webnovel

Engagement

.

.

.

.

.

" Yuura? Kau sudah tau jika Jimin sudah tidak lagi menjadi Manager? ".

Matanya membulat saat mendengar nya.

" Maksudmu? ".

" Ayah nya mengambil alih peran nya sebagai Manager, dan kudengar Jimin akan bertunangan dan oleh karena itu Jimin sudah tidak lagi menjabat sebagai Manager di sini ".

"...."

Yuura tak tau harus berkata apa.

Semua ini begitu terjadi begitu mendadak.

Apa maksudnya hal ini terjadi, kenapa mendengar hal itu membuat Yuura sama sekali tidak senang?

Yuura juga memikirkan bagaimana peran nya sebagai asisten pribadi nya Jimin .

Apa Jimin masih membutuhkan nya?

Pertanyaan yang sangat bodoh yang begitu muncul di kepalanya.

Tentu saja tidak !

Jimin akan bertunangan, jabatan nya sebagai Manager sudah di gantikan oleh ayahnya dan alasan apa yang membuat Yuura tetap menjadi seorang asisten?

Yuura menatap gelas berisi susu yang tiap hari ia sediakan untuk Jimin di meja kerjanya.

Dia begitu sangat memperhatikan keadaan Jimin dengan sangat detail , sesuatu yang Jimin butuhkan akan Yuura sediakan tepat waktu.

Perasaan nya mendadak tidak enak , sesuatu yang aneh merasuki hatinya.

Yuura menghela nafas lalu pergi.

Ia melangkah dengan sangat cepat , tak peduli dengan orang orang yang ia tabrak.

Seketika langkah nya terhenti saat Jimin berada di hadapan nya.

Matanya menatap Jimin dengan sangat lekat.

Jimin tak mengerti kenapa Yuura seperti ini.

" Ada apa denganmu? ".

Dengan cepat Yuura mengabaikan nya lalu pergi begitu saja.

" Yuura? ".

.

.

.

.

.

" Kenapa aku menangis !? ".

Yuura menghapus air matanya dengan kasar.

Dia bingung dengan dirinya sendiri.

Terlihat bahwa Yuura begitu tidak senang saat mendengar Jimin akan bertunangan.

Apa karena Yuura akan kehilangan pekerjaan nya?

Ohh ayolah , pemikiran yang begitu bodoh muncul lagi di pikiran nya.

Bahkan Yuura bisa dengan mudah mendapat pekerjaan dengan cara menerima tawaran dari berbagai perusahaan yang mencarinya.

Jimin menghampiri Yuura yang sedang terduduk sambil menahan tangisnya.

" Kau tidak mau memberitauku kenapa kau seperti ini? "

Yuura lagi lagi mengabaikan nya.

Jimin duduk di samping nya sambil melihat nya sibuk menghapus air mata.

" Aku akan bertunangan, ayahku mengambil alih posisi ku sebagai manager ".

" Mereka bilang sudah saat nya aku memikirkan hidupku dan mencari pasangan hidup dengan tidak terlalu sibuk soal pekerjaan ".

" Aku terlalu nyaman dengan pekerjaan ku, sampai aku lupa memikirkan hal itu ".

Yuura berhenti menangis , ia mencoba mengontrol dirinya sendiri.

" Kau menemukan wanita tepat untukmu? Setidaknya nanti kau bisa menemukan seseorang yang bisa menjaga dirimu dan mengingatkan mu pada hal yang sangat penting terutama dirimu sendiri ".

Satu pertanyaan yang sangat sulit untuk Jimin jawab.

Yuura benar, apa Yoona adalah wanita yang tepat untuknya?

Bahkan Yuura sangat berbeda dengan Yoona.

" Aku masih membutuhkan mu ".

Yuura tak mengerti dengan yang Jimin katakan.

" Walaupun aku sudah tak jadi manager lagi, tapi aku masih membutuhkan mu ".

" Setidak nya kau juga tidak berhenti menjadi asisten

Ku ".

" Aku lakukan itu jika itu maumu ".

" Dan oh iya, tujuan ku kemari adalah mencari segelas susu yang biasa kau bawakan untukku . Kukira kau tidak menyediakan nya lagi tapi ternyata aku selalu menemukan nya di meja kerjaku ".

Senyum itu terukir saat mendengar segelas susu.

" Aku bersyukur jika bukan ayah ku yang meminum susu nya ".

Jimin terkekeh dan begitupun juga Yuura.

" Kenapa kau bersyukur jika bukan ayah mu ? ".

" Tentu saja ! Susu itu kau yang selalu sediakan untukku bukan? Maka itu milikku , dan ayah ku tak berhak meminum nya ".

Entah humor mereka serendah itu , segelas susu bisa membuat mereka tertawa lepas.

" Bukankah kau harus mempersiapkan hari tunangan mu ? ".

" Umm... Aku tak tau tentang hal ini, kau tau ini begitu sangat mendadak bagiku. Orang tuaku datang ke rumah ku dan tiba tiba saja menyuruhku untuk segera menikah, mereka bilang tidak perlu terlalu cepat untuk merencanakan nya dan sebagai gantinya aku bisa bertunangan terlebih dahulu ".

" Kau senang ? ... Maksud ku apa hal ini membuatmu akan bahagia? ".

Jimin terdiam sejenak.

" Aku tak tau, aku tidak tau apa hal ini membuatku senang atau tidak. ".

" Terlalu membingungkan ".

Jimin menghembuskan nafasnya , lalu menyandarkan tubuhnya di kursi.

Yuura melihat Jimin yang memejamkan kedua matanya, bahkan Jimin memakai setelan jas nya begitu sangat rapih yang selalu ia kenakan saat ke kantor.

Sebentar lagi Yuura tidak akan bisa melihatnya yang selalu fokus dengan pekerjaan nya.

Yuura bahkan tidak perlu kerepotan untuk menyiapkan susu untuknya setiap pagi.

" Jimin ? ".

Jimin membuka matanya lalu menatap Yuura yang memanggilnya.

" Jangan kau paksakan dirimu, pikirkan apa yang kau mau dan apa yang hanya ingin kau lakukan ".

Jimin tersenyum mendengar hal itu.

Bahkan Yuura lebih bisa mengerti dirinya , apa hanya karena Yuura seorang asisten nya? Jadi hal itu bisa sangat wajar?

Sudah sepatut nya bukan jika seorang asisten harus mengerti apa yang di inginkan oleh atasan nya?

.

.

.

.

.