webnovel

Ch. 144

Ini sudah masuk hari kelima Jesper, Lucas, dan Xukun magang. Tidak seperti hari pertama mereka yang menggunakan jas dan celana kain yang membuat mereka seperti makhluk kantoran. Hari ini mereka cenderung seperti anak kuliahan pada umumnya. Celana jeans dan baju kemeja.

Jesper lebih menggoda selera, celana jeans dengan paduan kemeja hitam yangtidak terkancing dengan dalaman kaos abu-abu itu membuat para wanita menjerit tertahan. Belum lagi dengan wajah bad boy kelas kakapnya itu. Buronan ibu-ibu pemilik anak gadis sekali.

Jika Lucas mari kita pantau tampilannya, celana jeans dengan kemeja abu-abu yang tiga kancing teratas terbuka menampilkan kaos dalam bewarna putihnya. Tampan dan memukau.

Lain dengan dua Kingkong yang sangat manly, maka Xukun akan tersaji dalam bentuk yang lebih manis seperti anak gadis. Celana jeans dan sweater abu-abu dengan lengan yang hampir menutupi ujung jarinya dan bagian leher yang tertutup sempurna.

Tema mereka bertiga hari ini adalah abu-abu. Dengan Xukun yang berjalan di tengah dua Kingkong itu benar-benar membuat kesan yang waaaw.

"Selamat menderita teman-temanku yang berbahagia." Ujar Xukun ceria. Melambai singkat dan tersenyum manis pada dua temannya itu.

"Semoga berbahagia istriku." Ujar Jesper dan Lucas bersamaan dan mendapat delikan tajam dari Xukun yang benar-benar terlihat sangat manis.

"Istri kepala kalian petak!" Sungut Xukun tak terima. Dia itu laki-laki dan takdirnya menjadi suami. Bukan istri, apalagi istri si dua manusia idiot itu.

"Hahahahaha." Itu yang tertawa Lucas, Jesper? Hanya tersenyum kecil dan itu juga miring. Smirk. Sekali setan ya tetap saja setan.

"Kesalahan macam apa yang telah aku lakukan di masa lalu Ya Tuhan?" Erang Xukun frustasi. Punya teman kenapa seperti ini sekali?

**

Semenjak para bawahan Sehun mendapat semburan dari tiga anak magang itu, mereka tidak lagi mendapat protesan dari berbagai macam aspek. Terkecuali ya yang memang bebal pada dasarnya dari lahir.

"Anak magang, periksa apa yang salah dengan proposal ini."

Lucas melirik sekilas lalu kembalu fokus dengan komputernya. Masa bodoh saja ya.

"Hei kau tidak dengar?"

Lagi. Mati saja, Lucas tidak sudi jika harus di suruh-suruh. Iuh, siapa dia siapa saya.

"YA!"

"Berisik!" Amuk Lucas dan memutar kursinya menghadap si wanita dengan badan yang berisi itu.

"Pertama namaku bukan anak magang dan kedua, aku di sini bukan untuk kau suruh-suruh dan... aku tidak sudi di suruh-suruh oleh siapa pun. Kau terutama." Sinis Lucas. Hellloooo Lucas bukan tipe-tipe manusia baik-baik yang akan menurut begitu saja. Gantung diri sana.

"Kau berani mencari masalah? Ingin mendapat teguran dari atasan?"

Oh mulai mengancam dia.

"Kau ingin aku kadukan juga karena sudah berbuat mesum di perusahaan?" Lucas tidak mengontrol kata-katanya, bahkan suaranya terdengar menggelegar di tempat itu.

"Kau..."

"Kenapa? Takut? Hell! Otak ada bukan untuk memberatkan kepala. Tapi gunakan!" Nah, masih niat mencari masalah? Jika iya ya terserah saja. Siap-siap saja jika harus di sembur Lucas.

Terpuji Lucas dan mulut brengseknya. Kingkong penghuni Wakanda.

