Melihat punggung Bagas yang sudah tak terlihat, Adiyaksa mulai menghembuskan napas beratnya. Dia bingung harus menjelaskan apa kepada istrinya kalau dia pulang dalam keadaan muka memar seperti ini. Belum lagi sudut bibirnya yang membuatnya tidak bisa berbohong.
"Ck! Sialan bnget sih! Bagas juga mukulnya kenceng banget!" umpatmya sembari berdiri dari atas lantai.
Adiyaksa tidak langsung keluar dari dalam apartemen, melainkan pergi ke kamarnya dan melihat kondisi wajahnya. Seketika Adiyaksa meringis ngeri saat melihat tulang pipinya yang langsung membiru. Hanya satu kali pukulan tapi sudah seperti ini, bagaimana kalau Bagas memilih memukulnya berkali-kali, pikirnya.
"Ada kotak obat gak ya disini," gumamnya sembari mengacak rambutnya kesal. Adiyaksa terus berjalan kesana kemari, di setiap sudut kamar ia periksa, setiap laci, bahkan setiap laci dapur tak terlewatkan, tapi yang tersisa hanyalah wadah kosong dari alkohol.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com