webnovel

Bab 1. Berulah

"Tasha!" teriak Ando.

Dengan cepat pula seorang wanita berbadan pendek itu bergegas lari ketika namanya disebut.

"Iya, Tuan?" sahut Tasha, sembari mengelap kedua tangan dari celemek dia pakai.

Tasha sedang cuci piring, bukan pertama kali teriakan itu diliputi oleh putra majikannya. Bukan, suaminya.

Tasha belum biasa menyebutkan Ando, sebutan 'Mas' karena Ando tidak beri izin padanya. Apalagi Ando pastinya kesal karena dirinya dipaksa oleh ibunya untuk segera menikahi Tasha, atas insiden kecil itu.

"Baju kemejaku, kamu taruh di mana?" tanya Ando.

Semua baju dari lemari dikeluarkan oleh Ando. Tasha yang melihat itu terperangah. Padahal dia sudah menyusun dan merapikan itu semua dalam waktu satu jam penuh. Sekarang dia harus merapikan kembali.

"Bukankah kemeja Tuan sedang di cuci? Kemarin jemuran tidak kering, karena keasyikan hujan. Jadi ini kembali dijemur," jawab Tasha.

Ando berhenti membongkar semua baju dari lemari ke ranjang yang telah penuh. Dia mendelik tajam ke arah Tasha. Seakan ada yang salah pada jawaban Tasha.

"Memang Tuan harus pakai kemeja itu? Bukankah kemeja Tuan masih banyak belum di pakai? Kenapa harus kemeja itu? Memang kemeja itu ...."

"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi? Kamu tau, aku hampir terlambat lima menit karena mencari kemeja itu?! Kalau tau begitu, aku sudah pakai kemeja lain?! Hari ini ada rapat penting di kantor. Kalau sampai gagal survei produk terbaru dari bisnis luar. Sia-sia aku datang ke sana?!" sanggah Ando memotong pembicaraan dari Tasha. Sampai Tasha mendapat omelan panjang dari Ando.

Tasha bisa apa? Sebagai istri seperti pembantu. Tidak ada bedanya untuk Tasha. Sekarang dirinya dan Ando tinggal berdua. Ibu mertua - Veranda tentu tinggal rumah pribadinya. Bukan berarti hidup Tasha semena-mena. Walau sekarang dirinya sudah menjadi menantu Wicaksana.

"Tasha mana tau, orang Tuan baru beri tahu ke Tasha. Jadi, Tasha harus bagaimana?" komplain Tasha, hanya berdiri untuk berpikir.

Pastinya Ando meminta Tasha cari kemeja lain. Bahkan Tasha juga tidak tau kemeja mana yang disukai oleh Ando. Motif milik Ando semua corak berbeda - beda. Bahkan corak tersebut memiliki motif bunga.

"Cari dong! Aku mau kemeja yang kamu jemur itu! Motif seperti itu?!" sanggah Ando meninggalkan kamarnya.

"Sudah aku duga," batin Tasha, sekaligus menghela napas berat.

Sudah tiga menit, Tasha belum juga menemukan motif yang serupa dengan dibilang oleh Ando. Tasha sembari menyingkirkan pakaian ke samping.

Tak berlama kemudian, Ando kembali ke kamar setelan dirinya entah sedang apa di luar.

"Bagaimana sudah kamu temukan motif itu?" Ando kembali bertanya pada Tasha.

Tasha hanya menemukan baju bermotif warna gelap putih dengan rangkaian bunga selang seling.

"Aku hanya menemukan motif seperti ini? Semua sudah aku cari," kata Tasha menunjukkan pada Ando.

Ando mendengkus, dia pun melangkah kaki ke tempat di mana baju itu semakin menumpuk. Lalu Tasha hanya mengikuti ke mana Ando tuju.

"Ck! Bagaimana bisa kamu jadi istri yang benar?! Padahal di depan mata mu motif ini sudah sering ada hampir mirip dengan baju kamu jemur itu?!" ucap Ando memperlihatkan kepada Tasha.

Tasha jelas-jelas dia sudah memilih semua baju yang serupa. Tapi dia sama sekali tidak melihat motif itu ada di sana.

"Bagaimana bisa? Jelas-jelas tadi Tasha gak menemukan motif seperti itu? Apa ..., terselip, ya?" timpal Tasha kemudian sembari mengingat kembali saat dia memilah baju tumpukan di ranjang.

"Ck! Bilang saja tidak becus jadi istri," ujar Ando masuk ke kamar mandi buat ganti baju.

