Pagi itu Bi buru buru menuju rumah sakit, karna rasa sakit itu kembali membuat nya tak tahan.
Sesampainya di Rumah sakit Bi membuat janji temu dengan dokter untuk menanyakan keadaan nya.
"Pagi dok" Bi memasuki ruangan dokter.
"Slamat pagi, silahkan duduk" dokter mempersilahkan bi duduk.
Selama pemeriksaan Bi menjawab semua pertanyaan dokter.
Banyak pemeriksaan di lakukan mulai dari cek darah,pemeriksaan X ray. Hari itu Bi masih harus menunggu hasil pemeriksaan yang tidak bisa keluar cepat.
2 jam lama nya Bi duduk menunggu hasil dokter.
"Bapak Bimo" suara seorang perawat mengejutkan nya.
Bi masuk ke ruangan dokter, lalu duduk di kursi yang sudah di sediakan.
"Bapak bimo"
"Ia benar dok"
"Jadi dari hasil tes yang sudah kita lakukan, kami dengan berat hati harus menyampaikan kabar buruk ini"
"Apa penyakit saya parah dok?" Bi bertanya dengan wajah takut akan hal buruk yang akan di dengar nya.
"Rasa sakit di dada yang bapak alami ini di akibatkan kanker hati yang bapak alami, apa sebelum nya bapak tidak merasa sakit ?" Dokter bertanya ke Bi yang tampak shock.
"Saya rasa sakit yang saya alami beberapa hari ini tidak bisa saya tahan lagi dok"
"Jadi sebelumnya sudah bapak rasa ya?'
"Sudah..sejak tahun lalu saya sudah rasa sakit dok..tapi setelah saya minum obat pereda nyeri rasa sakit itu hilang" Bi menjelaskan sakit yang di rasa nya.
"Nah itulah yang membuat kanker ini menyebar cepat, dengan istirahat yang tidak teratur fungsi hati bapak terganggu sedangkan obat yang bapak minum hanya menghilangkan nyeri sesaat tidak memperlambat atau membunuh sel kanker itu"
"Jadi apa sakit saya ini masih bisa di obati dok,.kemoterapi atau apalah " Bi tampak putus asah dengan ucapan nya.
"Kita masih bisa lakukan pengobatan itu, tapi penyebaran kanker bapak yang cepat membuat banyak organ tubuh bapak yang sudah di serang, seperti paru-paru bapak karna itu organ yang paling dekat ke hati"
"Apa yang bisa saya lakukan dok?" Bi berusaha menahan air mata di ujung mata nya.
"Kanker bapak sudah masuk stadium akhir banyak hal yang kita lakukan, tapi tidak banyak yang akan berubah dengan keadaan bapak" dokter tampak sedih menjelaskan keadaan Bi.
Bi melangkah dengan hati hancur, dia tidak menyangka rasa tidak perdulinya akan nyeri itu membuatnya harus menerima kabar buruk seperti itu.
Sesampainya di rumah Bi meletakan tubuh nya di tempat tidur, setelah meminum obat yang sudah di beri dokter Bi tertidur lelap.
Di tempat berbeda Lea sibuk dengan file-file di kantornya, pukul 6 Wib dia merapikan meja dan bergegas pulang.
"Buru buru amat Lea" Criss menyapa melihat Lea yang buru buru.
"Ahh ia aku ada urusan ..dahh" Lea mempercepat langkah setelah melambaikan tangan kepada Criss.
Sesampainya di halam rumah, Lea sedikit heran melihat pintu rumah yang terbuka sedikit.
Begitu memasuki rumah Lea mencari Bi dan melihat suami nya itu berbaring di tempat tidur.
Lea yang melihat sebuah Amplop di atas meja membuka nya, saat membaca laporan medis itu alangkah hancurnya hati Lea begitu tau suami nya menderita kangker hati stadium akhir.
Kemungkinan sembuh yang sangat tipis membuat lutut Lea tak sanggup menopang tubuh nya lagi, dia terduduk di lantai sambil menangis dengan hasil medis itu.
"Sayang kamu kenapa?" Bi menghampiri Lea yang duduk di lantai sambil memeluk hasil medis Bi.
"Bi kenapa kamu gak pernah cerita apa apa?"
"Sayang..bukan aku ga mau cerita tapi aku juga baru tau kalau aku kuat tanpa sadar kanker itu sudah menggerogoti tubuh ku" Bi memangis memeluk Lea yang sama hancur nya dengan dia.
"Bi kita harus ke dokter lagi kita harus tanya apa yang bisa kita lakuin, aku ga mau kehilangan kamu" Lea memeluk Bi erat seakan Bi akan mati saat itu juga.
"Dikter bilang tidak banyak yang bisa kita lakukan karna sudah stadium akhir sayang" Bi mencoba menjelaskan pada Lea.
"Gakk gakk..kita harus ke dokter dan tanya apa yang bisa kita kalukan, kamu harus sembuh ngerti!!" Lea berteriak tidak terima dengan ucapan Bi.
"Sayang udahh udahh" Bi memeluk Lea yang mulai berteriak tidak terima apa yang sedang di alami Bi.
"Bi aku gak mau kehilangan kamu"
"Aku gak akan kemana kemana ..aku akan temani kamu sampai tua" Bi menghibur Lea yang tidak stabil, walaupun dia sendiri sedang tidak stabil dengan keadaan nya.
Malam itu Lea memeluk Bi dengan erat, air mata masih terjatuh saat ingatan akan laporan medis itu kembali.
Bagaimana mungkin hal sedih ini datang, baru saja mereka bahagia dengan perjumpaan dan pernikahan dan hari ini seakan jurang pemisah sudah di depan mata.