webnovel

1. Pelukan

Menikah dengan mahasiswanya? Nathan bahkan tak berpikiran panjang saat Elang Gibran mengajaknya menikah. Elang menawarkan harta yang akan diberikan kepada dosennya itu.

Nathan yang kebetulan memang tidak percaya cinta, ia mau-mau saja apalagi ditawarkan dengan harta yang tak ada habisnya. Ia berpikiran realistis, Setidaknya kebutuhannya untuk hidup sudah terpenuhi dan yang penting bisa foya. Kalau hanya mengandalkan gajinya sebagai dosen, ia hanya akan menjadi Nathan yang berkecukupan atau dicukup-cukupkan.

Elang menikah karena ibunya yang sedang sakit, kebetulan ia melihat target yang pas untuk dijadikan pasangan hidup yah Nathan. Tak peduli jika Nathan memang matre karena uangnya banyak untuk membiayai suaminya itu.

Ibu Elang tak masalah dengan pilihan Elang, karena baginya selagi ada yang akan menemani Elang dimasa sekarang hingga tua nanti, sudah cukup bagi sang ibu merasa lega. Tidak harus ada keturunan, itu merupakan pemikiran kuno yang menyesatkan orang-orang hingga membuat hubungan hancur.

Ayah yang memang pecinta anak juga selalu mendukung pilihan sang anak. Selalu seperti itu, tak pernah memaksa. Mungkin bisa dibilang kehidupan Elang hampir sempurna dengan lingkungan pertemanan yang positif, keluarga yang harmonis dan saling mendukung, keuangan keluarga yang lancar, pintar dan tegas, penampilan yang keren dan wajah yang rupawan diperindah oleh tinggi badan yang membuatnya semakin indah dipandang mata.

Memiliki kakak perempuan yang sudah menikah dan 2 ponakan kembar yang lucu. Nathan dibuat terpana oleh kehidupan suaminya dan dirinya disambut dengan ramah oleh keluarga Elang.

"Ini, kamu pakai kalau Elang pelit sama kamu" Ucap sang papa kepada menantunya Nathan sembari memberikan kartu hitam 1 dan 1 lagi warna gold. Bahkan memegang kartu itu saja sudah membuat dirinya ketar-ketir. Tapi sampai sekarang, kartu itu tak pernah terpakai karena Elang yang selalu memberikan kebutuhan dan keinginannya. Hanya saja pada makanan manis atau makanan yang kurang sehat, Elang akan membatasinya. Padahal makanan itu yang paling dinanti oleh Nathan.

Nathan sendiri bingung kenapa Elang bisa sangat mendominasinya padahal dari segi umur saja, mereka berbeda 5 tahun. Elang sangat dewasa berbanding terbalik dengan Nathan yang kadang masih bersikap kekanak-kanakan.

Nathan termasuk orang yang tinggi, tapi disebelah Elang, dirinya segera menciut. Jangan lupakan wajah imut, cantik nan tampan menjadi satu.

Elang menyadari bahwa sikap lucu kekanak-kanakan Nathan diperlihatkan hanya padanya dan papa Elang. Wajah ngambek merupakan hal terlucu bagi Elang. Ia jadi ragu kalau umurnya lebih muda lima tahun, Nathan terlihat seperti anak-anak yang sedang merajuk. Ia suka melihat tingkah kekanakan suaminya itu. Sangat mendebarkan hati.

Umur pernikahan mereka masih dua minggu tapi Elang sudah banyak dikejutkan dengan sikap dan sifat Nathan yang baru. Sangat bertolak belakang dengan prediksinya, tetapi bukannya menyesal, ia semakin suka dengan seseorang yang bernama Nathan Dwi Putra itu. Ada kebahagiaan sendiri saat bersama suami cantiknya, jantungnya seakan melompat riang dan menari dengan riangnya.

Sangat disayangkan kenapa ia baru menikahi lelakinya itu sekarang. Ternyata memulai rumah tangga tanpa harus adanya perasaan cinta tak selamanya hancur. Itu malah awal kita belajar mencintai dan rasa cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Entah karena pernikahannya yang baru sehingga belum adanya konflik, Elang tak tau, hanya satu yang dia tau, ia bahagia telah menikahi Nathan. Suami imut, lucu dan cantiknya.