Tasha mendecak, "Salah Tuan sendiri, Tasha itu sudah ...." Tasha hendak ingin mengomentari Ando. Tapi Ando keduluan masuk ke kamar buat ganti baju.

Tasha pun memilih buat keluar dari kamar itu. Dia kesal, "Jelas banget, tadi gak ada baju model seperti itu!" gumam Tasha dalam hati.

Ketika dia kembali ke tempat cuci piring. Air kran itu sudah penuh sampai tumpah ke lantai. Tasha terbengong, dia mulai panik.

"Ya ampun!"

Tasha segera ambilkan kain pel, kemudian segera dia matikan air kran tersebut. Dia segera keringkan air yang berlinang di mana-mana.

Ando keluar dari kamar mandi setelah usai dia ganti baju tersebut. Sangat tampan, bahkan dia sempat menyemprot parfum kesayangannya. Seakan hidupnya sangat bahagia. Dia pun segera keluar dan turun tangga.

Dia hendak ke dapur buat pamit kepada istrinya. Ando memang terlihat menjengkelkan, bahkan bikin Tasha harus sabar hadapi seperti Ando yang suka berubah-ubah. Seperti tadi. Soal baju saja selalu salahkan Tasha karena tidak becus.

Ando memang sosok pria memiliki karakter beda. "Tasha! Nanti sore aku sedikit terlambat pulang ke kan-"

"Stop, Tuan!"

Belum sempat Tasha menahan Ando mendekati dapur. Kaki yang Ando injak, tergelincir oleh air yang mengalir belum sempat Tasha bereskan.

Ando terpeleset tanpa bisa dia elakkan lagi. Pantat Ando tercium bersamaan dengan ember di dekatnya. Air ember itu telah berisi harus kembali ikut jatuh dan menumpahkan ke celana Ando.

Tasha bisanya menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dengan mata kepala sendiri. Betapa kasihan Ando dibuat oleh Tasha. Ando sudah cakep siap buat berangkat kantor. Harus sial akan ulah Tasha semakin tidak becus menjadi seorang istri.

"TASHAAAAA!!!"

****

Tasha terdiam di tempat, sembari berlutut dan mengangkat kedua tangan disertai sebuah ember berisi air di atas kepalanya.

Pada akhirnya Ando tidak jadi ke kantor. Pantatnya sakit karena ulah Tasha. Apalagi pinggang sepertinya sedikit tergeser. Entah apa yang membuat Ando kesal pada sikap istrinya.

Tasha sudah kelelahan mengangkat ember yang tidak dibolehkan menyentuh kepalanya.

"Angkat!"

Tasha kembali mengangkat. Pertama kali hidup Tasha mendapat hukuman dari suaminya. Tasha bukan tidak sengaja melakukan hal itu. Itu kecelakaan buat bermaksud balas dendam padanya.

"Ini semua gara-gara kamu! Pertama kamu sudah buat aku terlambat lima menit, kedua kamu kembali bikin ulah, dengan sengaja menjatuhkan air. Sekarang kamu harus bertanggung jawab. Kalau bukan karena air mu itu. Aku tidak akan mengalami pinggang sesakit ini?!" ucap Ando menegur Tasha.

"Tapi, itu bukan kesalahan Tasha juga, Tuan. Salah Tuan sendiri, di waktu panggil Tasha mendadak, jadi Tasha lagi cuci piring. Itu air juga ngalir gitu aja. Belum lagi Tuan meminta Tasha carikan baju motif yang serupa?" balas Tasha berkomentar, dia juga tidak ingin disalahkan sepenuhnya.

"Jangan cari alasan! Bilang saja kamu dendam sama aku. Jangan kira kamu menikah dengan aku. Kamu bisa dapat separuh wasiat dari Wicaksana?" sanggah Ando senyum miring.

Tasha yang dengar itu pun, langsung mengekang. "Siapa pula Tasha nikah sama Tuan demi harta? Tasha bukan wanita seperti itu, ya?! Salah Tuan sendiri kenapa waktu mabuk, harus lampiaskan ke Tasha? Emang kesalahan Tasha apa ke Tuan?"

Ando yang dengar pun, langsung mendelik tajam arah Tasha. Tasha juga balas menatap mata Ando. Tasha suka dengan dua manik mata milik Ando. Beda saja. Untung dia tampan, sayang sifat Ando beda. Ando tetap suka sesama jenis ketimbang wanita.

