webnovel

Meluruskan Kesalahpahaman

Editor: EndlessFantasy Translation

Raut wajah Qin Chuan berubah drastis setelah melihat Qin Yao, dan ketika Qin Yao menghambur panik, ia dengan keras menghardik, "Qin Yao, jangan kuatirkan aku."

Wajah Qin Yao tertegun, wajahnya berubah pucat tanpa darah. Matanya dipenuhi air mata, "Ayah, bagaimana aku bisa mengabaikan ayah?"

Ia membalikkan tubuh dan menatap Yanaro dan kawanannya dari Negeri Chu. "Di mana Chu Tianjiao? Kenapa dia melakukan ini? "

Chu Tianjiao tidak muncul, dan sebaliknya, Yanaro berjalan ke depan, "Qin Yao, pria ini adalah penjahat besar di Negeri Chu. Hal ini tidak ada hubungannya denganmu, jadi kau tidak boleh ikut campur. "

"Bagus. Betapa kejinya." Ekspresi Qin Yao berubah sedingin es. Ia melihat ke arah pengawalnya dari Negeri Awan Salju. "Aku ingin menyelamatkan pria itu."

Tapi ia mendapat jawaban dari salah satu pengawalnya, "Tempat ini adalah Negeri Chu, dan orang itu adalah penjahat dari Negeri Chu. Tidak hanya itu, kita bahkan tidak memiliki para pendekar kuat dari negeri kita di sini. "

Baru sekarang Qin Yao mengerti. Dengan menggunakan perjamuan berikut dengan perburuan makhluk siluman sebagai alasan, lalu mengirim orang untuk mengarahkan dirinya ke sini dengan cara licik, sepertinya ini semua rencana Chu Tianjiao.

"Ini bukan urusanmu." Qin Yao menjawab dingin lalu berbalik dan melesat menuju Qin Chuan.

"Qin Yao, kau harus paham dengan jelas: mereka memiliki wewenang untuk membunuh siapa saja yang mencoba menerobos masuk Benteng Hitam, apapun latar belakangnya." Qin Chuan berteriak marah, "Qin Yao, pergi sekarang!"

Melihat ayahnya dalam bahaya seperti itu, bagaimana mungkin Qin Yao mematuhi kata-katanya? Ia langsung menuju lapangan latihan Benteng Hitam, membuat Yanaro tertawa dingin, "Qin Yao, kau cari mati."

Ketika suaranya mereda, beberapa siluet muncul dan mengepung lapangan latihan itu, bersiap untuk memusnahkan semua orang yang ada di dalamnya.

Selain itu, Ye Zhan, Liu Yue, dan tamu perjamuan lainnya telah tiba juga di situ. Hanya ada keterkejutan di hati mereka. Jadi, ini adalah rencana yang dirancang oleh Pangeran Ketiga. Benteng Hitam terletak di area terlarang, jadi jika bukan karena ada seseorang yang menuntun, tidak ada yang bisa menemukan tempat ini dengan mudah.

Qin Yao memilih berlari tepat ke tengah-tengah lapangan latihan. Bukankah ini artinya sama dengan melompat sukarela ke dalam perangkap? Meskipun cedera yang diderita Qin Chuan, ia masih bisa mengerahkan kecakapan beladiri setara tingkat kelima atau keenam Peredaran Nadi, lebih kuat daripada Qin Yao. Yanaro dan kawanannya memandangi mereka seperti seekor harimau yang mengawasi mangsanya. Seolah-olah mereka sedang menonton pertunjukan yang menghibur.

Mereka tampaknya tidak terburu-buru berurusan dengan Qin Chuan dan Qin Yao. Sebaliknya, mereka menunggu sesuatu.

Qin Wentian melangkah maju, tetapi ketika ia bersiap maju, ia mendapati dirinya ditarik oleh Mu Rou. Mu Rou berbisik, "Qin Yao sudah jatuh ke dalam perangkap mereka. Kau tidak boleh jatuh ke dalamnya juga."

Jika Qin Wentian turun tangan sekarang, maka Yanaro dan kawanannya akan punya alasan untuk berurusan dengannya.

