webnovel

Miss Dosen X Mr. Captain

Relivia Zenata.. Seorang dosen muda yang cantik,berhijab,cerdas dan baik ini ternyata adalah kekasih dari seorang kapten kapal. Ia mengawali karirnya di usia ke 21 tahun. Menjadi dosen idola di kampus merupakan hal yang sangat membanggakan bukan? Di balik kesuksesannya, Ivi tetap menjadi orang yang sama, rendah hati dan tidak pernah menyombongkan diri. Felix Devanno... Seorang kapten kapal yang tampan, tegas dan setia. Ia sangat dingin terhadap orang-orang, kecuali dengan Ivi dan keluarganya. Felix mengawali karirnya di laut pada usia 21tahun. Awalnya, ia sama sekali tak berpikiran untuk bekerja di laut, namun tawaran dengan gaji yang sangat memuaskan dan seragam yang tampak keren itu membuat niat awalnya untuk menjadi pengusaha urung. Ia mencoba dunia laut dan beruntungnya ia berhasil. Calvin Aldrean.. Seorang dokter sekaligus pengusaha di sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Terkenal dengan sikap dinginnya membuat dirinya masih jomblo di usia 21 tahun. Bukan tanpa sebab, ia pernah mengalami hubungan asmara namun kandas dikarenakan suatu hal. Menjadi seorang kekasih dari kapten kapal bukanlah hal yang mudah. Namun doa dan usaha mampu mempertahankan hubungan keduanya. Meskipun banyaknya rintangan, namun, keduanya dapat bersatu.

Nurliza_Karen_Nita · Urbano
Classificações insuficientes
446 Chs

Part 42

Keluarga Ivi telah menyelesaikan sarapan mereka.

"Bi, tolong diberesin ya..." ucap Ivi pada pembantu

mereka.

"Iya bu.. baik.." jawab pembantu itu.

Mereka pun berjalan menuju pintu utama rumah.

"Aku berangkat ya.. kamu hati-hati di rumah" ucap

Felix sambil mengecup kening Ivi. Ivi mengangguk lalu

menyalim tangan Felix.

"Kamu juga hati-hati... Sesibuk apapun kamu kerja,

jangan lupa makan... Aku gak mau kamu sampai sakit"

ucap Ivi khawatir pada Felix.

"Siap bu bos" ucap Felix cengengesan sambil hormat.

"Jangan bercanda Felix.. kamu ih" kesal Ivi.

"Uhuyyy... dunia bagaikan milik berdua... Yang lain??

Halah cuma ngontrak wkwk" ledek Elven.

"Elven... " peringat Ivi

"Heheh iya mom iya... Yaudah Elven si cogan berangkat!! Assalamualaikum Mom" Elven menyalim tangan Ivi.

"Waalaikumsalam.." balas Ivi

Lalu ia beralih menyalim tangan Felix .

"Assalamualaikum Daddyqueh.." ucap Elven dibuat-buat.

"Astaga boy! It's so uppotinable" ledek Felix

"Yeah yeah yeah Daddy wkwk" Elven tertawa dan langsung menancap gas motornya.

"Hmm Lix" panggil Ivi sedikit ragu.

"Ada apa Sayang?" tanya Felix lembut sambil menatap Ivi.

"Aku... Aku mau izin ke kursus nanti" ucap Ivi menunduk. Ia khawatir Felix tidak mengizinkannya.

Felix mengusap lembut kepala Ivi yang terbalut hijab itu.

"Jangan menunduk sayang... Lihat aku" ucap Felix lembut dan Ivi pun mendongak menatap wajah suaminya.

"Kamu izinin gak?" tanya Ivi was-was.

"Awalnya aku gak mau izinin kamu... Tapi aku percaya sama kamu.. Aku yakin bahwa kamu bisa menjaga diri kamu... Kamu dengan siapa ke sana?" tanya Felix

"Dengan Irene mungkin"

"Kamu yakin?"

"In Syaa Allah sayang.. Kenapa sih?"

"Kamu masih ingat gak sama hal yang pernah dikatakan oleh Calvin?"

Ivi kembali memutar ingatannya akan hal itu.

#Flashback On

Tiba-tiba seseorang masuk ke ruang tv mereka.

"Alfi Bravino." Sontak semuanya menatap ke sumber suara.

"Akel!" teriak Elven antusias.

"Hai boy" Elven dan Calvin saling bertos.

"Wah... Akel datang juga" Elven

"Iya donk..."

"Maksud kamu?" Felix

"Alfi Bravino kan yang ingin menghancurkan perusahaan?" Calvin

"Bagaimana kamu tahu?"

"Dunia bisnis sudah aku genggam lama.. Dan, siapa pengkhianat di perusahaan kita? Tentu kalian tidak akan percaya" Calvin

"Kenapa akel bisa cepat banget tahu info ini?"

