webnovel

04. Misteri Ega 2

Di dalam Figura tersebut nampak jelas Egy yang berumur 10 tahun dan alm. adiknya yang berumur sekitar 2 tahun.

"Gy, lo dulu lucu banget, ya," tutur Raizel.

Egy yang masih belum selesai minum, langsung tahu kenapa Raizel bertanya demikian.

"Lo pasti ngliatin foto gue, ya? Pas masih kecil? Iya lah! Gue lucu. Hehe," candanya.

Raizel masih memandangi foto Egy, dan menatap fokus wajah anak kecil perempuan berumur 2 tahun di samping Egy pada foto, anak kecil itu tidak lain adalah adik Egy yang Bernama Ega.

"Hemb ya emang lucu, dan alm. adik lo manis juga senyumnya" puji Raizel.

"Ooohh jelas, kaya gue, kan?" canda Egy lagi dengan membuat mimik wajah tersenyum manis, ingin dipuji juga.

Raizel menoleh ke arah Egy dan kemudian merasa geli lalu tertawa.

"Hahaha ... udah ... udah ... Iya lo manis."

"Gitu dong, baru gue seneng" kata Egy, tersenyum senang, bersamaan meletakan gelas bekasnya minum tadi.

Raizel melihat Egy meletakan gelas, Ia juga langsung meminum air pemberian Egy yang sedari tadi tidak terasa Ia letakan di atas meja.

Sambil meminum, mata Raizel tidak lepas melihat foto alm. adik Egy yang bernama Ega itu.

Saat Raizel menurunkan pandangan matanya ke arah sofa yang berada tepat di bawah figura tersebut.

Dia melihat anak perempuan berumur sekitar 12 tahun, memakai baju putih lusuh, berkulit putih pucat, ditambah rambut yang potongannya berantakan, ada yang panjang, ada yang pendek lalu ada juga yang terpotong botak hingga kulit kepalanya sedikit terlihat, sedang berdiri tersenyum pada Raizel.

Hal itu membuat Raizel terkejut dan menyebabkannya tersedak saat minum.

"Uhuuukk! ... uhuuk! ... uhuukk! ...."

"Pelan pelan Rai, santai aja" ucap Egy, menepuk punggung Raizel.

"Sorry ... sorry ... Gy, uhukk!"

Egy meraih tisu yang menggantung di pintu kulkas.

"Ini ... lap dulu," kata Egy menyodorkan tisu untuk Raizel.

"Makasih, Gy." Raizel mengelap mulutnya dengan tisu pemberian Egy.

Dia kembali melihat ke arah soffa, berniat memastikan apa yang barusan ia lihat, tapi subyek yang di lihatnya tadi sudah menghilang.

"Ayo balik ke kamar, tidur.

Lo baru siuman, sekarang harus istirahat," ajak Egy,

Raizel pun mengikuti Egy kembali ke kamar.

Sambil berjalan mengikuti Egy menaiki anak tangga.

Raizel hanya berfikir dan merasa bahwa itu qorin alm. Ega, adik Egy. Karena nampak senyumnya yang sangat mirip dengan alm. Ega di dalam foto.

Akan tetapi, mengapa Ia harus muncul?

Apakah ada sesuatu yang ingin disampaikannya? Atau dirinya sendiri salah lihat? Namun, itu tidak mungkin. Karena Ia jelas melihat anak perempuan tersebut.

Raizel terus saja bertanya-tanya di dalam hatinya.

Mengapa Ia harus melihat alm. Ega?

***

Raizel dan Egy berjalan menaiki tangga. Saat Ia naik, Raizel hanya menundukan kepalanya, memperhatikan langkah kaki mereka, yang satu persatu bergantian menapaki anak tangga berikutnya.

Batin dan pikirannya terus saja terbayang oleh sosok anak perempuan tadi yang Ia yakini adalah alm. Ega.

Karena berjalan melamun, tidak terasa mereka sudah hampir sampai di muka pintu kamar Egy, saat dia akan menginjak anak tangga yang terakhir. Dan setelahnya ia harus berjalan melewati hamparan keramik datar untuk sampai di pintu kamar.

Tiba-tiba ....

Raizel merasakan sedikit getaran di telapak kakinya yang membuatnya terpaksa harus berhenti, getaran yang tidak asing seperti hentakan keras kaki seseorang yang berlari naik dari tangga paling bawah.

Raizel pun terdiam, untuk lebih fokus merasakan hentakan kaki tersebut.