Matanya yang hitam menatap kedua siluet yang berdiri di tengah-tengah lapangan itu lalu kata-katanya membuat mata Mu Rou mendelik. Ia berbisik dengan suara rendah, "Aku tidak pantas menjadi manusia jika aku tetap berpangku tangan saat melihat ayahku dalam keadaan seperti itu."

Saat suaranya memudar, tubuh Qin Wentian melesat. Dalam tatapan kerumunan yang terperangah, ia memasuki lapangan itu. Tindakannya membuat Mu Rou terperangah. Memang orang-orang dari Klan Qin Clan memiliki tekad sekuat besi.

"Hah?" Melihat Qin Wentian turun tangan, semua mata memandang tertegun. Bahkan Qin Chuan dan Qin Yao tertegun.

Tak lama kemudian, tawa dingin membersit di mata Yanaro. Sosok bertopeng kirin itu sedang menyongsong kematiannya sendiri.

"Teman, masalah ini tidak ada hubungannya denganmu. Cepat pergi." Qin Chuan berkata kepada Qin Wentian saat ia membunuh seekor makhluk siluman lainnya. Namun, Qin Wentian tidak menjawab dengan kata-kata. Dengan kelincahan gerakan kakinya, ia tiba di depan seekor makhluk siluman lainnya dan dengan eksplosif melancarkan pukulan yang dahsyat. Dampak dari pukulan itu menggetarkan makhluk siluman itu sampai mati.

Hingga saat ini, para makhluk siluman itu telah dihancurkan satu demi satu, sementara di luar lapangan itu, sejumlah pasukan menghadapkan busur panah mereka langsung ke arah mereka.

"Sekarang, apa kaupikir kau masih bisa melarikan diri?" Yanaro tertawa dingin, ketika orang-orangnya menyerbu ke arah tiga orang anggota Klan Qin itu.

Ia telah bertarung dua kali dengan sosok bertopeng merah itu, namun tidak bisa mengklaim bahwa dialah pemenangnya. Bagi Yanaro, ini merupakan penghinaan.

Qi pedang yang tajam menyembur ganas dari Yanaro. Tubuhnya melesat ke depan saat ia mengeluarkan pukulan jari yang menembus ruang ke arah Qin Wentian, melepaskan seluruh kekuatan teknik alaminya.

Qin Wentian tidak peduli untuk menyamarkan tekniknya lagi. Dengan kekuatannya yang tirani, energi di tubuhnya melonjak liar saat Jejak Pusaran Laut siap dikerahkan.

"Bunuh!" Yanaro meraung murka. Jiwa astralnya meledakkan kekuatan. Teknik jari yang ia gunakan saat ini adalah salah satu jurus utamanya. Namun, Jejak Pusaran Laut Qin Wentian menyerupai gelombang tsunami, menyelimuti segalanya. Reaksi mengerikan yang disebabkannya mencabik-cabik pakaian mereka.

Suara retakan terdengar. Topeng di wajah Qin Wentian terbelah oleh Qi pedang yang tersisa, mengungkapkan jati diri aslinya.

Wajahnya yang rupawan diwarnai dengan sedikit aura siluman, dan matanya dipenuhi dengan aura membunuh berdarah dingin.

"Qin Wentian." Yanaro berteriak, suaranya dipenuhi aura haus darah. Ia tidak pernah menduga bahwa lawan yang belum pernah dikalahkannya itu adalah Qin Wentian yang ia anggap remehkan beberapa bulan sebelumnya.

Anggota klan bangsawan seluruhnya menunjukkan wajah terkejut. Target cemoohan mereka sebelumnya adalah sosok bertopeng kirin dari Perguruan Bintang Kekaisaran, Qin Wentian!

Wajah Chu Ling menjadi sangat masam. Sebelumnya, ia selalu merendahkan Qin Wentian. Tak disangka sekarang, kekuatan Qin Wentian jauh lebih kuat darinya, hal yang menimbulkan perasaan tidak nyaman di hatinya.

"Ia telah menjadi begitu kuat." Liu Yan bergumam, ketika sedikit emosi yang menyedihkan muncul di hatinya.

"Wentian." Kombinasi kecemasan dan kegembiraan muncul di hatinya ketika Qin Chuan menyadari bahwa sosok bertopeng itu tidak lain adalah Qin Wentian. Gembira karena Qin Wentian baru berkultivasi selama satu tahun dan sudah mencapai tingkat kecakapan beladiri yang tinggi.

