu akan menanggung akibatnya."

Bibirku membisu. Pikiranku masih kosong dan tidak mampu membayangkan takdir apa yang menunggunya. Aku bahkan tidak yakin jika tetap hidup beberapa jam kedepan. Jadi aku tidak berani menjawab--hanya diam dan meringkuk. Ini adalah hadiah yang harus aku rasakan karena menjadi bodoh.

Sebuah tindakan darinya cukup mengejutkanku. Dia kembali memakaikan jubah yang tadi dia ambil. Membenahi dan memastikan jika terpasang dengan baik lalu mengendongku keluar dari club.

"Rasanya memiliki penari striptis di markas tampak tidak buruk. Kakakku pasti setuju jika aku membawa hiburan yang bagus di sana. "

Ternyata perkembangannya semakin buruk. Dia akan menjadikan aku seperti korbannya yang lain. Apa yang harus aku lakukan sekarang.

Tidak, dari pada aku digilir pria-pria untuk berada di antara dua kakiku lebih baik aku bunuh diri. Tidak mungkin aku bisa hidup menanggung rasa malu akibat dilecehkan beberapa pria. Ya, memang ini bearti aku tidak bisa memberi nenek pengobatan. Setidaknya kami akan bersama di alam sana. Kami akan kembali bersama dan meninggalkan dunia yang kejam ini.

"Kau semakin menggairahkan jika ketakutan, " ucap Smith dengan menjilat bibirnya. "Kita akan melakukan hal-hal yang menyenangkan nanti. Jadi kau jadilah gadis baik. " Dia terus meracau sambil menggendong tubuhku. Aku masih meringkuk karena ketakutan.

"Ahahaha aku punya mainan baru. "

Seseorang tolong aku...

TBC.