webnovel

My Soully Angel (Jodoh Sang Dewa Api)

Yafizan - Diturunkan ke bumi akibat serangan fatal dari kekuatannya membuat seorang gadis meninggal karena melindungi adik calon suaminya. Dia selalu bersikap arogant dengan emosi yang meluap - luap karena sifat alami apinya. Tinggal di bumi hampir seribu tahun lamanya bersama asisten yang diperintahkan untuk menjaganya selama di bumi. 1000 tahun kemudian dia dipertemukan dengan reikarnasi gadis yang tanpa sengaja diserangnya, dan gadis itu selalu menolongnya sedari kecil - Soully. Kejadian tak terduga membuatnya keduanya terikat dalam pernikahan.

GigiKaka · Fantasia
Classificações insuficientes
100 Chs

Bab 41

Erick diam-diam mengikuti Soully dari kejauhan. Ia segera melajukan mobilnya pergi ke rumah sakit setelah melihat Soully masuk ke dalam gedung kantornya. Senyuman indah terukir di bibirnya setelah beberapa saat ia mengingat dan membayangkan tingkah konyol Soully tadi padi. Dengan perasaan gembira saat ini Erick ingin memulai aktivitasnya.

***

"Lihat bagaimana nanti Bos Yafi memberinya pelajaran."

"Berani sekali perempuan itu menyentuhkan tangannya."

"Kasihan sekali. Kita doakan perempuan itu selamat."

Suara bisik-bisik para karyawan terdengar lirih dan jelas. Bagaimana mereka bergunjing mendukung dan kebanyakan pula di antara mereka yang mendoakan agar Soully selamat.

Tadi, ketika Soully sudah melangkahkan kakinya menuju lobby. Bersamaan karyawan lain yang sedang memberi hormat, Soully dengan acuh terus berjalan dengan pandangan tertunduk mencari sesuatu dalam tas selempang kecilnya. Sungguh tidak sopan! Fikir karyawan lainnya.

Tatapan tajam mencibir itu membuat Yafizan menoleh pada apa yang karyawan lain bicarakan dengan isyarat mata mereka. Badannya memutar, sungguh pemandangan indah pagi ini. Soully dengan dress blue mint serta motif bunga-bunga kecil selutut dibalut dengan blezer creamy terlihat anggun dan segar. Sepatu kets putihnya tetap membuatnya tampil serasi dengan baju yang dikenakannya, walaupun tanpa heels atau sepatu feminin, apa yang dikenakannya membuat kaki jenjangnya terlihat indah. Rambut hitam panjang ikal mayangnya terlihat menjuntai, sungguh indah ditata rapi dengan mengikat setengah rambutnya dengan jepitan beraksen kupu-kupu, sangat cantik.

Matanya berkaca haru di balik kacamata hitamnya. Tatapan penuh kerinduan.

Di tengah kesibukkannya mencari sesuatu, tanpa sengaja Soully menabrak seseorang dan hampir saja terjatuh saat reaksi tubuhnya yang shock langsung berjingkat mundur ke belakang. Tangannya refleks mencari sesuatu untuk dipegangnya erat agar ia bertahan. Tangannya mencengkram tepat pada jas orang itu di bagian dadanya.

Soully mendongakkan kepalanya, ia menatap maaf pada orang itu, namun seketika ia menundukkan pandangannya dan menghindarinya. Ia memundurkan tubuhnya, melepas cengkramannya. Namun, lagi, dia hampir terjengkang ketika kakinya tanpa sengaja bertautan dengan kaki orang itu. Tangannya mengcengkram lagi lengan orang itu untuk pertahanan dan dibalas kuat orang itu untuk menahan Soully agar tidak jatuh. Orang itu, suaminya, Yafizan.

.

.

.

Yafizan yang mendengar orang-orang membicarakannya dan Soully, mulai merasa jengah. Apalagi perempuan yang dirindukannya sejak kemarin kini berada tepat di hadapannya. Soully menunduk malu mendengar perkataan orang-orang yang terus mencibirnya. Dan entah mengapa tiba-tiba kakinya seperti tertanam di tempatnya sekarang, ia ingin berlari namun susah digerakkan.

