webnovel

Metamorfosa Cinta

Mereka telah membuat janji untuk bertemu dan menjalin hubungan yang lebih serius. Mereka begitu yakin bahwa 2 tahun itu adalah waktu yang sangat singkat. Mereka akan menjaga hati mereka untuk memenuhi janji itu. Jika salah satu mengingkari, mereka berjanji tidak akan menanyakan alasan apapun dari salah satu yang ingkar. Janji antar dua sejoli, Namira dan Jaelani. Dua tahun berlalu begitu cepat. Janji dari dua tahun yang lalu itu kini adalah waktunya. Pertemuan di tempat awal mereka bertemu dulu. Namun, salah satu telah mengingkari janji. Namira tidak datang saat itu, meninggalkan Jaelani yang menunggu dalam kesendirian. Entah siapa yang salah. Yang jelas, seterusnya mereka akan hidup dalam kesalahpahaman. Tak ada yang mau minta maaf lebih dulu. Jaelani juga tak berani menanyakan kenapa Namira tidak datang memenuhi janji. Mereka sudah bahagia dengan kehidupan yang mereka pilih masing-masing. Namun, pertemuan kembali setelah beberapa tahun membuat perasaan cinta mereka kembali membuncah. Di saat itu juga sifat buaya Jaelani muncul. Dia ingin memiliki lagi Namira, tanpa menyakiti istrinya? Dapatkan Kang Jae menentukan pilihan yang tepat?

Mijun_123 · Realista
Classificações insuficientes
292 Chs

Takahashi Nana

{Nana POV}

Hajimemashite, Mina-san! (salam kenal, Semuanya)

Watashi namae wa Takahashi Karina (Nama saya Takahasi Karina).

Itu nama Jepangku, tapi kalau nama Indonesiaku Nana saja.

Namun, para Takahashi memanggilku Hime yang artinya Tuan Putri. Yah, walau sebenarnya aku lebih cocok jadi Kaisarina (Permaisuri) yaaa ...

Ada asal-usulnya lho, kenapa namaku ada dua. Aku ada turunan Jepang-indonesia soalnya.

Hehehe ... ano, aku mau gaet Paman Jaelani. Itu loh, babenya curut ama musang. Aduh ... aku lupa nama mereka. Ya maklum saja, aku baru menjadi tetangga mereka sih. Sebelum ini, aku tinggal di Jepang.

Meski seperti itu, aku seperti sudah kenal mereka sejak lama. Entah kenapa, mereka terasa begitu dekat denganku. Tapi, masa iya? Atau mungkinkah aku pernah tinggal di Indonesia sebelumnya? Entahlah, aku tidak memiliki ingatas masa kecil karena aku pernah mengalami sebuah trauma. Aku sedang tidak ingin membahasnya.

Nanti akan kuceritakan masalah nama Jepang-ku dan asal-usul aku memanggilnya Paman Kumis yang sudah punya anak dua dengan sebutan 'Bang Jae'.

Sekarang, kita cerita tentang awal kepindahan kami ke negeri Zamrud Khatulistiwa ini!

Jadi, ceritanya aku dan keluargaku adalah tetangga baru Babang Kim Jaelani!! Kyaaaaaa!! Dia tampan loh!

Baiklah, maksudku Paman Jae, duda beranak dua tadi.

Tapi ... Papa melarangku memanggil lelaki yang lebih muda dari papaku itu dengan sebutan 'Abang' karena kata papa itu tak sopan. Padahal, menurutku itu romantis. Bukankah begitu?

Akan kuceritakan pada kalian awal dari kisahku dan keluargaku menjadi tetangga baru Kim.

Hari itu, bukan hari ini ... entah hari apa, aku lupa. Sungguh, aku lupa sekali!

Papa memarkirkam mobilnya di sebuah halaman rumah lumayan bagus, tapi agak aneh. Ini bukan cerita horror yaa, jangan salah kira.

Mobil papa berisi lima makhluk yang tentu saja bukan astral, tapi mungkin sebangsanya. Papa, aku, Kyosuke Aniki, Shikasuke Niini, dan Shinosuke Onii-chan.

Aku memiliki tiga orang kakak. Kakak pertama bernama Kyosuke. Sedangkan, kakak keduaku itu kembar bernama Shikasuke dan Shinosuke.

"Sekarang, kita tinggal di sini! Mina-chwan!" kata Papa dengan semangat '45-nya. Padahal kalau dipikir-pikir moyangnya papa yang penjajah, kenapa papa yang memiliki semangat '45? Papaku asli orang Jepang, ingat?

"Cih!"

Kudengar Aniki mendecih tak suka.

Heleh!

Padahal, aku tahu benar, Aniki pasti bersorak ria dengan kepindahan kami. Biar bisa move on dari uke-nya! Dan cari Uke baru! Ah, ketebak mah dia.

Nama boleh ada Uke-nya, tapi sejatinya, Kyosuke Aniki tuh Seme tulen! Hahaha becanda!

Tapi kalau benar, aku akan mencarikan uke yang pantas nih!

Ada Kim Jae Wook, sebagai kandidat utama dan satu-satunya! Uhuiii!!! Asal kalian tahu saja, si Wookie itu, kissable! Bule Perancis aja ketagihan kok. Apalagi aku yaaa? Ahahaha nista sekali anakmu, Pa!

Okey, mari kita lihat kakak-kakakku yang lain. Mereka bergumam entah apa, soalnya hampir sama seperti orang berkumur-kumur.

Nah! Ini kisah utamanya!

Kisah perjumpaanku dengan ehem, 'dirinya yang mempesona', ahaiii!

Oh, oh, siapa dia? Nyanyiin loh yaa pas bacanya!

Jadi, begini...

Saat kami akan memasuki mansion yang sangat berdebu itu, datanglah tiga sosok yang matanya sipit-sipit seperti papa dan kakak-kakakku.

Heran, kenapa hanya aku yang matanya tidak sipit. Atau aku hanya anak pungut? Astaga! Drama sekali hidupku kalau itu sampai kenyataan.

"Adek, Kakak! Beri salam pada Paman Kensuke," perintah Paman kumis nan mempesona. Duh, sumpah! Jantungku langsung berdegup kencang saat melihatnya. Seperti perasaan rindu yang maha dahsyat. Kenapa, ya?

Dan kumis tipis di atas bibirnya itu sungguh menggemaskan.

Aihh! Boleh kucukur kumisnya?! Tapi, nanti tidak macho lagi, dong? Baiklah, apa boleh kuelus-elus kumisnya?

"Salam Namaste, Paman!" ucap perempuan agak 'uhuk' berisi badannya.

"Assalamu'alaikum, Paman."

Bersambung ....