***
Jam pulang pun sampai
"Oke ges, karang kita kumpul di kelas dulu, panggil semua kelas kita biar kumpul disini, biar bisa syuting. Gue mau ngusahain biar besok terakhir kita syuting" jelas Sea didepan kelas.
"Berarti besok kita disini lagi? Maksud gue ga pulang?" Tanya salah satu teman Sea.
"Iya, bagi yang masih harus ada di dramanya, dia masih disini."
"Oke, biar ga buang buang waktu, kita mulai aja syuting dramanya" lanjut Sea.
Setelah selesai syuting, mereka semua pun pulang, kecuali Sea yang masih di sana, saat Ice mau pulang.
"Ice, jangan dulu pulang"
"Kenapa?"
"Bantuin gue pilih bunga untuk Rissa, karang kita ke toko bunga, nanti gue yang anter lo pulang"
"Hm" mereka pun pergi ke toko bunga.
"Yang mana cocok sama Rissa? Pilih dah.." kata Sea.
"Kak Clarissa suka warna apa?" Tanya Ice balik.
"Pink"
"Okey, berarti pilih bunga warna pink."
"Tau apa bunga kesukaan kak Rissa?" Tanya Ice lagi.
"Mawar"
"Oke, ini udah.." Ice mengambil segenggam bunga mawar berwarna merah muda yang sudah tak ada durinya. "Karang lo bungkus sebagus bagusnya"
"Ga bisa, ga ngerti, bantuin"
"Kasirnya aja suruh.." kata Ice.
"Tolong bungkus pake kertas pink mbak.." kata Ice kepada kasir.
Kasir pun membungkuskan bunga itu. Setelah Sea membayar bunga itu, mereka pun keluar dari toko bunga.
"Ice, anterin gue nyari kak Rissa dulu ya, lo nanti diem aja di motor, gausa masuk.." kata Sea.
"Hm"
Setelah sampai di rumah Clarissa, Sea pun masuk sambil membawa bunga yang ia beli.
"Rissa.." panggil Sea sambil berjalan masuk ke rumah Clarissa.
"Eh, Sea? Kok kesini?" Tanya Clarissa dengan raut wajah yang tak dapat diartikan. Bukan bahagia.
"Emang aku ga boleh ke rumah pacar aku?"
"Ni, for you, maaf ya, kejadian tadi, aku tadi lagi badmood.."
"Sea, a-aku" Clarissa agak menggeleng.
"Kenapa?"
"Gue minta maaf, tapi.."
"Sea, jujur, tadi itu bukan salah lo, gue sengaja biar semua kayak gitu, jujur Sea, pas libur ini, gue lagi deket sama cowo lain.. gu-gue maaf, lo mau ga maafin gue juga ga kenapa"
"Jadi kak Rissa mau gimana? Hubungan kita?"
"Gue pikir lo udah tau sendiri jawaban gue.." kata Clarissa tanpa senyuman.
"Oke kak, aku udah ngerti, makasih udah pernah jadi bagian hidup aku.." Sea tersenyum fake kemudian keluar dari rumah Clarissa sambil membawa bunganya itu.
"Lah, kok bawa keluar lagi bunganya? Kak Rissa ga ada?" Tanya Ice bingung.
Tanpa berbicara apapun, Sea langsung menjatuhkan bunga di tangannya kemudian berjalan ke arah Ice dan langsung memeluk Ice. Ice melebarkan matanya, ia langsung membeku, pertama baginya dipeluk gebetan, ternyata rasanya begini.
"Ice, gue putus sama Clarissa" kata Sea dengan suara yang lemah, saat itu lah, air mata Sea keluar, ia menangis tanpa suara, sedangkan Ice yang mendengar pun kaget, tapi ia tak bisa berbuat apapun.
"S-Sea--"
"Ice, gue butuh pelukan, bentar aja.." kata Sea, ia tetap memeluk Ice dengan erat.
~~~
"Yakin ga mau di temenin? Gue nganggur ni di rumah" kata Ice ketika Sea telah mengantarnya sampai depan pagar.
"Iya, gue balik" selesai bicara, Sea langsung melajukan motornya, Ice pun masuk ke dalam rumah.
Keesokan harinya,
"Ry.." kata Ice dengan wajah yang tak bisa diartikan.
