webnovel

MISTERI SINDEN PASAR REBO

Karsih adalah seorang wanita cantik yang memilih untuk menjadikan sinden sebagai profesinya dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Karsih adalah pesinden baru namun dengan keahliannya Karsih berhasil memberikan banyak sekali tepuk tangan juga sanjungan dari banyak orang yang mendengar setiap tembang yang dibawakan, hal itu jelas sekali membuat para pesinden lainnya merasa sangat iri sebab sejak kedatangan Karsih banyak dari kawan-kawan Karsih yang tidak mendapatkan job untuk manggung. Hingga suatu hari sebelum Karsih bernyanyi seorang laki-laki bernama Fajar melihat Karsih sedang berdandan tetapi wajah yang tampak di cermin itu bukan wajah Karsih melainkan wajah seorang wanita yang sangat cantik rupawan wajahnya mirip seperti wajah seorang Ratu. Sejak hari itu Fajar menjadi yakin bahwa Karsih tidak sendiri, melainkan ada kekuatan gaib lain yang menemaninya Fajar sangat ingin menjaga Karsih karena dia iba kepada Karsih dan juga anak yang saat ini diasuh oleh Karsih. Tapi rasa iba tersebut kemudian diartikan berbeda oleh Pak Broto laki-laki kaya pemilik gudang beras yang berada di kotanya. Pak Broto merasa bahwa Fajar akan mengambil Karsih itu sebabnya Pak Broto berambisi untuk menyingkirkan Fajar. Pak Broto adalah laki-laki yang hanya menginginkan tubuhnya saja. Pak Broto acapkali mengirimkan hadiah kepada Karsih namun Pak Broto juga seringkali menggoda karsih. Mampukah Karsih bertahan dengan segala godaan yang datang? Lalu sebenarnya siapa wanita yang ada di tubuh Karsih?

LANINA · Terror
Classificações insuficientes
8 Chs

PULANG DENGAN BAHAGIA

Episode 7

Pulang dengan bahagia

Karsih pulang ke rumahnya menemui Paman dan Bibinya yang tinggal serumah dengan dirinya. Di tangan Paman dan Bibinya, Karsih menitipkan putrinya. Karsih merasa sangat perlu untuk mencari nafkah bagi keluarganya karena hanya dialah satu-satunya yang bisa berjuang saat ini sebab Paman dan Bibinya sudah sangat tua.

Di tangan Paman dan Bibinya, putri Karsih menjadi terawat membuat Karsih tidak merasa bingung ketika dia harus jauh dari putrinya itu.

Putri Karsih bernama Lintang, gadis kecil yang sangat cantik, bermata lebar dan senyum yang menawan. Usianya masih empat tahun saat ini. Karsih merasa perlu untuk mengumpulkan uang demi masa depan putrinya itu.

"Ayo, Paman, Bibi, ini dimakan dulu martabaknya! Karsih membelikan martabak yang spesial lho."

Melihat putri ponakan membawa martabak yang sangat banyak Paman dan Bibinya kemudian saling memandang. Mereka bingung, mereka tidak mengetahui Karsih mendapatkan uang dari mana.

"Kamu membeli makanan sebanyak ini dapat uang dari mana? Kamu tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama, kan?" kata Bibi Karsih kepada Karsih.

Karsih lantas tersenyum, dia sangat bahagia sekali dengan komentar yang diberikan oleh Bibinya bahwa Karsih tidak melakukan hal-hal yang melanggar agama. "Alhamdulillah, Karsih sudah diterima bekerja," cerita Karsih kepada sang Bibi kemudian Bibinya mulai berkata, "Kamu bekerja di mana, Sih?"

Karsih diam, dia merasa perlu menjelaskan kepada Paman dan Bibinya tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya untuk menceritakan bahwa dia saat ini bergabung dengan orkestra milik Mbak Tina.

Karsih merasa sangat perlu untuk menjelaskan agar tidak terjadi salah sangka antara Paman dan Bibi terhadap dirinya. Karsih khawatir jika kemudian dia disangka melakukan hal-hal yang buruk nanti akan sangat berpengaruh pada keadaan di dalam rumahnya.

"Karsih sekarang bekerja di orkestra milik Mbak Tina."

"Di mana? Orkestra milik Mbak Tina itu?" Ucap Bibinya kepada Karsih.

"Itu loh Bi, milik juragan Darsa yang sering di sewa oleh beberapa orang yang kaya di kampung kita termasuk Pak Broto."

Bibi dan Paman berpandangan lagi mereka kemudian mengatakan kepada Karsih, "Kamu bergabung dengan orkestra itu sebagai apa, Sih?"

"Karsih menjadi sinden di sana." Mendengar apa yang disampaikan oleh Karsih, Paman yang tadinya hendak meminum air putih lantas tersedak. Dia merasa terkejut dan tidak menyangka bahwa keponakannya itu bekerja sebagai sinden di orkestra milik juragan Darsa.

"Bagaimana bisa kamu menjadi sinden di sana? Bukankah sinden di sana itu orangnya cantik- cantik dan suaranya lembut? Kamu sendiri tidak pernah menyanyi, Paman dan Bibi saja tidak mendengar suara kamu menyanyi."

