webnovel

perhatian dewa

sudah hampir seminggu Tiara tak sadarkan diri,hal itu membuat dewa uring uringan.

dilihatnya wajah Tiara yang pucat tanganya terpasang selang infus.dia mendekati Tiara yang tak sadarkan diri,dia duduk di tepian ranjang tanganya terulur mengelus wajah Tiara yang pucat.

"hei kenapa kamu tidur lama sekali,apa kamu tidak rindu denganku?" ucap dewa

"ayo bangunlah,kita akan bermain bersama,aku merindukan ocehanmu Tiara."

setelah mengatakan itu Dewa menunduk,ia menyesal karena sudah membuat Tiara seperti ini.

ini pertama kalinya bagi Dewa menyesali apa yang telah ia perbuat,sungguh ia sendiri pun bingung,kenapa ia bisa menyesal,jika biasanya ia akan menikmati para harimaunya itu memakan musuh musuhnya,tetapi tidak dengan Tiara,dia menyesal karena telah membuat Tiara terluka parah.

Dewa menggenggam erat tangan Tiara,hingga tangan itu perlahan bergerak.

Dewa yang merasa ada pergerakan seketika mendongak dan tersenyum ketika mata Tiara bergerak gerak dan perlahan terbuka.

"kau sudah sadar?" tanyanya

"air...." ucap Tiara lirih

Dewa segera memberi Tiara air lalu di bantunya Tiara untuk meminum air.

"sebentar aku akan panggil dokter." ucap Dewa setelah memberi Tiara air

"Leo.... Leo....cepat panggil dokter." teriaknya menggema

tak butuh waktu lama para dokter itupun berdatangan.memang Dewa sengaja menyewa beberapa dokter terbaik.

para dokter itu tersenyum lega setelah memeriksa Tiara.

"kondisi nyonya jauh lebih baik tuan,tidak ada yang perlu di kawatirkan."

dewa menatap Tiara yang masih berbaring lemah di atas kasurnya,dia membalas menatap dewa.

"keluarlah...."

mereka pun menuruti perintah tuanya dan membiarkan mereka berdua di dalam kamar.

Dewa masih menatap lekat wajah Tiara yang sedikit tirus akibat sakit,lalu perlahan ia berjalan mendekat kearah Tiara diraihnya tangan Tiara dan menggenggamnya erat.

"kenapa kau membuatku khawatir?" ucapnya

"apa memang kau sengaja melakukanya?" timpalnya lagi

"apa maksudmu tuan,bukankah aku begini juga karena ulahmu?kenapa jadi aku yang salah?" ucap Tiara jengkel

Tiara berusaha untuk mendudukkan dirinya dengan susah payah,Dewa yang melihat itupun segera membantu.

"apa kau butuh sesuatu?"

"aku ingin ke kamar mandi."

tanpa banyak bicara Dewa menggendong tubuh kurus Tiara,kini tubuh Tiara semakin terasa ringan bagi Dewa.

"sepertinya kau harus menambah porsi makanmu."

Tiara melotot menanggapi omongan Dewa,yang di pelototi hanya tersenyum manis.

sejenak Tiara terpaku memandang senyum Dewa.

"CK...ternyata kau bisa juga tersenyum juga." cibir Tiara

Dewa mendudukan Tiara diatasi kloset,dia ingin membantu Tiara melepaskan celana yang dipakainya.tetapi Tiara mencegahnya

"aku bisa melakukanya sendiri."

"baiklah aku akan menunggu disini."

"bisakah kau berbalik jangan melihatku."

"kenapa malu,aku bahkan sudah merasakan setiap lekuk tubuhmu."

"hish....mesum...."

Dewa tertawa melihat tingkah Tiara yang malu-malu itu sangat menggemaskan.akhitnya dewa menuruti permintaan Tiara iapun membalikkan badannya.

"apakah itu keran bocor?" ucap dewa setelah mendengar suara keras.

"hish....tutup telingamu." ucap Tiara menahan malu

menggoda Tiara mungkin akan menjadi hobinya sekarang.

"apa kau membutuhkan sesuatu?" ucap dewa lembut,ia mengelus rambut Tiara

"tidak,aku hanya ingin istirahat."

"baiklah kembali tidur,tapi kau harus meminum obatmu dulu." ucap dewa

Tiara mengangguk jujur badannya masih terasa sakit,dan itu tidak dapat ia gerakkan.tangan dan kakinya di perban ia tidak bisa leluasa bergerak.

ia menatap Dewa yang dengan telaten mengurusnya,"ternyata dia bisa baik juga." gumam hatinya

"aku tahu aku tampan." ucap Dewa saat tahu Tiara sedang memperhatikannya

"hish...narsis" cibir Tiara

"sudah tuan aku sudah kenyang." ucap Tiara saat Dewa hendak menyuapkan makanan ke Tiara.