"Wentian, mengapa kau di sini." Wajah Qin Yao terlihat pucat tanpa darah. Ia tidak menyangka Qin Wentian muncul di tempat itu.

Qin Wentian menoleh dan tersenyum pada mereka berdua. Aura membunuh yang dingin di wajahnya berganti dengan ekspresi kelembutan dan tawa yang hangat. "Ayah, Kakak.."

"Apa yang kau lakukan disini!!! Cepat, pergi!" Qin Chuan meraung murka, membuat ekspresi Qin Wentian membeku.

"Tidak perlu pergi. Bunuh!" Yanaro memerintahkan, dan segera, sederetan pendekar yang perkasa menerjang ke arah mereka. Qin Wentian kembali berhadapan dengan Yanaro, qi pedang yang menakutkan melawan Jejak Telapak yang tirani saling menyerang satu sama lain dengan gila.

"Liu Yue, bunuh dia. Bantuanmu akan dianggap utang budi untuk membantu membuka jalanmu menuju masa depan yang gemilang!" seru Ye Zhan. Liu Yue menegang saat melirik Ye Zhan sebelum perlahan menganggukkan kepalanya. Ia mengacungkan senjata dewa jenis pedang, melesat maju. Melihat akan hal ini, Liu Yan merasa sangat terkejut, membuat penampilannya sangat lemah dan tak berdaya. Ia menatap Qin Wentian dalam-dalam, tetapi ia tak kuasa mengeluarkan kata-kata dari tenggorokannya.

Qin Chuan sedang bertarung melawan seorang pendekar. Ia sangat paham bahwa jika mereka yang berada di Benteng Hitam menginginkan nyawa mereka, hal itu sangat mudah dilakukan, namun mereka memilih untuk menahan diri. Betapa menggelikan.

"Wentian, kekuatanmu sudah berkembang ke tingkat seperti ini." Tubuh Qin Chuan berlumur kotoran. Matanya yang memandang Qin Wentian dari belakang dipenuhi dengan uap air. "

Dirinya, Qin Chuan, memiliki putra dan putri seperti itu. Apa lagi yang tidak dimilikinya? Ia hanya bisa meratap dalam hatinya dan menerima kenyataan pahit atas kekuasaan kekaisaran.

Selama pertarungan besar antara Yanaro dan Qin Wentian, keduanya dikelilingi oleh sekelompok pendekar lain yang sedang menunggu kesempatan mereka untuk berurusan dengan Qin Wentian.

Pada saat itu, mereka berdua bertarung lagi, sebilah pedang tajam melawan jejak telapak. Pertukaran pukulan yang keras jelas menghabiskan banyak kekuatan mereka.

"Kesempatan." Liu Yue dan anggota kelompok lainnya diam-diam berseru. Karena Qin Wentian telah menyerahkan diri ke depan pintu mereka. Mereka harus membunuhnya.

Melihat para pendekar lainnya ikut menyerang mereka, Qin Wentian meraung marah, "Enyahlah!"

Dari mulutnya ia mengerahkan segumpal mahaenergi yang sangat mengerikan yang menjelma menjadi wujud jejak telapak, dan menghantam salah satu pendekar yang menyerangnya hingga terlempar.

Seketika, indranya yang tajam sudah memperingatkannya tentang penyergapan Liu Yue. Tangannya berubah menjadi cakar naga. Ia mengayunkan cakarnya, mengunci pedang tajam milik Liu Yue. Namun, pada saat yang sama, qi pedang Yanaro berhasil menembus jejak telapaknya, dan menyebabkan luka di belakang tubuhnya. Meskipun berhasil melukai, sisa-sisa energi yang terkandung dalam jejak telapaknya membuat tubuh Yanaro terlempar ke samping, saat qi dan darah di tubuhnya bergolak kacau. Kekuatan serangan telapak Qin Wentian tidak bisa diremehkan.

Qin Wentian mengabaikan luka di tubuhnya dan mengalihkan pandangannya ke arah Liu Yue. Cakarnya masih mengunci pedang milik Liu Yue.