Yafizan hendak berteriak supaya orang-orang berhenti membicarakan Soully dengan buruk. Namun niatnya terhenti ketika Soully meremas erat tangan Yafizan yang sedang mencekal di kedua sisi bahunya itu. Soully menggeleng seolah ia tahu apa yang akan dilakukan suaminya.

Tanpa menghiraukan apa yang dibicarakan orang lain, Yafizan segera menarik lengan Soully dengan kasar mengajaknya masuk ke dalam lift khusus. Orang-orang semakin mencibir dan sinis terhadap Soully, mereka iri karena bertahun-tahun yang sudah berkerja di perusahaan itu tak pernah sekalipun mereka mencoba menaiki lift khusus tersebut.

Rona melerai dan meredam keributan para karyawan untuk segera pergi bekerja ke divisi masing-masing. Dia tak mengikuti bos dan istrinya itu. Fikirnya biarkan mereka mengatasi masalah di antara mereka dan ia tak ingin ikut campur kecuali diperlukan.

Di dalam lift, Yafizan langsung melumat bibir ranum Soully. Ia memeluk istrinya erat. Soully mendorong sekuat tenaganya melepaskan pagutan di bibirnya.

PLAKK dengan segenap keberanian Soully menampar wajah tampan suaminya itu. Nafasnya tersenggal antara menahan panas karena sudah menampar dan menyesuaikan nafasnya akibat ciuman hasrat kerinduan dari suaminya. Soully bergetar ketakutan karena ia sepenuhnya sadar jika perlakuannya akan menjadi boomerang untuknya sendiri.

Yafizan terdiam sambil memegang pipinya yang terasa panas. Ia melihat Soully gemetaran, lalu membalas tamparan Soully dengan memeluknya semakin erat. Berkali-kali Soully meronta, menjauhkan dan mendorong Yafizan agar tak menyentuhnya.

TINGGG

Pintu lift terbuka ketika mereka sampai di puncak tertinggi ruang kerja Yafizan berada. Yafizan menarik lengan Soully masuk ke ruangannya.

"Lepaskan aku!" teriak Soully.

Soully meringis kesakitan karena Yafizan menggenggam lengan Soully yang masih terluka. Yafizan menyadari dan segera melepasnya.

"Maaf..." ia melihat tangan Soully. Berlalu mengambil sesuatu di kotak P3K dalam laci mejanya dan mengoleskan salep dingin pada lengan Soully yang terluka, meniupnya lalu membalutnya dengan plester.

"Apa ini masih terasa sakit?" tanya Yafizan yang tanpa menunggu jawaban dari Soully segera ia pun melanjutkan aksinya dengan memeluk Soully erat. Namun Soully tetap menolaknya bahkan ia berjalan mundur menghindari pelukan suaminya.

"No...Sayang jangan seperti ini...kita bicara baik-baik, oke?" perlahan mendekati.

"Tak perlu ada pembicaraan apa-apa lagi di antara kita! Kau bebas! Kau bisa kembali kepada cinta sejatimu itu!" ucap Soully tercekat menahan tangisnya.

"Tidak Sayang...ini tidak seperti yang kau bayangkan. Aku akan tetap setia denganmu. Aku hanya menginginkanmu!" teriak Yafizan frustasi karena Soully masih berjalan mundur menghindarinya. Di balik kacamata hitamnya mata Yafizan pun mulai berkaca-kaca.

Langkah kaki Yafizan lebih besar, sehingga tanpa menunggu lagi ia segera memeluk Soully tanpa persetujuannya. Soully memberontak lalu lagi-lagi menampar wajah tampan suaminya lebih keras dari tamparan pertama hingga kacamata hitam yang tadinya menyembunyikan wajah semrautnya kini terlepas. Yafizan tak mempedulikan lagi rasa sakit dan pedih di pipinya. Dengan terus bertekad ia mendekatkan dirinya pada Soully lalu mendekapnya.