"Karena akel sudah lama mengenal dunia bisnis boy"

"Siapa yg kamu maksud Vin?" Ivi

"Dia bisa jadi salah satu dari anggota keluarga kita atau bisa jadi salah satu staf perusahaan yang berkhianat..."

#Flashback Off

"Ya tapi kan itu masih bisa jadi sayang... belum pasti.. Gak boleh curiga gitu ah" ucap Ivi mencoba menepis rasa curiga.

"Ya semoga aja bukan dia ya... Aku cuma khawatir.. Atau kamu perginya nanti aja setelah Elven pulang sekolah.. Biar pergi bareng Elven.. Jujur, aku gak percaya sama orang lain"

"Tapi sayang, Irene adalah mantan mahasiswi ku.. aku mengenalnya dengan baik"

"Setiap orang bisa berubah karena suatu hal.. Ada yang berubah menjadi lebih baik dan ada yang berubah menjadi lebih buruk.."

"Kamu bener sih.. yaudah nanti aku coba hubungi Elven ya... Kamu berangkat gih "

"Yaudah aku berangkat ya... Assalamualaikum istri" ucap Felix dengan senyumannya.

(Ganteng banget gengs heheh)

"Iya sayang... Waalaikumsalam suami.. Hati-hati"

"Siap..."

......

Calvin dan Joe baru saja mendapat informasi soal Irene dan Alfi.

"Mereka berdua akan bertemu di cafe biasa mereka bertemu... Apa kita akan menghampiri mereka? atau sekedar mengamati?" tanya Joe sambil mengetuk-ngetuk meja dengan pulpen di tangannya.

"Hm... Kayaknya kita hanya perlu mengawasi mereka dari jarak yang cukup dekat... Jalankan rencana dengan baik Joe.. Kau sudah persiapkan semua kebutuhan kan?" tanya Calvin dengan senyum smirknya.

"Tentu vin... Aku slalu tahu apa yang akan kamu rencanakan... Kita akan memulainya dengan baik" ucap Joe dengan senyum smirknya juga.

"Semoga kita mendapatkan bukti yang lebih kuat setelah ini"

"Aku yakin pembahasan mereka kali ini adalah pembobolan data perusahaan Felix"

"Maksudmu?" Calvin sedikit mengernyit.

"Kau akan tahu nanti... Penyusup bukan hanya satu Calvin.. Kau dan kakakmu harus lebih teliti"

"Siapa lagi yang kau maksud?"

"Jangan terlalu bodoh! Hahah bahkan kau sangat sulit memahami kondisi ini.. Aku telah memberimu banyak kode tapi kau belum juga memahami ya?" Joe menaikan satu alisnya.

"Jangan membuat teka-teki yang rumit Joe! Jelaskan!" ucap Calvin sedikit kesal.

"Kau sangat mudah mempercayai setiap orang ternyata" ucap Alfi hampir tak terdengar.

"Sebenarnya apa maksudmu.? Mempercayai orang? Apa maksudmu aku terlalu mudah mempercayai setiap ucapan yang keluar dari mulutmu? Begitu?" tanya Calvin tak percaya.

"Ya bisa jadi begitu... Terlalu baik pada orang juga merupakan suatu kebodohan.. Bahkan kebaikan pun belum tentu akan mendapat balasan kebaikan juga. Kau tahu, bahkan seorang anak bisa membunuh orang tua yang telah merawat, membesarkan dan membahagiakannya... " Joe tersenyum miring.

"Kau juga mengkhianatiku?"

"Hahahah... kau terlalu serius menanggapi ucapan ku Cal... Oh ayolah kita hampir telat mendapat informasi yang akurat.." Joe mengalihkan pembicaraan.

"Jangan coba-coba mengalihkan topik!!!" ucapan Calvin sedikit meninggi.

Joe tertawa iblis.

"Hahahah... begitu ya? Kau terlalu parno karena banyak orang yang menipu dirimu.. Aku bukan Irene, si penjahat yang menjelma menjadi bidadari. Aku adalah Joe Adiyatma, kaki tanganmu selama belasan tahun. Selamanya akan tetap seperti itu Cal.. Hanya bedanya sekarang kau sedikit mengangkat jabatanku ... Ya.. menjadi teman... Mungkin"

"Joe, sejak awal aku sudah menganggap mu sebagai seorang sahabat.. Aku tak peduli statusmu siapa. Aku tak peduli atas omongan orang terhadap kau dan keluarga. Aku mengenalmu dengan sangat baik dan aku telah bersumpah pada diriku, siapapun orang yang berlaku baik padaku, maka aku akan lebih baik pada orang itu. Tapi jika ternyata orang itu hanya memanipulasi keadaan dengan topeng sindikat kebaikan, jangan salahkan aku jika aku bisa menjadi lebih buruk dari apa yang mereka tuduhkan padaku. Aku, calvin Anderson, membenci pengkhianatan!" tegas Calvin.

