Malamnya, Mav terpaksa tidur di samping Kakek Ananta. Bau samar lautan bercampur dengan bau orang tua. Benar-benar bebauan yang jarang Mav hirup. Namun bukan bau itu yang membuat Mav tidak bisa memejamkan matanya. Melainkan pikirannya yang melayang entah ke mana.
Mav melihat ke langit-langit, lebih tepatnya pada bolam warm white, satu-satunya penerangan remang-remang yang ada di kamar berukuran empat kali empat itu.
"Ngrrokk … fiuuh … ngrokk … fiuh …" Kakek sudah mengorok sembari tadi. Dan Mav hanya bisa menghela napas. Susah sekali memejamkan matanya malam ini.
[ Apa yang aku inginkan?? Apa yang aku cari?! ] Mav berpikir dalam hatinya. Apa arti sukses yang di katakan sang ayah? Dan bagaimana cara mendapatkan banyak uang seperti keinginan Kakek?
Mav bingung, apa keahliannya? Dia memang pintar, mahasiswa arsitektur lagi, mendesign dan menggambar rumah adalah keahliannya. Tapi kenapa Mav tak menyukainya? Kenapa Mav lebih memilih membuat kopi dari pada menggambar??
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com