Lea duduk di teras kamar nya, menikmati secangkir kopi panas.
Rasa malas menjalar di seluruh tubuhnya dia hanya ingin duduk diam di rumah hari itu.
Setelah menyampaikan beberapa pesan pada Sea dia kembali menikmati pagi.
Sudah cukup lama setelah kepergian Bi, Lea berencana untuk pergi ke kamam Bi sekedar menabur bunga dan berdoa untuk Bi yang dia sayang.
Setelah bersiap Lea menuruni tangga kamar nya.
"Mi, Lea mau ke makannya Bi dulu ya"
"Mami ikut ya"
"Gak usah Mi, Lea sendiri aja nanti Lea sampaikan ke Bi kalau mami ga bisa pergi jauh karna cepat kecapean" Senyum Lea.
"Yaudah sayang kamu hati-hati ya"
"Ia mi" Lea mencium pipi Bu rena kemudian melangkah.
Setelah sampai di pemakaman itu, Lea terlihat menabur bunga dan berdoa untuk Bi di surga.
Air matanya membasahi pipi.
Lea sesekali bercerita tentang apa yang di alaminya setelah Bi tidak ada lagi, sambil membersihkan makam itu mencabut beberapa rumput liar yang mengotori makam Bi.
**
"Lea gak masuk ya" Criss mendatangi Sea yang duduk sibuk dengan pekerjaannya.
"Gak masuk, katanya dia mau ke makam suaminya"
"Oh.." Criss mengangguk pelan tanda mengerti.
Kembali laki-laki tampan itu ke tempat duduknya, melanjutkan pekerjaannya.
"Ada apa?" Tanya Fio.
"Lea dia gak masuk kerja hari ini"
"Kemana dia?"
"Jiarah ke makan suaminya"
"Ohh" Fio menjawab singkat.
Dua laki-laki itu terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka, karna hari itu tidak ada pemotretan jadi mereka hanya mencetak beberapa foto.
Tidak lama berselang mereka melongo melihat seorang yang sangat mereka kenal berdiri di hadapan mereka.
Fio langsung menelepon petugas keamanan gedung fashion itu.
"Pak, tolong ke lantai 10" suara Fio santai memberi perintah kemudian menutup telepon yang ada di mejanya.
"Ada apa kamu ke sini?" Criss bertanya dengan wajah heran atas kedatangan gadis itu.
"Aku cuma mau minta maaf"
"Bukankah sudah sangat terlambat untuk minta maaf sekarang?" Fio menyahut.
"Aku menyesal sudah membuat mu terluka Fio, aku minta maaf"
"Sudah satu bulan berlalu dan maaf baru kau sampaikan hari ini" senyum Fio sinis.
"Aku baru bisa keluar dari tahanan kemarin dan aku berencana menyampaikan maaf hari ini"
"Sudahlah Jovanka, harus nya hukuman mu tidak sesingkat itu" Fio berdiri dari kursinya.
"Fio hati-hati" Criss seolah takut akan hal buruk jika Fio mendekati Jovanka.
"Fio maafkan aku" Jovanka berlari ke arah Fio dan memeluknya.
"Lepas!!" Fio berusaha melepas pelukan gadis itu.
"Sebentar saja, aku masih rindu pada mu, setelah ini aku aku tidak akan datang lagi" Jovanka tersenyum ke arah Criss yang melihatnya.
Karna perkataan Jovanka yang tidak akan datang lagi, Fio tidak berusaha melepas pelukannya dia hanya diam sampai gadis itu mau melepas pelukannya.
Sea dan Criss yang melihat kejadian itu terlihat sedikit mengerutkan dahi, bagaimana tidak Gadis itu memeluk Fio tepat di dapan mereka.
"Fio, kenapa sampai sekarang pun kamu ga bisa menyukai ku atau berbicara manis kepada ku?" Tanya gadis itu di telinga Fio.
"Lepas!! Aku tidak bisa menyukai mu"
"Sebentar Fio aku masih rindu" Jovanka mempererat pelukannya pada Fio.
"Sudahlah, ini tempat kerja ada orang yang melihat" Jelas Fio.
"Tunggu!! Kenapa kamu begitu sombong!! biarkan mereka melihat!! " gadis itu membentak Fio.
Sesaat setelah bentakan itu, Fio terjatuh di lantai kantor sambil memegang perutnya yang mengeluarkan darah.
suaranya lirih terdengar seolah tidak kuat akan sakit yang di rasa.
Gadis itu menyeringai melihat Fio terjatuh tak berdaya.
"Fio fio..." Criss berlari ke arah Fio yang menahan sakit tak perduli demgan wanita yang sedang memegang pisau di dekat Fio.
