webnovel

MBM 1

"Sudah jam pulang kantor rupanya. Apa Desmond sudah selesai dengan pekerjaannya?" Gumam Alaina.

Alaina mengambil ponselnya yang berada di samping komputernya lalu mencari kontak Desmond kekasihnya dan menghubungi pria yang tadi siang keluar untuk mengikuti rapat dengan beberapa klien itu.

"Tidak diangkat." Alaina tersenyum getir. Ia sudah tahu apa yang sedang dilakukan kekasihnya jika sudah mengabaikan panggilannya seperti ini.

"Lebih baik aku pulang sekarang sambil mampir ke supermarket nanti." Alaina pun mematikan komputernya dan mengambil tas serta ponselnya kemudian keluar meninggalkan ruangan luas nan mewah itu.

Masuk ke dalam lift menuju ke basement perusahaan, Alaina selalu memasang senyum palsunya yang selalu ia tunjukkan saat berhadapan dengan banyak orang. Sesampainya di basement, ia segera masuk ke dalam mobilnya dan meluncur pergi.

••••••••

Alaina Alexandria, gadis cantik berusia dua puluh empat tahun. Bekerja sebagai sekretaris di perusahaan IT terbesar di London. Alaina memiliki tubuh langsing dengan tinggi sekitar 170cm, kulit putih bersih, rambut panjang berwarna coklat muda, dan sepasang mata berwarna biru. Tak hanya bekerja sebagai sekretaris, Alaina juga merupakan kekasih dari atasannya yang bernama Desmond Leonathan.

Desmond Leonathan merupakan seorang pria dewasa berusia dua puluh sembilan tahun. Tubuhnya tinggi, kekar namun tidak terlalu besar, rambut hitam, sepasang mata berwarna hitam pekat, hidung mancung, dan rahang tegas. Pria itu merupakan CEO sekaligus pemilik perusahaan tempat Alaina bekerja.

Hampir dua tahun menjalin hubungan, Alaina dan Desmond selalu memamerkan kemesraan di depan umum dan senyuman yang selalu manis hingga membuat banyak orang iri. Sayangnya dibalik itu semua, Alaina seringkali menangis sendiri dan menahan sakit hatinya karena harus menyaksikan atau mendengar kekasihnya bergonta-ganti pasangan hampir setiap hari.

Cinta yang terlalu besar dan kuat membuat Alaina memilih bodoh dan bertahan di sisi pria itu serta mengubur rasa sakitnya seorang diri. Jika ditanya apakah pernah Desmond mencintainya meski hanya sedikit? Jawabannya sangat, Desmond selalu mengatakan kalau ia sangat mencintai Alaina. Entah sampai kapan Alaina mampu bertahan, tapi untuk saat ini ia hanya ingin terus berusaha untuk memenangkan hati pria yang begitu ia cintai itu.

••••••••••

"Rasanya mie instan untuk teman nonton malam ini lumayan juga." Alaina begitu antusias memilih beberapa jenis mie instan untuk stok bulanannya.

Setelah mendapatkan mie instan yang ia inginkan, Alaina pun berkeliling lagi menyusuri lorong-lorong supermarket itu untuk membeli bumbu-bumbu dapur serta persediaan bahan masakan lainnya. Alaina memang rajin memasak karena menurutnya akan lebih sehat daripada harus makan di luar.

"Baby, aku ingin makan es krim setelah ini." Rengek seorang wanita yang lebih terdengar seperti mendesah.

"Sure. Atau kau mau makan 'es krim' ku saja?" seorang pria menanggapi rengekan wanita tadi dan membuat Alaina mengangkat kepalanya untuk mencari sumber suara yang begitu ia kenal itu.

"Desmond..." Alaina menemukan sang pemilik suara yang kebetulan juga menengok ke arahnya.

