webnovel

Misteri Sebuah Pulau (season 1)

7 sekawan yang berencana ingin menghabiskan waktu liburan di tempat yang indah yaitu sebuah pulau yang belum pernah terjamah tangan manusia, tapi mereka salah, karena dipulau itu sudah dihuni sekelompok makhluk yang menghisap darah manusia, hingga akhirnya mereka kehilangan 1 nyawa teman nya disana.

Rahma_Wati_5228 · Ficção Científica
Classificações insuficientes
16 Chs

Bagian 7

"MASA LALU 2"

  Aku pun berlalu dan meninggalkan Ferdi, dia terus saja memanggil nama ku dan mengejarku. Ferdi menggenggam erat tangan ku dan membalikkan badan ku ke hadapan nya, dia menatap mataku dalam.

"Maaf kan aku sayang."

"Silahkan kamu intropeksi diri kamu sediri, kalau kamu tidak ingin hubungan kita berakhir," perlahan ku melepaskan genggaman nya dan menjauh.

   "Tega kamu Fer melakukan semua ini padaku. setelah lama kita menjalin hubungan yang akan menjadi masa depan kita nanti." Laut yang begitu tenang serasa terhempas dengan deburan obak yang tinggi, harapan yang aku punya serasa terlepas dari genggaman ku, semua sirna tak bersisa bagaikan menggenggam sebuah angin.

  Hari-hari terus berlalu, aku tak pernh mehiraukan Ferdi walaupun saat bertemu dia di kampus, ya..., aku masih sakit hati.

  Alih-alih ingin menenangkan diri, aku pergi ke kantin bersama Putri, Mira dan Meli temanku satu jurusan. saat sedang mengobrol dan membahas masalah kuliah, tiba-tiba...

Deg... deg...

Detak jantung ku seakan berdetak kencang, rasa cinta yang selama ini menghiasi hari-hari ku serasa mencair seperti es.

  Aku melihat orang yang kusayang lagi lagi bersama perempuan itu, walapun dia duduk membelakangi ku, tapi aku tahu benar kalau itu dia. Aku langsung menghampirinya.

"Ferdi..." sapa ku.

Lagi-lagi dia kaget menatapku. perempuan itu menatap sinis padaku dan memegang tangan Ferdi, yang berusaha Ferdi lepaskan.

  "Temui aku satu jam lagi diparkiran," akupun berlalu pergi.

  Teman-teman ku hanya menatapku tak berkedip, mereka tak berani bicara ataupun bertanya, karena melihat raut muka ku yang sedang memendam amarah. Saat aku berjalan menuju parkiran, Ferdi sudah berada disana. melangkah pelan tapi pasti, mendekat menghampiri nya.

  "Tia..., aku bisa jel...,

"Sstttttt..., aku tak perlu mendengar omong kosong mu lagi Fer, dengan kejadian tadi aku sudah tau kamu lebih memilih dia dari pada memperbaiki hubungan kita. Sudah lah Fer, mungkin kita memang tidak berjodoh, lebih baik kita akhiri hubungan kita."

"Aku masih mencintimu Tiara," sahut nya.

  "Dan juga mencintai perempuan itu? hahh...!!, aku sudah terlanjur sakit Fer, terima kasih atas semua kenangan indah yang kamu berikan." Akupun menangis dihadapan nya, rasa sakit dan kecewa ini serasa menusuk kedalam hati ku yang paling dalam.

  Tiara....

Dia pun berteriak saat aku menjauh dari nya. aku mengambil motor ku dan melaju dengan kecepatan cukup tinggi, kulihat dari kaca spion Ferdi terus saja berlari mencoba mengejar laju motor ku.

  Aaaarrrrggggghhhh....

Teriak Ferdi sambil menendang batu kecil yang ada dijalan, sangat jelas terlihat raut penyesalan di wajah nya.

***

  Tok... tok... tok...

Terdengar suara pintu kamarku diketuk. "Kk Tia ditunggu Mama dibawah makan malam."

"Iya de sebentar."

Begitu panjang lamuan ku mengingat masa lalu percintaan ku yang gagal.

Akupun melangkahkan kaki keluar kamar dan menuruni anak tangga, aku langsung duduk di kursi meja makan untuk makan malam bersama. Aku hanya memandangi makanan di atas meja, yang biasa aku selalu lahap makan masakan Mama, sekarang serasa tidak ada nafsu makan sama sekali. Lauk yang ada di piring ku pun hanya ku potong- potong tanpa memasukkan nya ke dalam mulut, fikiran ku terus saja berkelana entah kemana.

  "Tiaa..." ucap Mama lembut.

  "Iya Mah."

"Kamu kenapa? ko melamun begitu? ada masalah sama pekerjaan mu sayang?"

  "Mmmm..., enggak ko Mah lagi mikirin...," sejenak aku berfikir harus berkata apa ke Mama. "Itu Mah, kan beberapa minggu lagi aku cuti, boleh nggak aku liburan sama teman-teman ku?"

  "Boleh aja sayang, memang mau liburan kemana?"

  "Belum tau sih Ma, masih cari-cari tempat yang pas," ucapku sambil tersenyum.

  "Yasudah selesaikan dulu makan nya, dari tadi mama liat di bolak balik aja itu lauk," Mama ku tersenyum.

  "Iya Mah."

Aku menghabiskan makan malam ku walaupun rasanya hambar di dalam mulut tapi aku tetap melahap nya, karena aku tak mau Mama sedih melihat tingkahku.