"Sea suru keamanan datang, dimana mereka kenapa belum sampai juga" Criss panik melihat Fio yang semakin lemah.
"pak pak, kenapa lama datangnya tolong bawa banyak orang ke sini cepatt!!!, Fio di tusuk pak buruan.." Sea Panik sedikit berteriak.
"Mmm...sakit ya?" Jovanka mengelus pipi Fio yang terlihat pucat.
"Awasss jangan dekat!!" Criss mendorong gadis itu jatuh.
"Criss kenapa kamu ikut jutek sayang??" senyum nya ngeri
"Fio fio.., sadar Fio !!" Criss memukul-mukul wajah Fio pelan.
"Ada apa pak?" Beberapa keamanan terlihat keluar dari Lift.
"Pak tangkap orang gila itu, panggil polisi dan ambulance Fio harus di bawa ke Rumah sakit"
Gadis itu tidak melawan, dia tersenyum melihat Fio yang hampir tidak sadarkan diri.
Criss berusaha menutup luka Fio dengan tangannya sambil terus memanggil nama Fio.
Keadaan saat itu terlihat berantakan, Sea dan Criss terlihat panik dengan darah yang sudah mengotori baju mereka.
Saat paramedis datang dan membawa Fio, Criss terlihat mengikuti begitu juga dengan Sea.
Beberapa orang di lantai bawah terlihat heran dengan banyaknya orang yang datang begitu juga dengan Criss dan Sea yang penuh darah di bajunya.
"Fio kamu harus kuat" Criss memegang tangan Fio memberi semangat.
Sea juga terlihat bigung, dia tidak tau hal apa yang harus di lakukannya.
Saat memasuki ruang perawatan Criss dan Sea hanya duduk diam di kursi sesekali terlihat mereka komat-kamit seolah berdoa agar Fio baik-baik saja.
"Sudah dua kali kejadian seperti ini" Criss terlihat marah.
"Ia Criss, pihak ke amanan gedung kurang perduli" Sea seolah menyalahkan pihak keamanan.
"Haaa...apa dia baik-baik saja, aku takut" Criss melihat bajunya yang penuh darah.
"Haaa..kasihan Fio dia selalu saja jadi sasaran orang gila itu" Sea kesal dengan hal buruk yang dialami Fio.
Mereka terus menunggu kabar bagaimana keadaan Fio.
Sampai sore hari belum juga ada kabar. Mereka masih duduk diam dengan baju penuh darah.
Criss menekan handphonenya telihat dia menunggu jawaban dari seberang.
"Hallo Lea, Fio kecelakaan tadi di kantor orang gila itu datang lagi dan tau dia nusuk Fio.. Lea"
"Apa?"
"Kamu ke sini cepat, kami belum dapat kabar apa-apa dari dokter, kami udah lama nunggu, aku kirim alamat rumah sakitnya"
Percakapan itu berakhir, Criss masih takut dengan apa yang terjadi.
Dia membayangkan hal-hal buruk yang bisa saja terjadi pada Fio.
Terlihat dokter keluar dari ruangan Fio dan langsung di susul oleh Criss dan Sea.
"Bagaimana dok teman saya?"
"Lukanya tidak parah, hanya saja dia kehilangan banyak darah, tapi sudah di tangani dengan baik"
"Ahh makasih dok"
"Sama-sama, sebentar lagi dia sudah sadar jadi tunggu dia sadar dulu baru di jenguk" Dokter berpesan kemudian pergi.
"Sea..." Criss memeluk Sea bahagia, mereka lega bahwa Fio baik-baik saja.
Mereka kembali duduk di tempat yang tadi menunggu Fio sadar.
Saat itu terlihat Lea berlari kecil di temani Bu rena menghampiri Dua orang yang terlihat lusuh.
Terlihat wajah panik di sana.
"Gimana Criss?" Lea bertanya pada Criss yang berdiri melihat kedatangan Lea.
"Lukanya gak parah, dokter bilang sebetar lagi dia sadar"
"Kenapa bisa begini?" Bu rena terlihat panik.
"Begitulah tante kami juga gak bisa buat apa-apa, semuanya tiba-tiba" Jelas Criss.
Lea terlihat menjauh, melihat handphone nya dan terlihat berbicara dengan seseorang di sana.
Sambil menunggu, Criss di suru Bu rena untuk membersihkan tangannya yang penuh darah begitu juga dengan Sea.
Kembali Lea dan Bu rena duduk sambil menunggu Fio sadar, sampai hampir pukul 20.00 wib Fio tidak juga sadar dan mereka masih menunggu dengan cemas di hati masing-masing.
Aku bermimpi, dia berkata kelak kita akan saling mencintai dan aku yang menunggu mu tidak akan merasa sia-sia lagi.