webnovel

My Husband Wolf?

aku melihat mata itu saat pertama kali dirumah sakit. aku pikir itu hanya lensa kontak tapi, aku sadar itu bukan, kak Andi? siapa kamu sebenarnya.

v_wi · Fantasia
Classificações insuficientes
1 Chs

chapter 1 *phobia dan mata merah*

Tak seperti kemarin yang hujan deras petir seakan marah menggoyang isi lautan, hari ini matahari bersinar terang menembus jendela pagi. aku bangun pagi merenggangkan tubuh kaku berlalu ke kamar mandi mencuci muka, lalu membuka jendela. aku berdiri dari balik kaca jendela kamar sambil menutup wajah sinar matahari menembus di balik sela-sela jari yang rerasa hangat, bunga mawar merah yang ditanam bunda mekar merona kelopak nya mengembang menyapa udara, di balik itu ada si manis Popo kucing berbulu abu campuran putih berlari menggigit daun sesekali jatuh bergelung melihat bola rajut tersangkut kaki mungilnya, aku berdecak melihat nya, dasar kucing.

Rasanya nyaman sekali bergelung lebih lama di tempat tidur, maka aku putuskan melanjutkan tidur saja hingga siang, ini Khan hari Minggu. Terserah

tok..tok..

"dinn, udah bangun?? yuk turun sarapan nak" suara bunda di balik pintu berseru menghentikan aku yang sudah merangkak diatas kasur, dengan kasar menghempaskan selimut dan menghela nafas berat mengusak rambut 'gagal mau tidur lagi hiks'

"iyaa bunnn!"

*ruang makan*_

aku turun dari tangga lansung duduk bersebelahan dengan Fadil kakak laki-laki ku. Di keluarga kami cuma dua bersaudara kak fadil dan aku sebagai adik bungsunya diruang makan cuma ada aku sama kak fadil, bunda masih di dapur menyiapkan lauk dan ayah masih dikamar seperti nya, merasa ada kehadiran seseorang kak fadil menoleh melihat ku

" ngapain dek?"

" makan lh kak, apa lagi?" ketus ku

"tumben, biasanya juga makanya di kamar huhh" aku memicing menatap kak fadil gak suka.

" apanya yang tumben sih kak, aku lapar jangan pancing aku emosian aku bisa gigit sendok nih" menatap kak fadil sambil mengigit sendok

"astaghfirullah, bunnnnn dindaa jadi gila bunn tolongin fadill" teriaknya, makin nyebelin Khan kak fadil bunda yang dengar tertawa mendekat sambil membawa piring.

"kak fadillll!!!" geramku wajahku memerah menahan malu di goda nya bunda yang melihat terkekeh dan ikut duduk berseberangan.

"ayah mana Bun?" tanya kakak

"ayah sakit Dil, perut nya gak enak efek makan pedas semalam seperti nya" jelas bunda menyerahkan piring dan lauk kakak

"ohh, nanti adil cek Bun yah takut maag ayah kambuh" "ayah sih suka ngyel adil bilangin jangan makan pedas masih ajah" lanjutnya

"ayah bilang sekali ini ajah, tapi semalam ayah makan mie kebanyakan bubuk cabek nya, iya nanti adil cek ayah yah" jelas bunda

kak adil adalah dokter bedah di rumah sakit di Indonesia, kadang kakak sering gak pulang kerumah dan berakhir aku yang kerumah sakit buat nganterin makanan kak adil maklum dokter sibuk pasien nya banyak banget, kasian sih lihat kak fadil kakak jadi jarang pulang kerumah, telat tidur, gak bisa liburan dan sering telat makan jam kerja dokter bedah itu padet banget. aku itu punya phobia sama darah seperti ketakutan yang tinggi kalau lihat darah, mulai dari gemetar sampai pernah pingsan, aku gak tau kenapa, tapi karena phobia ini aku jadi nggak suka rumah sakit dan berakhir aku nganterin bekal kak fadil di luar rumah sakit ajah tapi, hari itu aku pengen banget masuk kerumah sakit jadi....

"Din nih Antar makanan kak fadil kerumah sakit, kasian kakak mu sering telat makan" jelas bunda

"okeh Bun habis sholat Zuhur yah Bun, Dinda antar" bunda tersenyum mengangguk mengerti

jarak rumah sakit dari rumah tidak terlalu jauh jadi aku selalu pergi menggunakan motor hitung -hitung jalan jalan khan. setelah sampai di sana banyak teman kak fadil yang ada yang bersandar di meja resepsionis sambil berbincang, ada yang duduk bersama pasien, aku mengenal mereka semua, aku melewati mereka sambil menyapa teman -teman kak fadil yang dibalas senyuman manis.

sampai di meja resepsionis aku bertanya dengan salah satu staf rumah sakit, namanya kak Yanti

"kak Yanti, kak fadil ada jadwal operasi hari ini?" tanya ku

" ada Din, 5 menit lalu baru masuk, pasien kecelakaan motor- mobil din" jelas nya

"ahh ngeri ahh kak, ehh aku mau antar makanan nih kak aku tunggu di ruangan kak fadil ajah yah kak" aku mengangkat tas bekal dari bunda.