Liu Yue memandang sekelilingnya dengan panik dan menemukan bahwa pendekar yang lain telah mundur, membuat wajahnya menjadi kaku. Melihat Qin Wentian, ia berkata, "Qin Wentian, demi masa depan adikku, aku terpaksa melakukan hal ini. Karena bagaimanapun juga kau akan mati di sini, mengapa tidak membantuku dengan cara mati di tanganku?"

Tatapan dingin Qin Wentian mengarah langsung ke mata Liu Yue. Dengan menekuk ototnya, senjata dewa jenis pedang milik Liu Yue terlepas dari tangannya. "Karena Liu Yan pernah menyelamatkan hidupku, aku tidak akan membunuhmu hari ini. Enyahlah."

Liu Yue mundur perlahan, tetapi dari matanya, bisa terlihat bahwa ia masih menyimpan pikiran untuk membereskan Qin Wentian.

"Dasar bodoh tolol!" Dari kejauhan, dua siluet anggun berlari ke arahnya. Mereka tidak lain adalah Mo Qingcheng dan Nolan.

"Qin Wentian, bukankah Mo Qingcheng sudah memberitahumu bahwa kau tidak berutang apapun Liu Yan? Mengapa kau begitu bodoh? Hari itu di hutan di pinggir Kota Langit Selaras, Qingcheng-lah yang menyelamatkanmu. Dialah yang memberimu pil obat, merebus ramuan untukmu dan bahkan mengangkatmu di punggungnya. Ketika kami melihat Liu Yan dan teman-temannya muncul, kami memutuskan untuk pergi. Bukan mereka yang menyelamatkanmu; mereka hanya orang yang kebetulan lewat setelah kau bangun!"

"Idiot."

Nolan sangat murka. Orang ini ... bahkan ketika manusia seperti Liu Yue ingin membunuhnya, ia masih ingat rasa 'terima kasih'-nya pada Liu Yan. Bodoh. Tolol.

Hati Qin Wentian bergetar menatap paras indah Mo Qingcheng.

Mo Qingcheng berdiri di sana. Wajahnya yang cantik selalu mempesona seperti biasanya, ia menganggukkan kepalanya dengan ringan. "Anak anjing putih salju itulah yang membawaku melihatmu. Itulah sebabnya mengapa anjing itu mengenaliku."

Qin Wentian memikirkan hari ketika ia pertama kali memasuki Ibukota Kerajaan. Memang, saat pertama kali ia melihat Mo Qingcheng, Bajingan Kecil itu berlari menyongong ke kereta tempat ia duduk.

Tatapannya tanpa sadar bergeser ke arah Liu Yan. "Jadi, kau bukan orang yang menyelamatkanku di hutan waktu itu."

Liu Yan menunjukkan ekspresi kosong di wajahnya. Saudaranya selalu mengatakan kepadanya bahwa Qin Wentian menyukainya. Ia tidak pernah tahu bahwa itu semua karena Qin Wentian ingin membalas budi padanya. Hari itu, ia memang tidak menyelamatkan Qin Wentian, melainkan hanya kebetulan lewat.

Mendengar percakapan antara Mo Qingcheng dan Qin Wentian, baru sekarang ia menyadari bahwa semua itu adalah salah paham.

Qin Wentian mengerti semuanya setelah melihat raut wajah Liu Yan,

Di wajahnya, jejak tawa bisa terlihat. Namun, tawa itu terdengar agak jahat.

"Jadi, hubungan antara kita hanya sebatas kebetulan," seru Qin Wentian.

Setelah mengatakan hal itu, ia melirik Liu Yue, suaranya dipenuhi sarkasme. "Tak kusangka aku pernah menyelamatkan hidupmu berdua di Hutan Kegelapan. Aku tidak memiliki hak untuk menentukan arah hidumu, atau lingkaran sosial mana yang kau pilih. Bagaimanapun, kita hanyalah orang asing. Hanya aku benar-benar tidak mengerti bagaimana kau bisa begitu tidak tahu malu. Kau bahkan masih minta aku membiarkanmu membunuhku? Sungguh konyol."

Saat suaranya sirna, niat membunuh Qin Wentian melonjak setinggi langit. Ketika ia melangkah maju, wajah Liu Yue berubah sangat keruh, teror membayang di matanya.