webnovel

My Bully's My Boyfriend (BL)

Nini03 · LGBT+
Classificações insuficientes
11 Chs

7. Rahasia Lintang

Kania "Segitu dulu pembelajaran kita hari ini kurang dan lebihnya ibu mohon maaf, selamat sore, assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh" Pamit Kania selaku guru Biologi melangkah keluar meninggalkan kelas 11-1 IPA bersamaan dengan bel pulang berbunyi.

Murid-murid pun bersorak gembira, memangnya siapa sih yang tidak senang jika bel pulang berbunyi? Mereka langsung memasukkan buku dan alat tulis kedalam tas masing-masing.

Rino juga melakukan hal yang sama meskipun tasnya kini telah rusak. namun saat ia hendak beranjak dari tempat duduknya sebuah gebrakan meja menghentikan niatnya. Rino mendongak menatap si pelaku yang tak lain adalah Lintang dan kawan-kawannya.

Lintang "Mau kemana Lo? Lo lupa ya kalo Lo udah jadi babu dadakan gue?" Tanya Lintang mengintimidasi. Rino menghela nafasnya.

Rino "Aku tidak lupa, hanya saja aku ingin pulang dulu dan meminta izin ke bundaku" Jelasnya.

Arham hendak bicara jika saja Lintang tidak menghentikannya.

Lintang "Ok, gue anter" Ucapnya membuat Rino, Arham, Yanuar serta murid-murid yang belum pulang menjadi kaku. Hey, sejak kapan Lintang menjadi baik seperti ini ke Rino?

Sadar dengan ucapannya yang ambigu, Lintang berdehem untuk memecah suasana canggung ini.

Lintang "Jangan senang dulu, gue cuma mau mastiin kalo Lo gak bakal kabur, lagian juga gue yakin kalo Lo gak tau rumah gue dimana" Jelasnya panjang lebar.

Rino mengerjap-ngerjapkan matanya, Memangnya siapa yang ingin kabur? Hanya pengecut saja yang berani melakukan itu.

Rino "Tapi..."

Yanuar "Udah deh Lo nurut aja apa susahnya sih?!" Bentak Yanuar membuat Rino diam.

Lintang "Ayo, sebelum gue berubah pikiran dan nyeret Lo ke rumah gue"Ancam Lintang. Rino dengan terpaksa mengiyakan dan berjalan mengekori Lintang, Arham dan Yanuar keluar kelas.

Murid-murid yang melihat tentu heran, Sejak kapan Lintang sudih di ikuti Rino? Apa mungkin Lintang naksir dengan Rino? Namun mereka segera menghilangkan tebakan yang kedua sebab tidak mungkin Lintang menyukai Rino, Mustahil.

Lintang langsung mengambil Honda All New CBR 150R miliknya di parkiran. Mengendarai motor kesayangannya mendekati Rino lalu berhenti tepat di depan cowok berlesung itu.

Rino memiringkan kepalanya tanda bingung saat melihat Lintang yang mengkodenya agar segera naik.

Melihat ketidakpekaan Rino, Lintang mengembuskan napasnya dengan kasar, Dasar orang miskin!

Lintang "Hah...! Lo nunggu apa lagi!? Buruan naik!" Titah lintang tidak sabar sambil menepuk-nepuk sadel dibelakangnya yang kosong.

Rino masih blank, Dengan kesal Lintang turun dari motornya.

Mendengus, Menatap Rino dengan tajam. Sejurus kemudian Rino merasa tubuhnya terangkat, Kakinya seakan tidak berpijak di tanah.

Rino "Aaah! Lintang!! Turunkan Aku!" Rino sedikit meronta ketika Lintang menggendongnya ala bridal style.

Seluruh murid menganga menyaksikan Lintang yang dengan entengnya mengangkat tubuh Rino dan mendudukkannya di atas motornya.

Lintang "Berisik! Lelet!!" Cecarnya. Tanpa menunggu lama Lintang langsung berjalan dan duduk di depan Rino. Memasang helm lalu menghidupkan mesin motornya masih dengan Rino yang mematung dibelakangnya.

Lintang "Lo jangan berani-berani buat meluk gue" Ucapnya lalu menjalankan motornya. Rino mendengus, memangnya siapa yang ingin memeluk Lintang? Rino memang gay tapi bukan berarti ia murahan apalagi dia punya pacar ya... Walaupun pacarnya cuek dan tidak peduli padanya.

Rino "Hmmm..." Jawabnya dengan cuek pula dan Lintang dapat melihatnya dari kaca spion motornya.

Lintang "Rumah Lo dimana!?" Tanya Lintang dengan sedikit berteriak takut bila Rino tidak mendengar suaranya.

Rino "Desa Dusun 4, Jalan xxx!" Ucap Rino sedikit berteriak.

Dan Lintang pun langsung melajukan motornya ke jalan yang dimaksud Rino. Walaupun Desa tapi Dusun 4 sudah sangat di kenal warga dari desa tetangga baik yang dekat maupun jauh.

Selama diperjalanan keduanya hanya diam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, memangnya apa yang ingin dibicarakan? Apalagi Rino dan Lintang tidak pernah sedekat ini, Malah Rino sering dibully oleh Lintang.

Tidak lama kemudian Lintang dan Rino melewati tugu selamat datang di Desa Dusun 4 yang berarti rumah Rino sudah tidak jauh lagi.

