webnovel

My Destiny

Lea gadis yang manis dan sedikit tomboy, memulai karirnya di bidang fashion walaupun hati nya sangat ingin bidang otomotif, itulah awal dimana dia bertemu Fio yang akhirnya jatuh hati pada lea. Sedangkan lea mencintai Bimo sahabat masa kecilnya. Bagaimana kisah cinta yang rumit itu berakhir apakah bahagia atau duka??

Santi_Kristia_s · Adolescente
Classificações insuficientes
56 Chs

Bab 45

Mobil Lea melaju di jalanan, sudah dua hari saatnya dia melihat perkembangan pekerjaan anggotanya di Bogor.

Perjalanan di pagi hari itu sedikit macet, maklum lah suasana kota besar selalu ramai akan aktivitas para pengguna jalan.

Pengambilan gambar di Perkebunan itu terlihat lancar, Fio yang sudah ahli dalam hal foto di bantu Criss memang sangatlah cocok.

Model-model handal pun membatu pekerjaan lebih cepat.

"Haaaa istirahat dulu" Fio berteriak ke anggota nya.

"Baik" beberapa menjawab dan beberapa hanya diam.

"Kapan kira-kira kita bisa selesai" Criss mendekat ke arah Fio memberi sebotol air mineral.

"Paling lama satu minggu" Ucap Fio.

"Hmm" Criss hanya mengangguk pelan.

"Aku tidak suka dengan suasana kerja ini, aku ingin cepat selesai" Fio melihat ke arah Criss.

"Aku tau, tapi mau bagaimana lagi ini sudah di kontrak"

"Ia karna itu kita harus selesai cepat" senyum laki-laki tampan itu.

"Hai"

Suara itu membuat Fio yang tadinya senyum seketika berubah, dia tau itu suara siapa wajahnya tidak bahagia.

"Hai" senyum Criss.

"Bagaimana, boleh aku lihat fotonya" Jovanka mendekat kearah Fio yang memegang camera.

"Ini" Fio memberi camera itu kepada Jovanka.

"Wahh..foto-fotonya bagus"

"Sudah jelas, Fio tidak pernah mengecewakan" jelas Criss memuji Fio saat itu.

"Ia kamu keren Fio" senyum wanita itu.

"Makasih" Fio mengambil camera itu dari tangan Jovanka.

"Ini aku bawa banyak dari rumah" Jovanka memberi beberapa bungkusan roti kepada Fio.

"Trimakasih, tapi aku lagi ga suka makanan manis" Jelas Fio.

"Kamu simpan saja" Jovanka memberi roti itu ke tangan Fio dengan paksa.

"Siapa yang mau roti?"  Teriak Fio yang membuat Jovanka kesal.

"Mau boss" Neo dan jess terlihat datang membuka bungkusan roti itu.

"Tapi Fio itu untuk mu" Gadis itu terlihat menahan amarahnya.

"Aku lagi ga suka makanan manis, berbagi itu indah bukan" Fio tersenyum ke arah Criss yang hanya duduk melihat kejadian itu.

Gadis itu terlihat berjalan ke arah Vila yang tidak begitu jauh dari sana, langkahnya terlihat berat seakan ada amarah besar yang di pendamnya.

Siang itu terik sekali, tapi udara di sana tidak begitu panas.

Beberapa orang terlihat sudah duduk dan meneguk air di meja makan.

Ada juga yang sudah melahap menu makan siang.

Lea yang datang langsung menuju meja makan yang di antar oleh seorang penjaga Vila.

Di tangannya dia membawa beberapa bungkusan besar.

"Lea sini" Teriak Criss yang melihat Lea.

"Haii" Lea melambai begitu melihat Criss.

"Kamu udah makan?" Fio bertanya pada Lea.

"Ahh aku udah makan di jalan tadi, aku bawa ini Juga" Lea mengangkat bungkusan besar itu.

"Apa itu?" Tanya Dea penasaran.

"Cake, aku rasa ini cocok jadi penutup makan siang kalian" Lea tersenyum sambil membuka 2 bungkusan besar itu.

Langkahnya menuju dapur, di lihatnya beberapa piring kecil untuk meletakkan cake Vanila yang kelihatan lezat itu.

"Ini untuk kalian" Lea meletakan beberapa piring kecil berisi potongan cake di samping masing-masing orang yang duduk.

"Wahh..makasih Lea" Sisi terlihat bahagia.

"Makasih buk boss" Criss tersenyum.

"Ini untuk Fio" senyum Lea.

"Makasih " Fio tersenyum melihat Lea yang begitu perhatian dengan anggotanya.

"Aku ke sana dulu"

Di meja yang berbeda Lea terlihat membagikan cake itu, model-model di sana terlihat bahagia terutama Xander yang sedari tadi melihat Lea.

"Makasih Lea" Senyum Xander pada Lea.

"Sama-sama" jangan lupa di makan Lea tersenyum setelah selesai membagi cake tersebut.

"Tunggu" Xander terlihat menarik tangan Lea.

