"Nggak perlu khawatir, Pa! Nanti Shin yang akan bilang kalau ini luka akibat Ryushin jatuh di kamar mandi dan wajah Shin terantuk tembok. Selesai!" Ryushin berucap, mencoba menenangkan papanya. Dia masih berbaring di kasur lantai saat ini.
Jangjun tertawa mendengar ucapan putranya. Ternyata, meskipun Ryushin bertindak sok dewasa, terkadang-kadang dia masih sering menunjukkan bahwa dia itu masih anak-anak. Bahkan, Ryushin saja baru khitan 4 tahun yang lalu. Berarti, putranya itu masih kecil, batin Jangjun.
"Ahahaha ... memangnya Kak Jia akan percaya dengan cerita anehmu itu, Shin? Mana ada terantuk tembok sampai mukanya penuh memar dan lebam seperti habis tanding tinju begitu, eum?" ucap Jangjun, masih tertawa.
Jangjun melihat anaknya yang langsung terdiam. Jangjun pikir mungkin putranya saat ini sedang memikirkan alasan yang tepat sebagai jawaban untuk pertanyaan Jia nanti. Namun, kenyataannya Ryushin merasakan perasan aneh seperti sebelumnya lagi.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com