Dengan jelas Soully kini melihat bagaimana mata sembab yang besar serta lingkar mata hitam di wajah suaminya.

Sungguh kacau, kenapa wajahmu seperti itu? Apa kau habis menangis dan tidak tidur semalaman?

Benak Soully terus bertanya sementara tubuhnya masih menghindar. Soully sudah tak bisa membendung butiran kristal bening di matanya. Tenaganya tak bisa mengalahkan tangan mekar yang sedang mendekapnya erat saat ini. Berkali-kali ia memukul-mukulkan tangan mungilnya di dada bidang suaminya. Sekuat tenaga juga Yafizan menahan rasa sakit pukulan itu walaupun ia pun sudah meringis berulang kali.

"Pukullah, siksa aku semaumu hingga kau merasa puas, Sayang. Sungguh jika dengan begini kau bisa memaafkan dan kembali padaku, aku rela jika kau membunuhku saat ini," lirih Yafizan.

Pukulan Soully pun melemah, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menangis sejadinya dengan Yafizan masih mendekapnya erat. Ia menenggelamkan wajah Soully di dadanya, mencium puncak rambut kepalanya yang wangi, aroma yang ia rindukan sejak kemarin.

Setelah beberapa menit tangisannya mereda. Dan kini ia mulai tenang. Yafizan melepaskan pelukannya lalu memandang wajah Soully lekat. Ia mengusap sisa-sisa air mata di pipi Soully.

"Kenapa kau cengeng sekali, hm? Apa aku benar-benar jahat sehingga menyakitimu sampai kau menangis seperti ini?"

Soully terdiam lalu tanpa permisi lagi Yafizan memajukan wajahnya, semakin dekat hingga tanpa permisi mencium lembut bibir Soully. Ciumannya yang lembut lama-lama semakin dalam dan menuntut. Awalnya Soully tak membalas, namun tangannya secara alami melingkar di leher Yafizan.

Yafizan semakin menekan tengkuk leher Soully, melingkarkan tangan satunya di pinggangnya lalu memeluk Soully dengan erat. Seakan ia tak ingin melewatkan kebersamaannya saat ini bersama istrinya. Ia mengangkat tubuh Soully, memangkunya dan berjalan perlahan tanpa melepas ciuman panas di bibir istrinya yang terasa manis dan menggemaskan, mengajaknya hingga tubuh mereka terjatuh di sofa. Lama mereka bercumbu melepaskan hasrat mereka.

***

Yafizan menarik tubuhnya bertumpu dengan sikunya yang masih bertahan di atas tubuh Soully, melepas ciuman mautnya. Menahan hasrat di bawahnya yang sudah siap dilepaskan. Soully masih mengatur nafasnya. Dibelainya lembut rambut Soully lalu dikecup keningnya, ia memandang wajah istrinya dengan penuh cinta.

"Apa...kau sudah memaafkanku, Sayang?" tanya Yafizan yang masih membelai anak-anak rambut Soully.

"Tidak!" jawaban Soully membuat mata Yafizan terbelalak.

"Sungguh? Apa kau sedang mempermainkanku sekarang? Setelah kita bercumbu barusan?"

"Ya, aku hanya memanfaatkanmu saja," ucap Soully datar sambil menahan tawanya.

"Ouhh...jadi kau memanfaatkanku ya...baiklah kalau begitu manfaatkan aku semaumu. Kau mau aku mencium keningmu? (Cium kening) pipimu? (cipika cipiki) hidungmu? (cium hidung) dan...bibirmu..." lumatan halus di bibir Soully. Yafizan mengerjai Soully dengan mengabsen seluruh wajahnya untuk dicium dengan gemas. Menggelitiknya hingga istrinya tertawa dan meminta ampun.

Sungguh suasana pagi ini terasa menyenangkan. Yafizan merasa bahagia karena istrinya kini kembali ke dalam pelukannya.

