Malam harinya, Mav langsung merebahkan badan. Ia sangat letih, dan masih belum ada prabotan di dalam kamarnya. Mav melihat uang seratus ribu rupiah yang tergeletak di depannya saat ini. Uang hasilnya bekerja. Kenapa rasanya sangat bahagia hanya karena uang recehan itu? Bahkan dulu di dalam kartu-kartunya ada angka dengan digit enol lebih dari sembilan.
"Ah … aku kangen dengan Ily dan Reggo. Aku ingin memamerkan uang yang kudapat dengan kerja keras ini." Mav menghela napas panjang. Ia melihat lagi ke langit-langit ruangan dan menaruh uangnya di atas jidat.
Karena lelah, perlahan-lahan Mav mulai mengantuk dan tertidur.
Tanpa Mav sadari, jendela balkonnya perlahan-lahan terbuka. Sheryl masuk dan mengendap-endap. Ia memeriksa semua isi koper Mav. Sungguh gadis itu sangat penasaran dengan identitas Mav. Kenapa pemuda itu tidak punya uang padahal punya banyak barang bermerk.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com