**

Semuanya lancar-lancar saja hingga menjelang jam pulang kantor. Semua karyawan Sehun masih baik-baik saja di depan komputer mereka dan bagi yang masih menikmati waktu istirahat sore hingga entah kenapa, Irene bisa masuk menerobos kantor dan membuat kericuhan. Lagi!

"Ada yang bernama Oh Jesper? Atau siapa itu, si anak pungut Oh Sehun?!" Irene datang dan berseru begitu saja di perusahaan Sehun. Membuat beberapa karyawan yang memang sedang berada di Lobby menatap kaget padanya.

"Bukannya anak pungut Oh Sehun magang di sini?" Lagi. Irene masih menggila dengan teriakannya.

"Oh Jesper! Keluar kau!"

Ting.

Pintu lift baru saja terbuka dan menampilkan si segitiga bermuda. Jesper, Lucas, dan Xukun.

"OH JESPER!"

Jesper tentu saja mengeryit heran. Wanita gila mana yang berteriak heboh memanggil namanya sepert-

"Irene." Gumam Jesper pelan. Hanya wanita itu satu-satunya yang berani berulah di kantor ayahnya.

"Oh si anak pungut sudah datang. Kemana saja kau?" Sapa Irene masih berdiri di tempatnya. Melambai pada Jesper yang masih memasang raut datar padanya.

"Kita pergi." Ajak Xukun seraya menarik kedua tangan temannya itu untuk menjauh. Bisa lain ceritanya jika Jesper mengamuk di sini, di tambah lagi dengan mood pria itu yang sedang tidak baik-baik saja.

"Ayo, aku haus." Lucas juga ikut menimpali. Aura Jesper benar-benar sudah sangat kelam saat ini. Sekali lagi wanita itu berulah, maka habis sudah.

"Mau kemana kau? Tidak ingin bertegur sapa dulu dengan calon ibumu?" Tanya Irene berbasa-basi.

"Dasar busuk!" Sinis Jesper melenggang pergi. Tidak ada gunanya meladeni wanita itu di sini dan dimana saja. Hanya akan membuang-buang energi.

"Ah bagaimana dengan hutang keluargamu yang dulu. Apa sudah di lunasi Sehun? Bukannya Sehun mengangkatmu karena itu?" Irene mulai berkoar-koar tidak jelas. Tersenyum miring saat yang ia lihat raut datar Jesper masih sama, hanya saja kepalan tangannya yang mengepal erat itu yang membuat Irene tersenyum puas.

Bisik-bisik sumbang mulai terdengar di sekitar Jesper dan pria itu masih tidak mau peduli. Berjalan lurus melewati Irene yang memang masih berdiri di tempat yang sama.

"Tebalkan saja telinga." Bisik Xukun.

"Ah satu lagi. Bagaimana dengan kabar adikmu itu? Yang sama-sama anak pungut Sehun? Apa kehidupan di Pantinya benar-benar tidak enak, sehingga Sehun harus memungutnya?"

Langkah Jesper terhenti, masih dengan raut datar dan tangan yang mengepal erat. Pria itu masih berusaha sabar jika hanya membahas dirinya. Tapi jika Jinyoung? Perang pisau akan Jesper ladeni.

"Pasti adikmu hidup enak dengan uang dan harta yang melimpah milik Sehun bukan?"

Sret.

"Akh."

"Oh my god."

Semua yang ada di sana terperanjat kaget saat tiba-tiba saja Jesper sudah berbalik badan dan mencengkram kuat leher Irene.

Bahkan Lucas dan Xukun saja yang berdiri tepat di sebelah Jesper juga ikut terperanjat kaget. Sejak kapan si bongsor nomor dua itu sudah berbalik badan?

"Akh." Irene meringis dengan tangan yang mencengkram kuat lengan Jesper. Kakinya sudah meninjit keatas karena Jesper benar-benar tidak main-main dengan cekikannya.

"Lep... paash."

"Kau yang memulai perang duluan denganku bukan? Sudah pernah aku ingatkan untuk jangan muncul lagi di depanku dan kau malah membuat masalah? Bosan hidup?"

"Akh."

