webnovel

My beauty boy

my beauty boy

Ikbal_Saputra_8964 · Fantasia
Classificações insuficientes
2 Chs

PART 2 : Kegaduhan

Siang telah diganti malam, semua pekerja maupun pelanggan pulang kerumahnya masing-masing. Namun Aku masih sibuk dengan peralatan kafe yang ada dihadapanku saat ini sampai tanpa sadar bahwa jarum jam sudah menunjuk kearah angka 11 malam.

Setelah selesai aku menutup kafe dan pulang, dalam perjalanan aku mendengar suara kegaduhan yang bergema pada suatu gang sempit.

Apakah terjadi sesuatu?

Karena aku orangnya kepoan, aku pun masuk ke gang sambil mengendap-ngendap.

Dan tak lupa merapatkan punggung kedinding seakan-akan mata-mata sejati.

Mataku terbelalak dimana ada seorang pria di keroyok oleh beberapa orang, tapi yang lebih mengejutkan lagi pria bar-bar itu dapat mengalahkan semua lawannya dengan mudah walaupun sesekali mendapatkan hantaman yang cukup keras diwajahnya.

Semua lawannya berlari kocar-kacir tak tentu arah, sedangkan pria itu hanya memperhatikan lawannya seperti tikus ketakutan.

Wow ... Keren anjir seandainya aku bisa bertarung juga, kan aku bisa melawan orang mesum yang ingin melakukan hal tidak-tidak padaku.

Karena rasa penasaranku sudah terpenuhi, aku memutuskan melanjutkan perjalanan pulang yang sempat bertunda.

Satu langkah ....

Dua langkah ....

Tiga langkah ....

Bruak!

Anjir kenapa pakai acara kesenggol tong sampah lagi mati gue.

Moga-moga kuping tuh cowok bar-bar budek.

"Woy, siapa itu?"

Dia denger gaes huaaa!

Aku langsung berlari sekuat tenaga, gini-gini aku juara dua lomba lari pada waktu SMA looo

Mulai sombong nih bocah.

Tapi secepat-cepat atau sejuara apapun orang berlari kalau kesandung tetap jatuh. Seperti yang kualami saat ini.

Gara-gara kaleng badanku terhempas dengan cantik dan merosot ke tanah, tidak sampai disitu saja ketika aku hendak bangkit dari tidur tanganku sudah dicekal. Aku berusaha berontak bukannya lepas malah tenggelam dalam cengkramannya sampai kita berdua tak sadar kalau posisi kita sangat intim, dimana kedua kaki berada di sisi kanan maupun kiri pinggang pria itu.

"Huaa! Jangan sakiti aku, kumohon ta--tadi aku hanya numpang nonton film aksi doang!" jeritku ketakutan.

Sedangkan pria itu hanya menatapku sayu lalu berkata, "Cantik."

Brugh.

Pria itu pingsan tepat diatas tubuhku, aku yang merasa punya kesempatan untuk kabur segera mengeserkan tubuh pria itu dengan susah payah.

Dan akhirnya berhasil yeay ....

Wait tadi bilang cantik?

"Huft akhirnya bebas juga dari cengkraman harimau, saatnya kabur," putusku.

Belum sempat berlari aku merasa gak enak pada pria mabuk disana, kan bisa bahaya bagaimana saat ia pingsan ada tante-tante girang mengrepe-grepe atau bisa jadi dia dirampok.

Aku menghela napas kasar lalu mengacak rambutku sampai berantakkan.

Aku harus mengantar pria itu pulang.

Aku mulai membopongnya secara perlahan agar pria itu tidak jatuh maupun terbangun.

Mataku melihat sebuah kartu nama yang sempat jatuh dari sakunya.

Akupun mengambilnya lalu membacanya.

"Nama Ahmad Al Eroz Al Ferrari, umur 35 tahun, pekerjaan petinju kelas berat, Nasional Arad-Indo-Kanada."

What the hell pantesan tadi dia dapat mengalahkan lawannya dengan mudah, ternyata dia petinju toh ....

Fix aku harus mengantarnya pulang segera, aku gak mau nanti jika ia sadar bisa-bisa aku di tonjok olehnya.

Aku terus membopongnya sesuai alamat yang tertera di kartu namanya.

Sesampai disana mataku melihat sebuah rumah yang cukup mewah walaupun terkesan minimalis.

Aku mengetuk pintu perlahan sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum."

Beberapa waktu pintu itu terbuka lebar dengan menampilkan seorang pria kecil berpiyama.

"Kakak siapa? Abhi kenapa?"

"Eh Abhi kamu mabuk jadi kakak antar pulang."

"Kakak masuk aja."

Aku menuruti permintaan anak itu lalu membaringkan pria bernama Ahmad itu di sofa.

"Huft ...." aku mendudukkan diri di sofa satunya.

"Ehm ... Kakak pacarnya Abhi?"

"Eh, enggak dek kakak tadi numpang lewat."

"Kakak namaku Rio Al Eroz Al Ferrari, Kakak bisa panggil aku Rio saja." Rio mengulurkan tangannya padaku.

Dengan senang hati aku menyambut uluran tangannya dan berkata,"Nama kakak Fadli"

"Kok nama kakak kayak cowok?" tanya Rio polos membuatku gemas gak ketolongan.

"Kan kakak memang cowok," jawabku, Rio mengernyitkan dahi bingung.

"Kok wajah kakak cantik?"

"Adek tidur yaa nanti kalau tidur malam-malam adek bisa sakit," pintaku mengalihkan topik pembicaraan.

"Baiklah kak."

Huft akhirnya bebas juga dari si tuyul imut ....

Aku harus tidur sekarang besok aku segera pulang dipagi hari.

BERSAMBUNG ....