"Wah Paman ini menghina ya! Tidak tahu kalau Karsih sedang menyanyi, suara Karsih bisa mengalahkan artis-artis top Ibukota.'

Paman dan bibi kemudian tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Karsih.

"Karsih ini bercerita serius. Suara Karsih saat ini bagus terlebih kalau Karsih waktunya nyinden. Suaranya itu bisa enak sekali sampai sampai Karsih mendapatkan tips dari juragan Broto. Karsih juga mendapatkan hadiah lho Paman!"

"Mendapatkan hadiah itu maksudnya bagaimana? Kamu harus hati-hati dengan Pak Broto. Pak Broto itu bukan laki-laki yang baik, Sih!" kata Bibinya kepada Karsih

Karsih kemudian menganggukkan kepala, "Kasih mengerti!"

"Itu sebabnya Karsih menceritakan kepada Bibi agar bila terjadi sesuatu Paman dan Bibi sudah mengetahui duduk permasalahan yang sebenarnyanya."

"Kamu dikasih hadiah apa sama Pak Broto?"

"Karsih diberi uang dan juga diberi cincin ini!" Kemudian kasih menunjukkan cincin tersebut kepada Paman dan Bibinya.

Paman dan Bibi Karsih melotot. Mereka merasa tidak percaya bahwa keponakannya mendapatkan hadiah semahal itu dari Pak Broto.

"Tapi kamu tidak diapa-apain kan?" tanya Bibi kepada Karsih.

Karsih lantas tertawa dengan suara yang sangat nyaring.

"Diapa-apain maksudnya bagaimana? Karsih hanya nyinden, Karsih tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama. Paman dan Bibi tidak usah khawatir!"

"Ya, syukurlah kalau begitu, yang penting kamu bisa jaga diri, ya!." kata Bibinya kepada Karsih

"Iya, Bi. Jangan kuatir, tenang saja."

"Oh ya, keadaan Lintang bagaimana, Bi?"

"Lintang sudah tidur di kamar. Dia baik-baik saja. Sedari tadi, dia memang menanyakan perihal kamu tapi Bibi bilang kalau kamu bekerja mencari uang untuk membeli susunya. Kemudian Lintang tersenyum mendengar apa yang Bibi katakan. Kamu kalau bekerja yang baik, tidak usah memikirkan tentang Lintang. Kami masih bisa menjaga Lintang dengan baik."

"Syukurlah kalau begitu. Karsih merasa berterima kasih sekali. Sejak ada Paman dan Bibi di rumah ini, segala urusan Karsih menjadi ringan."

"Iya, sama-sama," kata Bibi kepada Karsih.

Karsih lantas berdiri dan meninggalkan semua martabak di atas meja.

"Karsih ke tempat Lintang dulu ya, Bi? Kemudian Karsih mau istirahat. Badan ini rasanya capek semua." kata Karsih kepada Paman dan Bibinya.

Paman dan Bibinya kemudian menganggukkan kepala pertanda setuju dengan apa yang disampaikan oleh Karsih.

Karsih lantas berjalan menuju kamar Lintang, mencium bayi mungil itu, mencurahkan rasa kasih sayang dan juga kerinduan kepadanya. Kemudian Karsih meletakkan kembali Lintang di atas ranjangnya. Dia menuju ke kamar tidurnya sendiri. Karsih mandi lantas kemudian dia beristirahat.

Di luar sana Paman dan Bibi Karsih merasa heran. Mereka membicarakan tentang Karsih.

"Bukannya Karsih selama ini tidak bisa menyanyi, Pak?" kata Bibi kepada suaminya.

"Aku juga tahu kalau Karsih tidak bisa menyanyi tetapi kenyataannya Pak Broto menyukai suaranya. Kita bisa apa? Buktinya Karsih membawa hadiah dari Pak Broto. Kalau dia membeli dengan uangnya sendiri maka dia tidak akan pernah bisa kemampuannya belum sampai di sana."

"Iya juga sih, Pak. Tapi aku merasa sangat heran dengan apa yang terjadi pada diri Karsih. Tidak mungkin Karsih yang tidak punya suara merdu itu akhirnya bisa menjadi sinden bersaing dengan sinden sinden yang lain. Apakah mungkin Karsih mengamalkan ilmu hitam?"

"Kamu ini!!! Kepada keponakan sendiri kok berpikir yang aneh-aneh. Tidak boleh seperti itu!!! Kita harus menganggap Karsih sebagai anak kita. Bukankah kita tidak mempunyai keturunan dan selama ini kita hanya hidup bersama Karsih. Mungkin sudah jadi jalan Karsih, dia menjadi sinden dan mungkin dari sana juga akhirnya Karsih bisa menafkahi keluarga ini. Kita doakan yang terbaik saja," ucap Paman kepada Bibi.

Sang Bibi kemudian menundukkan kepalanya.

Hari ini Karsih pulang dengan sangat bahagia. Dia memiliki segala macam cita-cita dengan uang yang saat ini ada di tangannya, cita-cita terbesarnya adalah membahagiakan Lintang dan juga seluruh keluarga

Karsih merasa bahwa keluarganya jauh dari kata cukup dan bahagia maka Karsih senantiasa berusaha agar keluarga ini tercukupi kebutuhannya.