"Oh my god! Hentikan bodoh! Apa lagi yang kau tunggu?!" Gemas Xukun. Bisa masuk jeruji besi jika temannya itu sampai membunuh si wanita sialan itu.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan bodoh, tidak lihat bagaimana kekuatan Jesper?" Lucas juga gemas sendiri jika seperti ini. Niat menolong bisa berakhir sia-sia jika dia harus berakhir di rumah sakit. Patah tulang pula.

"Apa yang harus kita lakukan?" Xukun semakin cemas saat wajah Irene benar-benar sudah memerah sempurna. Kekurangan oksigen dia itu.

"Sial... anh. Lep... akh... lepash!"

"Masih bisa menyumpah? Itu tandanya kau masih baik-baik saja."

Sret.

"Akh."

Mengangkat semakin tinggi leher Irene yang masih berada di cengkraman tangannya. Ini belum seberapa jika di bandingkan dengan sakit hati adiknya jika mendengar ini.

**

Brak.

Sehun yang sedang rapat penting dengan koleganya menatap tajam Suho yang baru saja mendobrak pintu dengan nafas yang tersendat-sendat.

"Tidak bisa mengetuk pintu? Tidak punya sopan-santun?" Ujar Sehun. Malu sudah dia jika seperti ini.

"Persetan! Jesper! Hah... hah... hah... Irene di bawah. Hah..." Suho membungkuk lelah dengan tangan yang bertumpu pada lututnya. Bahkan kata-kata sangat berantakan.

Sret.

"Yang jelas." Berdiri dari duduknya dan berjalan cepat kearah Suho. Ada apa sebenarnya?

"Kau harus ke Lobby." Nafas Suho tidak bisa jika harus di gunakan untuk berbicara panjang lebar. Mati berdiri dia nanti.

"Security sialan! Aku menyuruh mereka untuk melempar Irene jika masih berani menginjakan kaki di sini." Amuk Sehun. Berjalan cepat dan langsung memasuki lift untuk segera sampai di tujuannya.

Ting.

"Lepash! Sialanh!"

"Sebelum kau mati, maka jangan harap!" Desis Jesper.

Sehun membolakan matanya, apa ini? Dengan langkah lebar, Sehun mendekat dan berusaha melepaskan cengkraman Jesper di leher Irene.

"Hei... hei... son. Hentikan, kau bisa membunuhnya." Ujar Sehun. Jangan sampai anaknya masuk penjara.

"Nah kau lihat? Sehun saja tidak kuat, bagaimana dengan aku?" Bisik Lucas bodoh. Si idiot itu memang benar-benar.

"Kau tolong idiot!" Gemas Xukun. Mendorong Lucas hingga Lucas sadar apa yang harus ia lalukan saat ini.

"Oi Jes, sadar. Lepas!" Ujar Lucas. Panik juga jika dia seperti ini. Tenaga Jesper itu tenaga Bison, Lucas yang Kingkong penghuni Wakanda saja kewalahan ini.

"Adikmu bisa ketakutan jika melihatmu seperti ini." Nah jiwa keibuan Xukun sudah keluar. Jika Sehun tidak mempan, maka adik-adiknya bisa saja.

Sret.

Brak.

Melepas begitu saja cekikan Irene dengan raut datarnya dan menatap nyalang padanya. "Urusan kita belum selesai brengsek!" Ujar Jesper.

Sret.

Melepas pegangan Sehun dan Lucas di badannya lalu pergi begitu saja dengan mobilnya.

Bbrrrrm.

"Awasi." Ujar Sehun pada Suho.

"Baik."

"Kami akan mengikuti Jesper, permisi." Pamit Lucas dan Xukun. Berlari menuju parkiran dan mengambil mobil masing-masing. Jesper yang menggila itu benar-benar bencana.

"Seret dia keluar dari sini!" Amuk Sehun menunjuk Irene yang bahkan masih kesulitan bernafas.

"Awasi si sialan ini, jika urusan Jesper sudah selesai dengannya. Katakan padaku, urusan dia denganku setelahnya."

"Baik."

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

THANK U.

DNDYP.