Sejenak Raizel melirik ke depan. Tampak Egy yang tidak memperhatikan dirinya berhenti, perlahan mulai meninggalkannya di ujung tangga.

Raizel kembali terfokuskan kepada hentakan kaki yang semakin kuat dirasakannya.

Jelas sekali terasa, seperti ada seseorang yang berlari dengan cepat dari tangga paling bawah menghampirinya dan Egy.

Dug ... dug ... dug ....

DUG!DUG!DUG!DUGDUGDUG!

Bunyi tangga yang yang diinjak dengan keras, membuat mata Raizel melebar.

Getaran tangga yang diduga adalah suara hentakan kaki seseorang, justru semakin kuat bahkan sangat jelas Ia mendengarnya.

Seketika membuat jantungnya menjadi dingin .

Dengan cepat Raizel menoleh ke belakang, bersama matanya yang kini Ia sipitkan tanpa berkedip.

Sangat menanti siapa yang akan datang.

Dugdugdugdugdug ...!

Lagi-lagi suara hentakan kaki tersebut semakin keras! Juga semakin mendekat.

Bahkan nadanya lebih keras dari sebelumnya,

Membuat jantung Raizel berdetak dengan tidak beraturan, hingga Ia sampai bisa mendengar jelas suara jantungnya seperti akan keluar dari dadanya.

Ia menatap tajam tangga yang melengkung ke bawah itu, benar-benar tidak sabar ingin tahu siapa yang akan muncul.

Akhirnya, apa yang Raizel tunggu perlahan mulai nampak, dan ternyata itu adalah ... EGA!

"Ega!" ucapnya lirih.

Perempuan yang dilihatnya di ruang tamu tadi, kini berada 12 anak tangga dari tempatnya berdiri.

Mata mereka saling bertemu.

"Ega ...."

Raizel mengucapkan nama Ega, untuk yang kedua kalinya.

Ega yang mendengar Raizel mengucapkan namanya kini Ia sadar. Bahwa Raizel bisa melihatnya dengan jelas, beberapa detik mereka berkontak mata, tiba-tiba Ega menjerit.

"AAAAAA ...!"

Membuat Raizel terkejut.

Di dalam hatinya, Ia berkata.

'Dia menggeram setelah gue manggil dia Ega! Berarti dia mengakui, kalo dirinya bener Ega."

Dugdugdugdugdugdug ...!

Suara tangga kembali berbunyi,

Ega berlari dengan cepat ke arah Raizel, matanya melotot lebar, wajahnya yang pucat meringis kesal membuat Raizel tidak bisa bergerak.

Tanpa sempat mengedipkan mata, Raizel berfikir dirinya akan ditabrak dan dicelakai oleh Ega.

Di saat Ega yang kesal berlari menuju Raizel dan hampir sampai menjangkau dirinya.

Tiba-tiba. Ega menembus tubuh Raizel seperti angin lewat.

Raizel tidak merasakan apa-apa, saat Ega menembus badannya.

Namun, ketika dirinya memutar tubuh mengikuti ke mana arah Ega pergi, Ia melihat Ega berlari cepat menghampiri Egy, Egy yang membelakangi matanya hanya fokus menatap ponselnya, sedang berdiri di depan pintu menunggu Raizel masuk.

Karena Raizel merasa Ega akan mencelakai Egy. Raizel menyusul berlari sekuat mungkin untuk menggapai Ega, agar gagal menyentuh temannya.

"Jangaan!" ucap Raizel berusaha meraih Ega.

Akan tetapi, kecepatan langkahnya sama sekali tidak bisa menyusul Ega.

Ega berhasil mendorong Egy dengan keras, hingga terpental ke tembok lalu jatuh ke kasur.

"Aahh ... sssssshtt!" rintih Egy.

Dengan cepat Raizel menghampiri Egy yang sedang terkapar di atas Kasur itu.

"Gy! ... lo nggak pa-pa?"

Raizel mencoba membantu Egy duduk.

"Rai! Kenapa lo ndorong gue? Tadi lo narik gue, sekarang lo ndorong gue, aduh ... lo pikir nggak sakit?" ujar Egy sambil meringis memegang pinggang dan pundaknya.

Ingin Raizel menjawab bukan dia yang mendorongnya, tapi jika itu Raizel lakukan. Egy pasti akan bertanya, jika itu bukan dirinya, lalu siapa?

Sangat tidak mungkin Raizel menjawab, Ega.