Rasanya Elang baru merasakan gejolak cinta atau biasa disebut cinta remaja. Tapi ia bukan lagi remaja. Karena untuk pertama kalinya ia merasakan debaran yang menyenangkan. Seakan masa pubertasnya baru menetas.

Sepasang suami-istri(suami) itu sedang berada dikamarnya. Dengan Elang yang berada di kasur dan Nathan yang berada di meja belajar yang dijadikan jadi meja untuk dia kerja. Ia harus memeriksa jawaban UAS mahasiswanya dengan teliti.

Elang gemas sendiri melihat suami kecilnya (kecil bagi Elang aja) sedang serius. Mimik mukanya sangat menarik perhatian Elang. Pandangan matanya hanya tertuju terhadap Nathan. Senyuman indah terpancar pada wajah Elang. Sangat menyenangkan memandang berbagai ekspresi yang diberikan Nathan tanpa sadar.

Karena tidak tahan dengan kegemasan pada suami kecilnya, ia turun dari kasur, menapakkan kakinya ke lantai dan berjalan menghampiri Nathan. Ia lingkarkan tangannya di leher Nathan dari belakang sembari mengecup kepala belakang Nathan.

Nathan yang kaget dengan perlakuan tiba-tiba suaminya itu segera memiringkan wajahnya menatap Elang dengan wajah seakan bertanya ada apa.

"Imut banget sih suami aku" Kata yang lolos begitu saja dari mulut Elang tanpa berpikir.

"Aku lagi repot Elang" Ucap Nathan dengan muka melas.

"Lanjut aja, aku tidak akan ganggu" Lembutnya. Ingin rasanya Nathan teriak, kalau dipeluk seperti ini sudah menganggu konsentrasinya. Gimana bisa dia bilang tidak akan ganggu. Apalagi kepalanya di kecup beberapa kali dan mengendus rambutnya seakan Nathan baru saja bermandikan parfum sehingga membuat Elang candu.

Fokus Nathan jadi terbagi, padahal masih banyak yang harus ia kerjakan. Ingin rasanya marah, tapi diperlakukan seperti ini membuat bebannya seakan terangkat. Jadi ia biarkan suaminya itu melakukan apapun yang dia suka.

Menit berganti jam, dan posisi mereka sudah berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah berada di kasur dengan kepala Elang yang berada pada paha Nathan. Nathan membelai dan sesekali memijat kepala Elang, mambuat pria tampan itu semakin nyaman dan semakin memeluk pinggang ramping suaminya. Wajahnya mendusel perut Nathan membuat rasa geli dan nyaman diwaktu yang sama.

Nathan memilih beristirahat dari tugasnya dan akan dilanjutkan nanti atau besok, jadi sekarang dia akan memanjakan suaminya yang memang manja itu.

Sikap manja suaminya itu sangat berbanding terbalik saat awal pertama ia melihatnya sebagai mahasiswa. Terlihat sangat keren, berwibawa dan cool. Tapi saat berduaan seperti ini, suaminya itu seperti orang yang kekurangan kasih sayang, padahal big no.

Sehari setelah pernikahan, mereka masih terlihat sangat canggung. Entah kapan dan apa yang membuat keduanya tiba-tiba secara gamblang bersikap semengalir itu.

"Aku punya pertanyaan" Wajah Elang sedikit menjauh dari perut Nathan dan memandang wajah Nathan.

"Apa?" Tanya Nathan.

"Kamu bahagia gak nikah sama aku?" Nathan hanya mengangguk sebagai balasan jawaban.

"Gak iklhas banget sih?" Sewot Elang tak terima.

Nathan tersenyum, "Iya Elang Gibran. Aku bahagia nikah dengan kamu, kamu merubah duniaku jadi lebih indah, terima kasih Elang" Mendengar jawaban lembut dari Nathan membuat Elang tersenyum simpul.

Ini merupakan pertanyaan yang sudah empat kali ditanya dan mendapat jawaban yang sama pula.

Elang kembali mendusel perut Nathan sembari dikecupnya beberapa kali.

Kembali pada aktifitas semula, Elang sibuk memeluk pinggang dan mengecup perut Nathan dan Nathan yang sibuk membelai rambut Elang sembari menonton pada handphonenya.