"Kau...kali ini aku bisa menahan hasratku. Tapi terima hukumanmu nanti malam, Sayang..." ucap Yafizan lirih di telinga Soully.

"Silahkan saja, awas kalau kau macam-macam. Kau terlalu percaya diri. Siapa bilang aku akan pulang bersamamu?"

"Oh, benarkah? Jadi kau takkan pulang?" Yafizan mulai menggelitik pinggang Soully.

"Ouw sudah hentikan. Ini sudah hampir jam 10.00, aku sudah terlambat, ini hari pertamaku kerja, aku tak enak sama Mr.Govind. Tapi kemarin Mr.Govind bilang kalau atasanku akan datang jam 10.30, masih ada waktu." Soully beranjak dari tidurannya di bantu Yafizan yang mendudukannya. Soully merapikan baju, rambut dan riasannya.

"Gara-gara kau aku harus mengulang merias wajahku. Dan apa ini? Kau sengaja kan? (menunjukkan tanda merah di dadanya) untung saja ini tertutup dan tidak akan kelihatan," ketus Soully yang sibuk merapikan diri. "Apa aku sudah terlihat segar kembali? Bagaimana aku hari ini?" Soully meminta pendapat suaminya akan penampilannya. Yafizan tersenyum melihat tingkah istrinya dan hanya memandangnya penuh kagum.

"Kau sangat cantik lebih dari apapun, Sayang," jawab Yafizan membuat wajah Soully merona. Sembari sibuk jemarinya membelai lembut rambut Soully. "Oh ya, semalam kau tinggal di mana? Lalu baju ini, darimana kau mendapatkannya?" tanya Yafizan yang membuat Soully terdiam dan gelagapan. Ia tak mungkin bilang kalau semalam ia tinggal dengan Erick, begitupun dengan bajunya.

Soully tak ingin merusak suasana pagi ini karena mereka baru baikkan. Tanpa menjawab pertanyaan suaminya, ia malah mengalihkan pembahasan. Untungnya Yafizan tak memperhatikan ada kejanggalan karena suasana hatinya yang sedang sangat baik.

"Apa kau sudah sarapan? Kenapa wajahmu jelek sekali hari ini? Kau menangis dan tidak tidur semalam? Apa kau menangisiku? Kau meledekku cengeng, nyatanya kau juga begitu. Oh, untung kau tampan, tapi sebaiknya kau memakai lagi kacamata hitammu jika kau tak ingin orang-orang mengataimu panda besar yang tampan," celoteh Soully.

"Panda besar yang tampan?" Yafizan menyeringai.

"Ya, untung saja tampan," Soully mencebikkan bibirnya. "Oh ya, kacamata! Apa kacamatamu rusak?" Soully beranjak dan mengambil kacamata yang terlepas tadi, sedikit retak. "Wah...apa aku harus menggantinya? Kacamata mahalmu ini berapa yang harus aku bayar? Tidak, tidak, aku ini istrimu, kau bisa beli lagi nanti," celoteh Soully lagi membuat Yafizan tersenyum bahagia.

"Oh ya, pipimu! Apa pipimu sakit? Maaf tadi aku menamparmu." Soully menangkup kedua tanggannya di pipi Yafizan lalu mengusapnya perlahan.

"Dan dadamu apakah terasa sakit karena tadi aku memukulmu?" Soully menyerbu dengan berbagai pertanyaan membuat Yafizan bingung menjawabnya. Tingkahnya membuatnya semakin menggemaskan. Yafizan lagi lagi mencium bibir Soully.

"Kau ini, kenapa suka sekali mencium bibirku?" Soully mengerucutkan bibirnya, malu.

"Kau menggemaskan, kau manis, Sayang."

"Tsk, sudahlah aku akan menemui Mr.Govind dulu."

"Apa kau mau aku antar?"

"Tidak usah, orang-orang akan mencibir kita lagi nanti."

"Kenapa? Kau istriku!" belai lembut Yafizan di rambut Soully.

"Tapi orang-orang tidak tahu aku istrimu!"

"Aku akan mengumumkannya segera!"