"Mm ada apa?"

"Duduk dulu, buru-buru kemana Lea?" Tanya xander.

"Aku ke sana dulu" Sahut Lea yang berusaha melepas tangannya.

"Duduk dulu sini" Xander terlihat memaksa.

"Kalau dia gak mau jangan di paksa" Fio yang datang memcoba melepas tangan Xander di pergelangan tangan Lea.

"Gak apa-apa Fio" Lea sedikit tidak enak dengan suasana itu.

"Baik lah kalau mau pergi aku cuma mau cerita saja tadinya" Xander mengangkat tangannya seolah meminta maaf.

"Maaf Xander" Lea tersenyum lalu pergi ke meja di mana Fio dan yang lain duduk.

Suasana terlihat kembali normal, beberapa orang terlihat menikmati cake vanila yang di bawa Lea begitu juga dengan Fio saat itu.

Makan siang itu terasa nikmat menu makanan yang lezat juga di temani hidangan penutup dari Lea.

"Bukannya kamu gak mau makanan manis?" Jovanka yang masuk ke ruang makan itu terlihat marah melihat Fio melahap potongan cake dari Lea.

"Tadi aku gak mau, tapi sekarang aku mau" Jawab Fio yang melihat ke arah gadis yang berdiri di sampingnya menatap horor.

"Apa karna aku yang memberikannya?" Gadis itu bertanya lagi.

"Jovanka ini buat mu, aku bawa banyak" Lea seolah mencairkan suasana yang canggung itu.

"Aku sedang bicara dengan Fio" gadis itu berkata sinis.

"Sudahlah, apa masalah mu" Fio menatap sinis ke arah Jovanka dan kembali melahap cake itu.

"Kenapa kamu lebih memilih cake ini dari pada yang aku berikan" Gadis itu berteriak dan membuang cake di piring Fio ke lantai yang membuat semua yang berada di sana terkejut mendengar Piring pecah.

"Apa-apaan kamu" Fio berdiri marah ke arah gadis itu.

"Kenapa? Apa karna itu pemberian Lea makaya kamu marah?" Tanya jovanka kesal.

"Kamu gak berhak membuang sesuatu apa lagi itu bukan milik mu" Fio terlihat marah.

"Sudah-sudah" Criss mendekat menengahi kedua orang yang membuat ruangan itu ramai.

"Awass Criss, ini bukan masalah mu" jovanka mendorong Criss menjauh.

"Kenapa kamu selalu memaksa kehendak mu kepada orang lain? Tidak semua bisa ikut keinginan mu" jelas Fio.

"Bisa, contoh kalian di sini sekarang itu semua karna aku mau, semua bisa ku atur" senyum ngeri gadis itu membuat beberapa orang terlihat marah.

"Egois" Fio kembali duduk di kursi nya.

"Apa? Aku egois? Tidak masalah aku egois toh kalian menikmatinya" Senyumnya sombong.

"Sudahlah, kalian gak pantas berkelahi di depan umum seperti ini" Lea mencoba meredakan amarah dua orang yang bersitegang itu.

"Sudah lah, aku bosan melihat wajah mu" Fio melangkah menjauh dari meja dan gadis sombong yang berdiri di sana.

Tidak terima dengan hal itu, gadis yang sudah tidak tahan atas sikap dingin Fio mengambil gelas dan melempar ke arah Fio yang menjauh.

Suara gelas pecah mengejutkan orang yang melihat.

"Fio Fio" Criss berlari ke arah Fio yang terjatuh karna lemparan telak di kepala belakang nya.

"Kamu udah gila?" Lea berteriak ke arah Jovanka yang masih berdiri melihat Fio tersungkur tak sadar.

Darah segar terlihat mengucur dari kepala Fio, beberapa orang membantu agar Fio di bawa ke rumah sakit terdekat di sana.

"Dasar cewek gila" Dea memandang sinis ke arah Jovanka yang terlihat sombong itu.

"Kamu apa-apaan sih" Xander menarik tangan gadis itu kasar.

"Sekarang dia gak bisa sombong lagi, aku mau lihat sehebat apa dia" Senyumnya sinis melihat orang-orang yang sibuk membantu.

"Kalau dia kenapa-kenapa kamu bisa bahaya" jelas Xander.

"Santai.. papa punya banyak uang untuk mengurus itu, tinggal kasih uang selesai" jelas gadis itu masih dengan sombongnya.

"Aku akan ajarkan pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan seumur hidup mu, dan uang papa mu tidak akan bisa membantu sedikit pun" Lea berkata marah melihat jovanka yang senyum melihat Fio yang sudah di bawa ke rumah sakit oleh Criss.

"Apa yang bisa kau lakukan?"

"Akan ku ajari kau, bagaimana menghormati persaan orang lain"

"Aaa apa karna dia menyukaimu? Kau marah karna aku melukainya?"

"Kau akan menyesal" Lea memandang Gadis itu dengan tatapan marah lalu melangkah ke mobilnya.