"Itu juga ..., aku khilaf ..., ya, kalau aku mabuk, kenapa kamu tidak lawan?!" Ando jadi salah tingkah dan mencari alasan untuk tidak disalahin juga.

"Bagaimana Tasha bisa lawan. Kedua tangan Tasha saja Tuan pegang sekuat itu, apalagi baju Tasha juga sempat Tuan robek, terus Tasha bisa apa? Buat nendang Tuan juga gak bisa. Kedua kaki Tasha juga Tuan jepit!" ucap Tasha meng-kualifikasi semua yang dia ingat.

"Sudahlah! Siapa suruh kamu turunkan ember itu dari kepala?! Hukuman kamu belum selesai!" Ando bangun dari duduknya. Dia sempat mengeluh pinggang kesakitan.

"Pegal Tuan, nanti Tasha gak bisa masak buat makan malam. Nanti Tuan mau makan apa? Jangan salahin ke Tasha lagi bilang gak becus jadi istri," protes Tasha seraya menunjukkan kedua lengan yang benar-benar pegal sekali.

Ando melihat pun, sempat berpikir juga. "Ya sudah, aku maafkan. Jangan karena ini aku menyiksamu. Berarti impas. Pergi masak sana?! Aku juga sudah lapar?!" tudingnya kemudian.

Tasha pun dengan wajah berseri-seri, langsung bangkit dari hukuman. Saat dia hendak untuk berdiri. Mungkin terlalu lama bersudut, jadi kedua kaki Tasha sedikit kram. Hampir membuat dia kembali terjatuh.

Tapi ditahan oleh Ando. Tasha pun mendongak kaget. Walau Ando masih memiliki sifat lembut. "Begitu saja sudah lemas! Gimana nanti sudah punya anak!" sewot Ando melepaskan tahanan Tasha.

Tasha berdiri lalu mengangkat ember itu yang masih utuh terisi.

"Memang Tuan mau punya anak dari Tasha? Katanya Tuan gak suka sama lawan jenis? Apa Tuan sudah bosan sama pacar Tuan yang bernama ...."

"..., siapa bilang! Aku masih mencintainya. Tidak perlu sok kepo urusan orang! Pergi sana! Cepat buat makan malam. Sudah lapar ini?!" sambung Ando mengalihkan pembahasan lain. Tasha tau, Ando malu mengakuinya.

Buat Tasha dia tidak terlalu berharap. Kalau pun nanti Ando bersiap untuk lakukan Tasha akan terima dengan sosok istri atas hak untuk suami.

Setelah kepergian Tasha dari hadapan Ando. Ando masih fokus menatap punggung Tasha dari kejauhan. Ada satu degupan yang tidak biasanya bagi Ando. Walau memang kenyataan dia tidak suka dengan wanita.

Ponsel Ando berdering, Ando pun juga meninggalkan tempat itu, dia memilih ke ruang santai. Yang menelepon adalah kekasih Ando.

"Kenapa kamu tidak datang? Kamu tau aku menunggu kamu hampir satu jam! Kamu jahat, Ando!" ucap kekasihnya itu.

"Maafkan aku, Lucas. Aku bukan maksud jahat padamu. Tadi aku sempat jatuh, jadi aku harus beristirahat sebentar," kata Ando jujur.

"APA? Kamu jatuh? Di mana? Jadi bagaimana dirimu?"

"Hanya jatuh kecil saja, tidak serius. Jangan terlalu dikhawatirkan. Di kusut juga sembuh."

"Aku pintar kusut. Apa kamu mau? Aku bisa datang sekarang. Aku benar-benar rindu kamu, Ando. Satu bulan kamu tidak beri kabar. Hilang begitu saja,"

Ando tersenyum, "Aku ada urusan penting. Kamu tau sendiri bagaimana sikap mamaku. Dia tidak bisa dikekang,"

"Tapi, aku benar-benar rindu padamu, Ando. Kamu di rumah sekarang? Aku ke sana. Ada satu kejutan buatmu, kamu pasti suka, tunggu Oke!"

Ando berniat mencegah Lucas untuk tidak datang dulu ke rumah ini. Tapi panggilan telepon keburu di tutup. Ando sekali lagi mencoba untuk menelepon. Namun panggilan itu malah dialihkan ke nomor lain.

Ando menoleh melihat Tasha hampir selesai masak. Ando mencari alasan agar Tasha tidak curiga padanya dan untuk tidak melaporkan pada mama mertua.

***