"Kau tahu Cal? Saat ada orang yang berbuat baik padaku, tentu aku akan membalasnya. Entah itu dengan kebaikan juga atau mungkin sebaliknya. Kau adalah rencana dari setiap tindakan yang aku lakukan selama ini. "

"Dan kau adalah pembohong dengan kulit boneka yang ternyata adalah boneka setan!"

"Kau tahu? Maksud dari orang terdekat yang mengkhianatimu?"

Calvin masih terdiam. Ia mencerna setiap kata yang terucap dari mulut kaki tangannya itu. Ia memutar kejadian kala itu.

"Kau ingat bukan?" tanya Joe dengan seringainya.

"Selain bodoh, kau juga lambat mencerna kata ternyata" Joe kembali membuat Calvin termenung.

"Kau tahu? Akulah yang paling bisa dikatakan jahat di antara mereka semua yang akan berniat jahat denganmu"

Calvin menggenggam kuat tangannya bersiap melayangkan pukulan pada Joe.

"Calm down boy... Aku memang jahat.. Tapi, aku terlalu penakut untuk sekedar melukai kau dan keluargamu. Ya, aku bodoh!"

Joe memegang pundak Calvin.

"Maafkan aku Cal.. aku tak bisa melanjutkan rencanamu.. Kau bisa pecat aku tanpa pesangon saat ini juga... Tugasku sudah selesai.." ucap Joe akhirnya dengan sedikit lirih.

"Apa maksudmu?! Setelah kau mengungkapkan semuanya? Kau berkata seolah kau adalah korban dari semua rencana ini? Hey! Aku sebenarnya bukanlah seseorang yang suka mengungkit kebaikan yang telah aku lakukan! Tapi, kau membuatku menjadi seseorang yang demikian! Kau melupakan semua kebaikan yang pernah aku lakukan untukmu dan bahkan keluargamu! Cih! Tak tahu diri!" Calvin berdecih.

Joe tersenyum kecut.

"Kau boleh berpikiran seburuk apa tentang diriku karena nyatanya aku memang buruk. Aku adalah penjahat yang pengecut kau tahu?? Silahkan berasumsi soal diriku. Tak apa, tapi maaf, aku tak lagi bisa membantumu.. Maaf Cal... Aku pengecut" ucap Joe sendu.

"Kau pikir aku akan kembali mempercayai aktingmu? Cih! Kau boleh pergi ke mana pun yang kau mau! Silahkan! Aku tak akan lagi peduli! Kupikir, kau adalah seseorang yang dapat aku percaya.. Tapi nyatanya kau tak jauh berbeda dari istri yang sangat aku cintai.. Terima kasih karena kau telah menjadi pembohong terbaik setelah istriku" Calvin berucap sambil membuang mukanya. Sungguh, ia tak menyangka bahwa hal ini akan terjadi pada dirinya. Dosa apa yang telah ia perbuat di masa lalu sampai-sampai ia mendapat balasan sesakit ini? Terlalu baikkah dirinya? Sudah cukup! Calvin lelah menjadi si dingin yang berhati malaikat. Kali ini Calvin akan benar-benar berubah menjadi si dingin yang berhati batu.

"Aku sudah mengatakannya Cal.. Terserah dirimu ingin berasumsi apapun soal diriku. Itu hakmu.. Saranku, setelah aku pergi, tolong, carilah orang yang benar-benar bisa menghargaimu dan tak kan pernah mengkhianati atau bahkan mengecewakanmu. Maaf, aku terlalu tidak pantas untuk dikatakan sahabat, teman atau bahkan saudara. Untuk itu, aku akan pamit dari hidupmu.. Maaf, karena aku tak benar-benar bisa mengusut tuntas masalah ini. Aku yakin, one day, you'll get the way... Permisi Cal" ucap Joe diakhiri dengan menepuk pelan pundak Calvin. Sepeninggalan Joe, Calvin langsung menjambak rambutnya frustasi dan mengusap kasar wajahnya.

"ARGH!!!!! KENAPA SEMUA ORANG YANG GUE PERCAYA BERKHIANAT SAMA GUE?!!!! GUE BENCI KEBAIKAN!!! ARGH!!! SIAL!" Calvin berteriak sekencang mungkin. Ia benar-benar kecewa dengan hidupnya saat ini.

Di lain sisi, seseorang tengah kecewa pada dirinya sendiri.

"Maaf Cal.. tapi gue harus lakuin ini.. Coz this is the best for us" lirih orang itu.