"ohh okeh, seperti biasa yah din jadi adik yang Sholeha" goda kak Yanti sambil berkedip. aku tertawa berlalu dari sana sambil menggerutu dalam hati 'cih adik Soleha kata nya Hiksss' mana ada. biasanya juga berantem sampai aku nangis.

aku berjalan menuju ruang kak fadil, sebelum sampai kesana di belakang ku suara teriakan menggema menghentikan langkah ku, disana seorang bapak di papah lelaki yang lebih pendek darinya masuk kerumah sakit dadanya berdarah dia terlihat kesakitan, laki-laki di sampingnya berteriak meminta tolong untuk mengobati bapak itu. Tanganku gemetaran melihat darah, ingatkan aku bahwa aku takut melihat darah, sekujur tubuhku menggigil, badanku bergetar tas bekal kak fadil jatuh ke lantai dalam hati aku memanggil kak fadil meminta pelukan. air mataku menetes tanpa sadar. kakak, Dinda butuh kak fadil.

bapak itu di tidurkan di kasur pasien karena pingsan, ku lihat kak Andi teman kak fadil satu profesi sebagai dokter bedah berlari mendorong kasur pasien melewati ku pasie dimasukan kedalam ruang khusus penanganan. kak Andi berhenti berlari sebentar menatapku tajam ke arahku yang masih melihat ceceran darah di lantai dengan tubuh bergetar, nafas memburu dan tatapan kosong.

kak Andi berdiri di depanku tangan nya bersedekap dada menggoyangkan bahu mengalihkan mataku pada darah yang tercecer di lantai.

"Din, din, dindaaa" teriaknya membuyarkan lamunanku, tubuh ku berjengit kaget beralih menatap kak andi.

'deg'

mata itu, Merah, mata kak andi, mata kak andi merah sekejab berubah menjadi hitam kelam menatapnya ku lekat.

"tunggu disini Fadil bentar lagi selesai okeh jangan kemana mana, nih kakak ada permen makan coba" kak Andi membuka bungkus permen rasa mint itu dan memasukan kedalam mulutku. aku masih terdiam mengangguk patuh lalu duduk diam memeluk tas bekal bunda untuk kak fadil.

1 jam aku duduk menunggu kak fadil, aku sudah pindah keruangan kak fadil, hanya duduk diam tidak melakukan apapun.

'ceklek' pintu ruangan kak fadil dibuka menoleh memastikan yang masuk kak fadil. kak fadil

"kakk fadilll! hikss" kulihat wajah terkejut kak fadil melihatku, aku menatap kak fadil lekat air mataku keluar deras sambil memeluk tas bekal bunda erat. kakak berlari langsung memeluk ku menyingkirkan tas bekal bunda menaruhnya di meja kakak mengusap kepalaku lembut membisikan kata tenang sambil menepuk punggungku pelan. aku semakin terisak, kak fadil hanya membiarkan aku menangis hingga selesai.

"kenada dek? kakak kaget tadi lihat adek gini" ujarnya lembut, aku menggeleng masih terisak "udah nangis nya nanti sesak dek, kakak udah laper nih!!" lanjutnya sambil menggoda kak fadil merenggangkan pelukannya menatap ku, mencubit pipi gembil ku kuat. aku hanya menggeleng samakin memeluk kak fadil kuat bayangan darah masih terekam jelas, sulit sekali menghilangkan ketakutan terhadap darah dalam diriku ini. kudengar kak fadil menghela nafas berat. aku menoleh ke atas melihat wajah kak fadil yang terlihat lelah, rasanya aku begitu egois karena ketakutan ku aku jadi lupa tujuan ku menghantarkan bekal kak fadil, kak fadil pasti lapar tapi kakak menahannya hingga aku berhenti menangis. air mataku semakin deras keluar. kakak menatapku yang sedang menatap nya dahi nya mengkerut menyatu khas sedang bingung.

"kenapa lihat kakak dek?" tanya nya sambil menghapus air mata di pipiku. aku menggeleng merenggangkan pelukannya lalu mengambil tas bekal bunda mengeluarkan nya satu persatu.

"makan yah kak, kakak gak boleh makan telat nanti kalau kakak sakit kasihan pasien kakak" jelasku sambil memberikan piring berisi lauk ayam, diterima nya dengan senyum lebar dan kekehan.

" kak Andi udah cerita kok tadi" suara kak fadil disela kunyahan nya, aku hanya diam mengaduk nasi hingga tak berbentuk. kakak melihatnya."kamu Khan phobia darah dek, tumben masuk rumah sakit biasanya juga w.a kakak dulu" lanjutnya menatapku

"gak tau kak, tadi mau masuk ajah dan yah gitu deh" kakak mengangguk mengerti. "kak tadi aku lihat mata kak andi mata nya merah kak" aku beralih serius

"uhukk, uhukk, merah? apaan dek mata Andi itu hitam aneh kamu!" aku menyodorkan minuman "pelan -pelan kak iih"

"lagian aneh aneh ajah kamu bahas yang gituan, tadi ajah kakak ngobrol sama dia" crocosnya.

"ck!"

tapi..

aku takut kak, kak Andi seperti..

aneh

kulit putih, wajah tampan, sentuhan terasa dingin, dan tadi mata merah aku yakin aku nggak salah lihat

kak fadil, kak Andi itu..

manusia Khan?

***

_typo ~mendarah daging