"Apa?"
"Kemarin Sea sama kak Clarissa putus" Ice berbisik bisik takut di dengar Sea.
"HAH? DEMI APA??"
"Beneran deh gue ga boong, kemarin gue nemenin dia ngasih bunga ke kak Ris, baru pas dia keluar dari rumah kak Ris dia langsung meluk gue dan bilang dia uda putus.."
"HAH? MELUK LO??!!"
"Sttt.. nanti di denger" kata Ice yang masih berbisik.
"Apa arti dia meluk lo?"
"Gue gatau, tapi..."
"What?"
"Gue udah mutusin, apa yang bakal terjadi, gue bakal nerima semuanya."
"Apaan?"
"Besok ultah Sea, gue mau ngasih dia surprise.."
"Surprise apa?"
"Bilang suka ke dia"
"Langsung atau di chat?"
"Langsung, biar kalo happy ya langsung happy, kalo sad ya biar sad aja"
"Yakin lo bakal bisa nerima semua responnya dia? Walau dia menjauh?"
"Gue udah mikirin ini semua Ry.. gue yakin" Ice memasang senyumnya yang tipis itu.
"Yaudah kalau lo yakin.. moga dapet kabar baik" Dinary tersenyum. Ice menghela nafasnya, ia tau ini tak mudah baginya, tapi, dengan selalu memendam perasaannya begini juga tak membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.
"Ice" panggil Sea yang kini telah berada di samping bangku Ice. Ice sedikit kaget dengan kehadiran Sea yang tak ia sadari.
"Kenapa?"
"Dinary, kasih waktu gue sama Ice, gue mau ngomong sesuatu sama dia.." kata Sea kepada Dinary. Dinary pun pergi darisana.
"Ada apa?"
"Gue mau lo lupain semua kejadian kemarin.."
"Lo pikir lo penyihir gitu? Bisa ngilangin ingatan orang? Gue ga semudah itu lupa.."
"Kenapa emangnya?" Tanya Ice.
"Gue cuma gamau ada yang tau titik terlemah gue aja."
"Kenapa? Emang gue orang pertama yang tau?"
"Iya, kalau lo ga percaya yaudah tapi gue ngomong jujur"
"Emang kenapa kalau ada yang liat titik terlemah lo? Orangnya tu bakal mikir lo kenapa? Gue bakal mikir lo gimana? Menurut gue semua orang juga pasti ada titik down nya kok, lo ga perlu nunjukin bahwa lo tuh selalu kuat menghadap bumi ini, gapapa kok, gue juga punya kok titik terlemah gue... ga cuma lo. Dan gue juga ga berusaha nyembunyiin" jelas Ice.
"Lo adalah lo, dan gue percaya lo pasti bisa ngelaluin semua ini"
"Ice, ini ga mudah bagi gue"
"Iya Sea gue ngerti, gue juga ngerti sama perasaan sakit lo sekarang, bahkan gue lebih parah dari lo, karena gue ga bisa ngeluarin cerita ke orang kek lo, gue tau lo udah sayang sama kak Rissa makanya lo ga bisa. Tapi suatu hari lo pasti bisa, ini adalah awal, lo ngerti? Ini baru awal!" Ceramah Ice.
"Apa maksud lo bilang diri lo lebih parah dari gue? Gue ngeliat lo santai aja kok!" Lanjut Sea.
"Gue bakal kasih tau lo...." Ice menghentikan perkataannya sebentar, "Tapi bukan karang. Tenangin dulu otak lo, gue baru mau bilang ke lo"
Sea terdiam.
"Cewek masih banyak Sea, masih banyak ada cewek yang sayang sama lo dengan tulus, bahkan dirinya yang ga pernah di liat.." Ice seperti menghayal, tatapan kosong ke lantai. Tapi ia memang sengaja berbicara seperti itu.
Kringgggggggg
Bel istirahat berbunyi.
"Gue mungkin bisa bilang segitu aja, jangan sedih, hidup lo masih panjang" kata Ice yang segera bangun dari kursinya.
"Ry, anterin kantin.." kata Ice, mereka berdua pun keluar dari kelas dan hanya tersisa Sea di kelas.
Sea kembali ke tempat duduknya, ia perlahan mulai mencerna perkataan Ice.