"Bagaimana mungkin dia tidak cocok dengan seragam kerjanya, toh Roselle adalah salah satu gadis tercantik di sekolah kita, kurasa menjadi seorang model saja dia sangat pantas," puji Kyle mencoba untuk menutupi hinaan itu.
"Sayangnya dia tidak di takdirkan untuk menjadi model.. Nyatanya wajah cantik saja tidak cukup jika kita memiliki nasib yang buruk, bukankah begitu?" timpal seseorang lagi, membubuhi pujian Kyle dengan sebuah hinaan.
"Ck!" Kyle sudah berdecak merasa geram hendak menimpali, namun Rose segera memegang tangannya mengisyaratkan agar Kyle tak perlu membalas hinaan itu.
Kyle menoleh pada Rose dengan simpati, seolah Ia menyesal dengan ucapannya tadi yang malah menjadi bahan hinaan baru untuk Rose, sedangkan Rose hanya tersenyum santai, seolah tak peduli dengan hinaan yang Ia dapatkan dari teman-temannya.
"Oh, Roselle dan Kyle kalian belum memesan makanan apapun." seseorang yang duduk di ujung memberikan sebuah menu dan mengisyaratkan seorang pelayan untuk mendekat.
"Kami semua sudah memesan makanan, dan jangan khawatir untuk makanan penutup karena Norah sudah memesannya untuk kita semua," ujar yang lain seraya menoleh pada Norah yang tadi memanggil pelayan restoran.
Tampaknya Kyle memesan lebih dulu, sedangkan Rose masih melihat-lihat menu yang tertulis di sana.
"Pesanlah yang kau mau Roselle, jangan pikirkan harganya karena aku yang akan membayar," ujar Norah membuat Rose menelan ludah pahit, lagi-lagi mereka memiliki bahan untuk meremehkannya.
"Baiklah.." jawab Rose tenang penuh senyuman kemudian dengan sengaja memesan makanan yang cukup mahal membuat beberapa temannya saling memandang bergantian.
"Aku tak mungkin meragukanmu Norah, kau memang yang terkaya ku akui itu, apalagi hanya untuk membayar makan malam ini, bukankah bagimu harga ini tidak ada apa-apanya." dengan sengaja Rose memujinya sangat berlebihan.
Kyle diam-diam tertawa seraya menendang kecil kaki Rose di bawah. Norah tampaknya tak suka dengan pujian Rose, Ia hanya menyeringai dan meraih ponselnya di meja. Ketika salah seorang dari mereka dengan asik menghina Rose, semua akan bersahutan dan sengaja mencari kesempatan untuk ikut menghinanya juga, namun ketika Rose sengaja menghina Norah dengan pujiannya, tak ada siapapun yang berani menimpali ucapannya.
"Oh ya Kyle, ku dengar suamimu harus ke luar negeri karena pekerjaan?" tanya yang lain mencoba memecah kecanggungan itu.
"Ya, dia memang sering pergi ke luar negeri selama berminggu-minggu karena suatu pekerjaan," jawab Kyle.
"Jangan bolehkan dia pergi terlalu lama, bisa jadi itu alasan kalian tidak juga di beri anak," sergah yang lain membuat Kyle membulatkan matanya tak suka dengan pernyataan itu.
"Tunggu, bukankah ini tahun kedua pernikahan kalian?"
"Ya, dan aku memang sengaja memutuskan untuk tidak memiliki anak di waktu-waktu sekarang ini, apa menurut kalian itu sebuah masalah?" kesal Kyle.
"Kau cukup beruntung menjalankan bisnismu dengan begitu sukses, tidak ada salahnya menunda untuk memiliki anak sampai kau siap, selama suamimu tak keberatan dengan itu." Rose mencoba meredam kekesalan Kyle.
Kyle menoleh pada Rose dan tersenyum, "Kau benar Roselle, toh suamiku tak pernah menuntut apapun, semua keputusan atas kesepakatan kami berdua." seketika semua terdiam menyadari kekesalan Kyle, bersamaan dengan datangnya makanan yang mereka pesan membuat suasana kembali mencair.
Kedatangan makanan yang begitu banyak, tiba-tiba membuat Norah berdiri dan membantu para pelayan yang tengah meletakkan makanan di atas meja. Sempat di tolak oleh sang pelayan karena itu adalah tugasnya namun Norah beralasan jika makan malam itu adalah idenya sehingga Ia juga harus melayani para temannya.
"Apakah aku pantas menjadi seorang pelayan?" gurau Norah membuat semua orang tertawa.
Namun ketika hendak meletakkan minuman di hadapan Rose, Norah menjatuhkan gelas di meja hingga airnya membasahi celana dan sedikit pakaian yang di kenakan Rose, sontak semua terkejut termasuk Rose yang segera berdiri untuk menjauhi tumpahan air itu di mejanya.
"Ya Tuhan! Roselle! Maafkan aku," ujar Norah sedikit berteriak.
"Apakah pakaianmu basah?" tanya Kyle yang juga ikut berdiri karena menghindari tumpahan air.
"Ya, ku rasa celana dan pakaianku basah," ujar Rose.
"Ya ampun Norah, kau sama sekali tidak pantas menjadi seorang pelayan, lihatlah kau mengacaukan meja," ucap seseorang.