Lintang "Rumah Lo dimana sih?!" Kesal Lintang karena Rumah Rino belum juga terlihat.

Rino dengan kesal memukul helm cowok di depannya hingga membuat si pengendara mengadu kesakitan.

Rino "Makanya tanya! Tuh rumahku!" Rino menunjuk sebuah rumah kecil sederhana yang terdapat penjual bakso diteras rumahnya jangan lupa juga kursi-kursi dan meja yang berada didepannya.

Setibanya di depan Lintang langsung memakirkan motornya di halaman kecil milik Rino. Keduanya turun dan berjalan masuk ke dalam teras dengan pandangan kagum dari para pembeli.

Lintang mengira tatapan-tatapan kekaguman itu ditunjukkan kepadanya.

Hannah "Eh calon mantu Tante udah pulang" Celetuknya lalu menyuapkan sesendok bakso ke mulutnya.

Rino "Tante bisa aja" Jawab Rino dengan kekehan gelinya, Lalu melanjutkan langkahnya ke tempat bundanya meninggalkan Lintang dengan wajah kesal, pasalnya ia sudah pede tadi tapi harus menahan kecewa kala yang dimaksud ibu bernama Hannah itu adalah Rino.

Rino "Assalamualaikum bunda, Dani" Ucap Rino ke Bunda serta adik bungsunya.

Rani, Dani "Waalaikum salam/Waalaikum calam" Balas Rani dan Dani.

Rino menggendong adiknya lalu mencium pipi chubby Dani dengan gemas berulang kali, Hingga deheman Lintang menghentikan kegiatannya lalu atensi ketiga keluarga itu teralih ke Lintang.

Rani "Eh, Ada cowok ganteng" Celetuk Rani dan di balas senyuman tipis dari Lintang.

Rino "Kenalin Bun, ini Lintang teman sekelas Rino di sekolah" Kata Rino membuat Rani sedikit mengerutkan keningnya tanda bingung dan Lintang yang masih tersenyum. Selama ini Rino tidak pernah membawa teman-temannya ke sini.

Rani "O-ooh... Tapi kenapa mukanya babak belur begitu? Sudah kalau begitu di ajak masuk temannya terus di obatin" Titahnya.

Rino mengangguk tanpa menjawab pertanyaan bundanya, lalu menurunkan adiknya dan berjalan masuk ke rumahnya diikuti Lintang. Mata Lintang mulai menyapu bersih seluruh ruangan kecil yang di sebut Rino sebagai rumahnya.

Lintang berfikir, bahkan rumah ini sangat kecil jika di bandingkan dengan 3 kamar pembantunya bila disatukan.

Yang mana di ruangan ini hanya memiliki 3 kamar kecil yang saling berdempetan, ruang tamu kecil serta Lintang bisa menebak jika dapurnya pasti kecil juga.

Rino "Aku tahu bila rumahku kecil dan tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan rumahmu tapi bisakah kita masuk ke dalam?" Ucap Rino membuyarkan lamunan Lintang yang baru sadar jika kini mereka sudah berada di kamar pertama, kamar Rino lebih tepatnya.

Mereka berdua pun masuk ke dalam kamar. Rino langsung meletakkan tasnya yang rusak di atas tikar yang digunakannya sebagai tempat tidur, syukurlah bundanya tidak curiga dengan tasnya yang rusak karena tadi ia sengaja melipat tasnya agar tidak ketahuan bundanya.

Lintang "Heh! Lo ngapain?!" Lintang membelalakkan matanya kala Rino membuka kancing bajunya.

Rino "Aku? Aku kan ingin ganti pakaian, tidak mungkin aku ke rumahmu dengan seragam sekolah" Kata Rino polos namun tetap melanjutkan kegiatannya ingin mengganti seragam dan celananya dengan baju hari-harinya.

Lintang bungkam. Iya dirinya tau jika Rino membuka seragamnya karena ingin ganti baju namun yang membuat dirinya heran adalah kenapa ia seperti melarang Rino untuk melakukannya?

Ia masih memperhatikan Rino yang tanpa malu mengekspos tubuhnya dihadapannya.

Selesai membuka kancing seragamnya Rino melepas kemeja batiknya dan meletakkannya di atas tasnya kemudian melanjutkan sisanya yaitu melepas sepatunya, lalu melepas ikat pinggang dan menurunkan celananya menyisakan celana kolor di atas lutut. Ia masih melakukannya dihadapa Lintang tanpa rasa malu, Toh Lintang juga tidak gay-pikir Rino dan mereka sama-sama laki-laki.

Lintang menelan ludah, Meskipun Rino Memunggunginya ia masih bisa melihat'dengan jelas di ujung pundak atas Rino yang tidak ditutupi kain terlihat warna pink dengan warna putih disekitarnya yang menghiasi pundak cantiknya karena Rino hanya mengunakan kaos tanpa lengan, pinggangnya yang begitu ramping, Bahkan lututnya pun warnanya pink kecoklatan.

"Sial!" Batin Lintang mengumpat. Rino tidak tau saja kalau Lintang adalah biseksual yang bersembunyi dengan baik di semua orang, teman-temannya bahkan orang tuanya sekalipun tidak tau jika anaknya menyukai sejenis dan lawan jenisnya sekaligus.