"Oh ya? Mari kita lihat! Sudahlah, aku harus menemui Mr.Govind dulu," pamit Soully.

"Oke, aku akan menjemputmu sore nanti dan jangan menolak, apalagi kabur!" perintah sekaligus ancaman Yafizan, Soully menjawabnya dengan mengangguk. Yafizan tersenyum lalu mengecup kening istrinya dengan perasaan senang. Memeluk tubuh mungil istrinya dengan erat seakan tak ingin berpisah.

Soully melangkah pergi meninggalkan Yafizan, dan suaminya hanya menatap punggungnya mulai menjauh. Ada ketakutan tersendiri di dalam hatinya yang ia pun sendiri tak mengerti.

Sayang...terima kasih. Oh, aku sungguh bisa gila! Kenapa aku tak ingin berjauhan denganmu? Dan kenapa dengan perasaanku ini? Kenapa jantungku berdetak tak karuan?

Soully menghentikan langkahnya ketika hampir di pintu untuk keluar. Dia berbalik lalu berlari menghampiri Yafizan yang sedang tak karuan kala itu. Soully memeluk dan mencium pipi Yafizan sekilas.

"Cium dan pelukan pamit, Sayang. Doakan aku selalu yang terbaik." senyum Soully, tangan kanannya mengepal ke atas memberi semangat, lalu pergi.

Yafizan tidak sempat membalas perlakuan Soully yang tiba-tiba itu. Setelah Soully benar-benar menghilang di balik pintu ia baru tersadar. Ia memegang pipinya dan hatinya benar-benar membuncah bahagia.

Rona yang sedari tadi mengamati pasangan itupun ikut bahagia. Tak lupa Soully sempat meminta maaf dan pamit pula ketika melihat Rona di meja kerjanya tadi.

"Yang semangat kerjanya, Nona!" seru Rona melambaikan tangan ketika Soully masuk ke dalam lift lalu membalas lambaian tangan Rona hingga pintu lift menutup.

***

Soully sudah berada di ruangan Mr.Govind. Rupanya ia sudah ditunggu dan dinantikan kehadirannya. Sambil menunggu seseorang datang, mereka mengobrol ringan.

"Sungguh Soully aku kira kau takkan datang." Mr.Govind menghela nafas dalam.

"Aku pasti datang Mr.Govind. Aku takkan mengecewakanmu. Maaf aku datang agak terlambat," ucap Soully.

"No problem. Dia juga belum datang," sanggah Mr.Govind. "By the way, kau cantik sekali hari ini," kagum Mr.Govind, pujiannya untung tak terdengar Yafizan, kalau tidak, entah apa yang akan dilakukannya nanti.

"Terima kasih, Mr.Govind. Berarti apa selama ini aku tidak cantik?" Soully merajuk.

"No, everyday you look so beautiful, Soully. Atasan barumu pasti memilihmu karena kau cantik. Tapi, ke mana dia? Kenapa masih belum datang? Padahal ia orang yang sangat disiplin," imbuhnya sambil melihat jam yang melinggkar di pergelangan tangannya.

***

Di tempat lain seseorang masih sibuk memperhatikan tampilannya di depan cermin. Asisten pribadi yang setia mengawalnya sudah lama hanya memperhatikan tuannya itu. Sesekali ia mengingatkan jika waktu sudah hampir menunjukkan pukul 10.30.

"Bagaimana penampilanku? Apa aku terlihat mempesona? Aku ingin terlihat menawan di depan adikku nanti."

"Anda selalu mempesona, Tuan."

Pria tersebut menyunggingkan senyuman kepuasan di wajahnya.

"Tunggu aku, Sayang...mulai hari ini aku akan membawamu kembali..."

Soully dan Mr.Govind sudah berharap-harap cemas. Berkali-kali ia melihat jam dan menyesap teh hangat yang sudah disajikan dari tadi.

***

Bersambung...

Jangan lupa tekan like dan vote'nya ya Readers..

Dukung terus dan saksikan kisah selanjutnya

Terima kasih 😘