Di rumah sakit kecil di sana, Fio di tangani dengan baik, untunglah luka yang dialaminya tidak parah, hanya luka luar tapi dia harus mendapat beberapa jahitan akibat goresan gelas yang pecah.

Di ruangan lain Lea terlihat berbicara kepada dokter di sana, mereka terlihat membicarakan hal serius.

Setelah keluar dari ruangan tersebut Lea terlihat berbicara dengan seseorang di Handphonenya.

"Bagaimana?" Lea masuk melihat Fio yang sudah sadar.

"Dia sudah bisa pulang" Criss terlihat senyum melihat Lea yang datang.

"Doter bilang apa Lea?" Tanya Fio.

"Gak apa-apa, katanya kamu cuma perlu membersihkan lukanya"

"Oh, baju kalian kotor sekali" Fio menunjuk baju Lea dan Criss yang penuh darah.

"Ia, gara-gara orang sinting itu" Criss memperhatikan bajunya yang penuh darah.

"Ayok kita pulang, kita siap-siap kalian pasti rindu rumah kan" Lea tersenyum.

"Bagaimana pekerjaan kita?" Criss dan yang lain melihat ke arah Lea bigung.

"Selesai!!, kita cuma perlu bersiap bus sudah di perjalanan 2 jam lagi kita pulang ke rumah masing-masing" senyum gadis itu.

"Seriuss Lea?" Dea bertanya seolah tidak percaya.

"Ia, kalau terus kita lanjutkan aku takut Fio pulang ga pake kepala" Lea tertawa di ikuti yang lainnya.

Mereka pulang dari rumah sakit itu, mereka terlihat Lega seolah esok hari tidak ada beban lagi.

Sesampainya di Vila mereka memberi info ke angota LNstyle yang belum tau masalah kepulangan mereka.

Semua terlihat bahagia dengan kabar tersebut.

"Kenapa kalian merapikan barang-barang?" Xander menghampiri Neo yang merapikan beberapa alat yang berserakan.

"Kami akan pulang" Neo menjawab singkat.

"Apa?? Lalu bagaimana dengan pemotretan besok?"

"Siapa yang akan memotret orang gila itu udah mencelakai fotografer kami" jelas Neo.

"Tapi kalian gak bisa pulang gitu aja"

"Apa kami harus menunggu kecelakaan selanjutnya?" Neo bertanya ke arah Xander yang tidak bisa menjawab lalu pergi di ikuti Jess dan Mira yang membawa alat make upnya.

Satu Bus datang menjemput mereka, barang-barang di masukkan ke dalam Bus.

Neo, Mira,Dea dan Jess masuk ke bus itu dengan beberapa anggota lainnya.

Mereka akan memgantar dan mengatur barang-barang itu di gedung LNstyle nantinya.

Sedangkan Lea, Criss dan Fio di mobil Lea, mereka akan mengantar Fio lasung ke rumahnya untuk istirahat.

Semua sudah siap, mereka akan pergi meninggalkan Vila yang menjadi tempat bencana bagi mereka itu.

"Tunggu" Jovanka memukul mobil Lea.

Perjalanan yang tadinya akan di mulai terhenti karna gadis itu belum siap dengan dramanya.

"Apa lagi?" Lea keluar dari mobilnya.

"Kenapa kalian pulang?, siapa yang kasih izin kalian pulang, kontrak kerja kita belum selesai"

"Aku yang suruh mereka pulang, kontrak kerja kota selesai di sini" jelas Lea.

"Kalian bisa ku tuntut karna melanggar kontrak"

"Tuntut lah sesuka hati mu, aku gak mau ada korban baru karna mu" Lea menunjuk ke arah gadis itu.

"Sudahlah Lea ayok kita pergi" Criss yang berada di kemudi mencoba mengajak Lea.

"Baiklah ayok" Lea menyudahi perdebatan.

"Fio jangan pulang dulu, maafin aku" gadis itu memukul kaca dimana Fio duduk lemas.

"Jalan Criss" ucap Lea.

Mobil itu melaju, di ikuti Bus di belakang mereka.

Terlihat gadis itu masing melihat kepergian mereka.

"Haa, akhirnya pekerjaan kita selesai dengan mereka" Fio tersenyum ke arah Lea yang duduk di sebelahnya.

"Ia aku akan urus semuanya" ucap Lea.

"Lega rasanya Lea, aku terkejut seorang gadis yang terlihat lembut bisa melukai Fio sampai mendapat jahitan" Criss terheran-heran

"Entahlah, kenapa dia seperti itu" Lea menggelengkan kepalanya.

"Boleh aku bersandar?" Fio meletakkan kepalanya di bahu Lea.

Tidak menjawab, Lea hanya diam dengan kepala Fio di bahunya.

Criss yang melihat itu hanya tersenyum.

Begitulah kepulangan mereka, dengan hadiah yang sudah di siapkan Lea untuk Jovanka yang akan menyusul pulang.

Apakah harus terluka dulu baru kau akan melihat ke arah ku?