webnovel

My Destiny

Lea gadis yang manis dan sedikit tomboy, memulai karirnya di bidang fashion walaupun hati nya sangat ingin bidang otomotif, itulah awal dimana dia bertemu Fio yang akhirnya jatuh hati pada lea. Sedangkan lea mencintai Bimo sahabat masa kecilnya. Bagaimana kisah cinta yang rumit itu berakhir apakah bahagia atau duka??

Santi_Kristia_s · Adolescente
Classificações insuficientes
56 Chs

Bab 13

Lea masih tertidur, sedangkan di tempat berbeda bu Rena sangat kawatir karna gadis nya tidak  pulang semalaman dia mencoba menelepon handphone Lea tapi tidak ada jawaban.

   Sesaat kemudian bu Rena memutuskan menelepon sekretaris Lea.

Dan mengetahui keberangkatan Lea kemarin ke Bali. Hati bu Rena semakin campur aduk dia menangis dan terjatuh di lantai. Pembantu yang melihat kejadian itu bergegas menolong dan membawa bu Rena ke dalam kamar.

     Hati nya merasa ada hal buruk yang terjadi pada gadis nya.

Dering handphone bu Rena membuatnya bergegas mengangkat.

"Hallo".

"Maafkan aku," ujar laki-laki yang terdengar berbicara dengan suara tak asing.

"Kamu!! apa yang sudah kamu lakukan?" bu Rena terdengar marah.

"Lea tau semua nya dia tadang ke rumah ini dan memukul istri ku".

"Tuhan!!! apa yang  kalian lakukan bagaimana bisa kalian serendah itu" Bu Rena semakin marah.

"Aku tidak bisa menutupi ini lagi, dia sudah dewasa dia juga akan mengerti".

"Dia sangat mengidolakan mu tapi lihat kecewa terbesarnya adalah kau" bu Rena memutus pembicaraan itu.

    Bu Rena bigung apa yang harus di lakukan nya, tubuhnya lemah dia hanya berbaring di tempat tidur sambil melihat kontak di handphone nya. Dan melihat nama Bimo di sana dan langsung menekan tombol panggilan.

"Hallo tante" Bi terdengar menyapa.

"Bi tante ga tau harus gimana lagi, tante cuma dapat nomor telepon kamu" Bu Rena berbicara dengan suara parau nya.

"Tantee ada apa?" Bi terdengar kawatir.

"Bi..Lea pergi ke Bali karana tau om kamu sudah menikah lagi, tante gak bisa telepon dia, tante takut dia kenapa-kenapa Bi dia belum sembuh total" Bu Rena menangis sambil cerita ke Bi tentang apa yang terjadi.

"Tante tenang dulu, tante tau alamat Lea di sana, Bi bisa bantu susulin dia, tante kasih alamat nya ke Bi"

"Bi tolong bantu Lea ya" Bu Rena memohon pada Bi.

"Ia ia tante, hari ini Bi susulin Lea tante jangan kawatir"

     Setelah pamit ke Bu Septi dan menceritakan hal buruk yang menimpa keluarga teman kecil nya itu Bi membeli tiket dengan penerbangan pagi.

Sesampainya di Bali Bi bergegas menuju Hotel yang sudah di beri tau oleh Bu Rena sebelum nya.

     Saat cek in Bi menanyakan kamar yang di tempati oleh Lea mengaku sebagai keluarga Lea, Bi mendapat izin untuk tau monor kamarnya.

Tepat di depan kamar 304 Bi mengetuk pintu berusaha mendengar apa ada suara dari dalam sana. Sampai beberapa waktu Lea tidak juga membuka pintu Bi terus mencoba walau kadang beberapa orang lewat memandanginya horor.

    Sesat kemudian terdengar seseorang membuka pintu dari dalam kamar.

"Lea kamu baik-baik aja? " Bi berlari memeluk Lea dengan erat.

"Ngapain kamu kesini??" Lea berusaha melepaskan pelukan Bi dan kembali ke tempat tidurnya.

"Lea tante dan aku kawatir banget sama kamu, kenapa kamu senekat ini, kamu belum sembuh" Bi menjelaskan keadaan Lea yang tidak baik-baik saja.

"Aku ga tau Bi kenapa hal buruk ini bisa datang ke keluarga kami, kenapa papi tega" Lea menahan tangis nya.

"Lea seemua orang punya pilihan masing-masing" Bi mengelus rambut Lea yang berantakan.

"Bi!! apa aku anak yang jahat sampe papi lebih memelih tinggal dengan anak baru nya??" Lea kembali bertanya dengan tatapan kosong.

"Lea kamu masih punya aku sama tente, kamu gak boleh kek gini tante sayang banget sana kamu" Bi memeluk Lea yang sangat tertekan.

"Bi sekarang aku gak punya papi lagi"

"Lea om itu masih papi kamu"

      Bi tampak merapikan baju Lea yang tampak berantakan. Setelah Bi memesan makanan laki-laki tampan itu memaksa Lea untuk makan dan meminum obat yang sudah di titip oleh Bu Rena yang di antar bibik sebelum Bi berangkat.

       Lea masih tampak lesu dia duduk di depan jendela yang memiliki pemandangan pantai yang indah.

Bi memandangi gadis itu dengan wajah sedih. Bagaimana mungkin seorang ayah menghancurkan keluarga nya sendiri.

     Lea tertidur di kursi itu, efek kantuk dari obat membuatnya tertidur dengan lelap. Bi yang melihatnya mengangkat tubuh gadis itu ke tempat tidur dan menutupnya dengan selimut.