Bolehkah Alaina menghampiri pria itu untuk sekedar menamparnya atau menjambak rambut jalang murahan di sampingnya itu? Sayangnya Alaina tidak akan melakukan kedua hal itu. Alaina hanya memberi senyum terbaiknya kepada Desmond dan berlalu meninggalkan pria itu. Tujuan Alaina saat ini adalah kasir.

"BABY..." terdengar suara teriakan wanita tadi menggema di seluruh ruangan supermarket itu. Alaina tidak peduli apa penyebab wanita itu tiba-tiba berteriak, yang ia inginkan saat ini adalah segera membayar belanjaannya dan segera pergi dari tempat itu. Tapi sialnya, antrian begitu panjang hingga membuat Alaina harus menunggu dengan sabar.

"Sayang..." Desmond tiba-tiba mendekap Alaina dari belakang.

Alaina sedikit terkejut dengan tindakan kekasihnya yang begitu mendadak. Namun tidak bisa dipungkiri, jantungnya berdegup kencang dang bibirnya ia tutup rapat agar tidak tersenyum.

"Ada apa? Bukankah kau sedang bersama kekasihmu?" Tanya Alaina datar.

"No. Kekasihku hanya dirimu. Dia hanya seorang jalang penghangat ranjangku." Desmond setia merangkul kekasihnya seraya menunggu giliran mereka.

"Em..." Alaina hanya berdeham singkat enggan membahas lebih panjang masalah itu.

"Biar aku saja." Desmond tersenyum dan mengeluarkan seluruh barang belanjaan Alaina dari keranjang dorongnya ke meja kasir. Setelah selesai membayar, mereka keluar dari supermarket itu.

"Aku bawa mobilku sendiri." Alaina hendak menolak Desmond yang menuntunnya menuju mobilnya.

"Mobilmu biar nanti orangku yang ambil, aku akan mengantarmu." Desmond yang enggan menerima penolakan dari kekasihnya pun akhirnya menang.

Mereka pun meluncur pergi dengan mobil Desmond. Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan di antara mereka. Hingga akhirnya Desmond yang memulai obrolan.

"Kau mau masak apa malam ini?" tanya Desmond karena mereka memang tinggal satu atap. Meski begitu, Desmond belum pernah sekalipun menyentuh Alaina seperti yang selalu ia lakukan bersama wanita lain.

"Tidak ada. Hanya ingin makan mie instan saja." Alaina menjawab malas.

"Sepemikiran denganku." Desmond meraih tangan kekasihnya dan menggenggamnya erat.

Entah tertiup angin apa, untuk pertama kalinya pria itu memilih mengejar kekasihnya daripada melanjutkan kegiatannya dengan wanita sewaannya. Padahal biasanya meski bertemu dengan Alaina sekalipun, ia tidak akan peduli dan lebih memilih bersama para jalangnya.

"Kita sampai." Desmond membuka pintu mobilnya dan menuntun Alaina turun dari mobilnya. Alaina hanya tersenyum kecil dan langsung melenggang masuk ke dalam rumah setelah turun dari mobil.

Desmond segera mengejar sementara para pelayan mengambil barang belanjaan mereka tadi dari bagasi.

"Arghh..." Alaina merenggangkan otot-otot badannya.

"Mau mandi bersama?" Tanya Desmond tiba-tiba dan untuk pertama kalinya.

"Jangan bercanda. Selama ini kau bahkan enggan untuk melihatku." Alaina mengabaikan Desmond dan langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Desmond akhirnya membersihkan dirinya di kamar mandi lain, di luar kamar mereka.

Setelah selesai, Alaina keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih sedikit basah. Ia mengelap rambutnya dengan sehelai handuk kecil.

"Biar aku bantu." Desmond merebut handuk kecil Alaina dan membantu Alaina mengelap rambutnya.

"Katakan saja apa yang kau inginkan kali ini, Desmond. Tidak perlu bersandiwara seperti ini." Titah Alaina merebut kembali handuk kecilnya. Ia tahu dan yakin jika kekasihnya itu menginginkan sesuatu darinya.

"Aku..."