"kamu harus makan banyak biar cepat pulih dan kita bisa bermain bersama."

Tiara mendengus kesal,ternyata ada maunya dewa memberi perhatian terhadapnya.

Dewa yang melihat perubahan raut wajah Tiara,ia pun tertawa dengan keras

"kau kira aku sekejam itu?"

Tiara mengedipkan bahunya,lalu meraih obat yang ada di tangan Dewa.

setelah memastikan Tiara beristirahat dengan nyaman, sebelum keluar dari kamar Tiara dia mengecup kening Tiara lembut lalu memutuskan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Tiara membuka matanya setelah mendengar pintu kamarnya tertutup.ia berusaha untuk mendudukkan badannya.

"apa itu tadi Dewa?kenapa ia bisa begitu lembut terhadapku?" gumamnya

Tiara menurunkan kakinya secara perlahan,ia ingin keluar sebentar,dia ingin menghirup udara segar di pagi hari ini,rasanya sudah lama ia tak melakukan itu.

"ah...kira kira berapa lama aku tertidur." gumam Tiara saat hendak bangun.

Dewa yang mengawasi Tiara melalui cctv, ia melihat Tiara yang kepayahan ingin beranjak dari tidurnya. tanpa aba aba dia meninggalkan meetingnya dan berlari menuju kamar Tiara,ia ingin terjadi apa apa terhadap Tiara.

"BRAK..." Dewa membuka pintu dengan kasar,lalu berjalan ke arah Tiara.

"apa kau sudah gila,kenapa kamu banyak gerak?" sentak Dewa.

"aku hanya ingin ke balkon,ingin menghirup udara segar." belanya

"tidak bisakah kau memanggilku?"

"pck...anda berlebihan tuan."

"aku tidak berbelihan,aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu denganmu."

Dewa memegang dagu Tiara dan mengecup singkat bibir Tiara.

sungguh kali ini jantung Tiara serasa mau copot,padahal seharusnya ia terbiasa dengan perlakuan Dewa yang seperti ini,tetapi kali ini dia tidak bisa mengontrol jantungnya yang seperti mau copot.

"aku harap kau akan terbiasa dengan sikapku,karena bagiku kau adalah milikku aku takkan membiarkan milikku terluka apa kau mengerti."

Tiara masih terpaku dengan ucapan Dewa.

akhirnya tidak ada pilihan lain selain membawa Tiara ke ruang kerja Dewa.ia tidak ingin kalau Tiara bertindak seperti tadi bergerak sembarangan dan hampir membahayakan dirinya sendiri.

"aku hanya ingin ke balkon, bukan disini tidak bisakah kau membiarkanku?"

"dialah,jangan banyak bicara dan bergerak atau kau ingin aku memasukimu sekarang?"

ucap Dewa ketika Tiara bergerak gerak di atas pangkuannya dan membuat sesuatu disana berontak.

"hish...."Tiara mencebik dia hanya bisa pasrah duduk di pangkuan Dewa,sebenarnya ini benar benar tidak nyaman, Dewa lebih memilih fokus terhadap pekerjaannya dengan memangku Tiara,perlahan kepala Tiara menyender di bahu Dewa,Tiara yang bosan dengan suasana di ruang kerja Dewa akhirnya tertidur dengan membenamkan wajahnya di ceruk leher Dewa.

Dewa yang merasa Tiara akan tertidur seketika menyunggingkan senyumnya,dan mengelus punggung Tiara lembut,hingga akhirnya ia benar benar terlelap dipangkuanya.

setelah merasa Tiara benar benar tertidur ia pun membawanya ke kamar dan membaringkan tubuh lemah Tiara di pembaringan.

"tidurlah yang nyenyak, kali ini aku tidak akan menyakitimu." ucap Dewa dengan mengelus kepala Tiara lembut dan mengecupnya.

Dewa memandang wajah Tiara mengamati setiap inci wajah Tiara.sungguh ia bingung dengan perasaannya sendiri,kenapa ia bisa lembut dengan seorang wanita bahkan hatinya berdetak lebih kencang saat berada di dekat wanita yang 3 bulan sudah bersama dirinya.

tak ingin pusing dengan pikirannya dia lebih memilih melanjutkan pekerjaannya.