Perasaan benci pada diriku sendiri muncul sesaat setelah aku sadar, bahwa aku kini menanggung hidup atas dua nyawa yakni hidupku sendiri dan kehidupan calon anakku. Aku tak ingin dia ada, aku ingin dia mati saja di dalam sana. Tapi tentu saja aku akan ikut mati jika aku menghukum diriku terlalu keras.
Pikiranku terus saja membayangkan makanan yang tadi ku lihat sekilas. Bukan mereka tak mampu menghabiskan makanan segitu banyak. Tapi aku yang khawatir tak dapat bagian jatah dan berakhir kelaparan di sisa malam sehingga aku tak bisa tidur nyenyak. Aku terlalu gengsi untuk merapat kembali ke depan bersama mereka. Tiba-tiba saja aku benci keramaian yang tadi ku puja dan ku puji mampu menyembuhkan dukaku.
Tok.. tok.. tok..
Aku terkesiap karena pintu tiba-tiba diketuk dari luar. Apa mungkin itu Mas Doni yang menyesali perkataan sinisnya padaku lalu kemudian datang hendak meminta maaf. Aku pun bergegas beranjak dan memutar kenop kunci lalu membukanya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com