"Seharusnya kita serahkan hal ini pada Roselle, dia adalah ahlinya," timpal yang lain membuat semua orang tertawa.
Rose tahu lagi-lagi ini adalah sebuah penghinaan untuknya, segera Kyle meraih serbet yang seorang pelayan berikan kemudian membantu Rose untuk membersihkan celananya yang basah.
"Kau baik-baik saja bukan?" lirih Kyle.
Rose hanya mengangguk kemudian meraih serbet di tangan Kyle dan meminta izin untuk ke toilet.
"Aku akan membersihkannya di toilet," ucap Rose.
Sebenarnya sesak rasanya terus mendapatkan hinaan dari teman-temannya itu, namun itulah resiko menjadi orang biasa yang tentu tidak sepadan jika di bandingkan mereka semua di sana, nyatanya hanya dirinya saja yang menjadi seorang pelayan restoran, sedangkan hampir semua teman-temannya yang datang adalah seorang pebisnis bahkan pemilik sebuah toko ataupun perusahan. Salahnya memilih untuk datang meski Ia tahu jika dirinya pasti akan berakhir menjadi bahan olokan teman-temannya saja. Rose meneteskan air mata, merasa sedih jika mengingat bagaimana hinaan demi hinaan Ia dapatkan di perkumpulan itu.
"Teman? Mereka sebut itu sebuah perkumpulan teman lama, sedangkan mereka sama sekali tak bisa bicara hal-hal baik sebagai seorang teman. Pasti Norah begitu puas menumpahkan minuman ini ke celanaku." Rose menggerutu.
"Oh Roselle.. Apa celanamu sangat basah karena tumpahan minuman itu?" tiba-tiba saja Norah masuk ke toilet dengan serbet di tangannya.
"Ku bawakan satu serbet lagi untuk mengeringkan celanamu," ujarnya.
"Aku sungguh tak sengaja." Norah bicara dengan nada penuh penyesalan, meski Rose tahu jika wanita itu pasti senang melihatnya di permalukan.
"Masalah apa yang kau miliki denganku, Norah?" tanya Rose tiba-tiba membuat Norah membelalakkan matanya.
"Apa maksudmu Rose?"
"Aku melihatnya, kau sengaja menumpahkan minuman itu," ucap Rose.
Norah yang awalnya menekuk bibirnya kemudian tertawa lirih, "Jadi kau melihatnya?"
Rose membuang nafas, "Sudah ku duga kau sengaja."
"Ya, aku memang sengaja melakukannya. Toh kapan lagi aku dapat menghinamu di depan teman-teman kita?" tampaknya sejak tadi Norah berpura-pura baik di hadapan Rose.
"Lalu apa untungnya kau melakukan itu? Apa kau merasa puas dengan menghinaku?"
"Jangan lupa jika Jeff memutuskan hubungan denganku hanya untuk mengejar wanita sepertimu, Rose!" mendengar ucapan Norah rupanya wanita itu masih menyimpan dendam masa lalu pada Rose.
"Aku tidak mengerti yang kau katakan, kau dan Jeff sudah menikah, lalu mengapa masih mengingat masa lalu yang seharusnya kau lupakan, kau sudah memilikinya." Rose mengerutkan dahi.
Jeff adalah pria yang ketika SMA begitu menyukai Rose, namun Rose tak pernah membalas cintanya hingga pria itu akhirnya berpacaran dengan Norah. Namun hubungan yang terjalin di SMA itu tak berlangsung lama karena Jeff memutuskan hubungannya dengan Norah demi mendapatkan cinta Rose.
Roselle Coleman, gadis itu termasuk gadis tercantik di sekolahnya dulu, apalagi dengan latar belakang keluarga yang cukup kaya, membuat Rose begitu terkenal dan di sukai banyak pria. Meski Rose tak pernah merasa bangga dengan itu, namun tak sedikit gadis-gadis yang iri dan membencinya.
Ketika kelulusan, Jeff kembali menyatakan cintanya pada Rose namun lagi-lagi Rose menolaknya, sehingga untuk melampiaskan kekecewaannya Jeff memutuskan untuk berpacaran dengan Norah meski sebenarnya Jeff sama sekali tak mencintai Norah, bahkan Jeff bersedia menikah dengan Norah adalah karena kegigihan wanita itu mempertahankan Jeff dan berkorban untuknya. Namun itu tak membuat Norah melupakan kebenciannya pada Rose, baginya gadis itulah yang membuat Jeff begitu sulit mencintainya dengan tulus.
"Sampai kapanpun aku tak pernah lupa jika kau adalah penyebab Jeff begitu sulit untuk mencintaiku dengan tulus," ungkap Norah.
Rose memperhatikan wanita itu dengan heran, Norah bersikap seperti anak kecil bahkan ketika wanita itu sudah di karunia seorang anak dengan pria bernama Jefferson Weiner. Merasa tak perlu membahas hal yang tak penting, Rose hanya menggeleng dan memutuskan untuk keluar meski Norah memintanya untuk berhenti.
"Urusan kita belum selesai, Roselle!" Norah menghampiri Rose dan meraih tangannya untuk menghentikan gadis itu.
Namun Rose seolah tak menghiraukannya, gadis itu malah terfokus pada meja di mana teman-temannya duduk. Menyadari wajah Rose yang tampak serius, Norah menoleh untuk melihat apa yang tengah di lihatnya.