Terdengar bi berbicara di telepon.

"Tante Lea baik-baik aja, dia udah istirahat".

"Syukurlah, trimakasih Bi" Bu Rena terdengar lega.

      Di tempat berbeda gedung LNstyle yang baru di resmikan itu tampak sibuk, telepon terdengar berganti gantian.

Banyak orang yang membuat janji pemotretan. Fiio dan Criss tampak sangat sibuk

Sedangkan Sea harus mengurus semua dokumen yang datang untuk di tanda tangani Lea. Semua dokumen di letakkan di meja Lea sampai Lea datang dan menandatangani sendiri.

"Criss kamu udah dapat kabar dari Lea?".

"Belum, telepon ku ga di angkat dari kemarin".

"Ohh  kenapa dia tiba-tiba  ke Bali".

"Pasti ada alasan makanya dia buru-buru ke sana" Criss coba menjelaskan.

    Suasana gedunng itu tampak sibuk hingga sore. Fio yang belum mendapat kabar sedikit kawatir dengan gadis itu.

     Bi yang lelah memutuskan tidur di sebelah Lea, dia takut terjadi hal buruk pada gadis itu.

Tidak terasa sudah sore Lea sudah duduk di kursi dan memandang keluar kamar, perasaan nya masih sangat sakit. Tiba-tiba handphone Bi berbunyi saat Bi mengangkatnya samar-samar Lea mendengar nama Dea, nyeri yang di rasa nya bertambah membuatnya meremas kaos putih nya.

      Lea kemudian melangkah ke luar kamar tanpa perduli Bi berteriak memanggil nama nya.

Dia berjalan menyusuri lorong kamar yang panjang dan menekan liff. Lea menuju pantai yang sepi pemandangan yang di lihatnya dari kamarnya, angin menerpa rambut pendeknya, dia terus berjalan saat kemudia Bi menariknya kasar

"Kamu mau kemana?".

"Aku cuma cari angin" Lea kembali melangkah.

"Kenapa kamu gak jawab waktu aku  panggil?" Bi sedikit marah.

"Kenapa aku harus jawab kamu??".

"Lea aku  kawatir sama kamu ".

"Bi aku gak minta perhatian mu, kamu bisa pulang sekarang aku  baik-baik aja".

"Aku gak bisa aku udah janji sama tante".

"Nanti aku yang bicara sama mami, kasihan Dea kawatir sama kamu" Lea terus melangkah meninggalkan Bi yang tampak bigung.

"Lea maksud kamu apa?" Bi menarik tangan Lea agar berhenti berjalan.

"Bi!!! Aku mau kamu pulang, aku nyusul dua hari lagi aku masih mau sendiri".

"Kenapa kamu berbelit belit, apa maksud kamu dengan Dea?"

" gak ada maksud apa-apa, aku gak mau Dea mikir aneh-aneh aku tau dia suka sama kamu" Lea menjelaskan maksud nya pada Bi kemudian duduk di kursi kosong yang ada di sana.

"Aku gak perduli Dea suka sama siapa" Bi menjelaskan sambil duduk di sebelah Lea.

"Kamu gois sama kayak papi" Lea tersenyum sinis pada Bi.

"Maksud aku bukan gitu Lea, jelas aku beda dari om".

"Bi aku mau sendiri" Lea memohon pada Bi.

"GAKK!! Aku gak mau kamu lakuin hal-hal aneh" jelas Bi tetap tak mau pergi dari pantai itu.

"Sekarang kamu jadi keras kepala" Lea membuang wajahnya ke arah kiri dan membiarkan angin menerpa nya.

"Ia aku keras kepala karna aku sayang dan gak mau kamu kenapa-kenapa Lea" jelas Bi sambil menarik wajah Lea agar memandang wajah nya.

"Haa .. sayang sebagai teman kecil Bi, kata-kata mu bisa aja buat orang yang dengar salah paham" Lea berdiri dan mulai melangkah menuju bibir pantai.

"Lea aku sayang sama kamu sejak kita  SMA aku anggap kamu sebagai teman kecil ku, tapi aku juga berharap aku bisa lebih dari teman itu sendiri " Bi mengikuti Lea dan coba berbicara dari belakang.

"Apa? " Lea tampak terkejut dengan ucapan Bi.

"Ia kamu pikir aku mau dekat dengan cewek lain kayak aku deket sama kamu dan ciuman di hari ulang tahun ku itu bukan terbawa suasana tapi karan aku mau kamu tau kalau aku sayang banget sama kamu".

"Bii!! " Lea tidak bisa berkata-kata dia hanya terdiam melihat Bi.

"Aku selalu ada buat kamu karna aku gak mau ada orang lain yang jaga kamu selain aku" Bi menumpahkan semua perasaannya pada Lea kemudia menarik Lea kepelukannya. Lea masih tidak percaya apa yang di dengar nya, dia mengingat semua kenangan nya bersama Bi laki-laki yang tidak pernah absen dan selalu hadir saat-saat tersulit Lea.

"Maafin aku " belum selesai Lea mengucapkan kata-kata penyesalannya Bi sudah memeluk nya.

  

    Pelukan Bi membuat Lea sedikit tenang. Dia tau bahwa ada satu laki-laki yang tak akan menyakiti hati nya.

Malam itu Lea merasa sesikit senang.

Bi kembali ke kamarnya dan mereka memutuskan untuk kembali ke Jakarta esok pagi.