Kriiing, kriiing, kriiing!
Suara bel memecah seluruh ruangan kelas yang membuat semua murid bersorak kegirangan, gimana tidak senang? Bel ini adalah bel yang menandakan jam pelajaran telah usai. Satu persatu siswa telah keluar dari kelasnya, ada yang menuju parkiran dan ada juga yang menuju gerbang sekolah untuk menunggu jemputannya.
Kini Tania tengah berjalan menuju gerbang sekolahnya, teman-temannya telah duluan pergi karena jemputannya telah datang. Namun, saat Tania melangkahkan kakinya menuju gerbang tiba-tiba langkahnya terhenti di mana ia melihat perempuan yang berada di kelasnya yang tengah duduk pada kursi taman. Entah kenapa kini langkah Tania berubah, ia berjalan menuju kursi yang di duduki oleh gadis itu.
"Haii," sapa Tania.
Namun, gadis itu hanya celingak-celinguk melihat kebseluruh sudut sekolah. Ia juga tampak heran dengan siapa Tania berbicara.
"Gue ngomong sama lo," ucap Tania.
Seketika sosok tersebut tampak kaget karena ucapan Tania.
"Kamu bisa liat aku?" tanya gadis tersebut yang menutup mulutnya yang sempat menganga.
"Iya, gue bisa liat lo," jawab Tania yang tersenyum padanya.
"Lo kenapa di sini? Tadi gue juga liat lo di kelas," ucap Tania.
"Bukan urusan lo," ucap sosok gadis tersebut yang kembali dengan pemikirannya.
"Ooh iya gue lupa, kenalin gue Tania murid baru di sekolah ini," ucap Tania yang mengulurkan tangannya.
Sosok gadis tersebut, tak ada niat sedikit pun untuk membalas uluran tangan Tania.
"Aku Reni," ucap sosok gadis tersebut.
"Ooh, apa gue boleh duduk di samping lo?" tanya Tania yang menunjuk kursi yang di tempati Reni yang pas untuk Tania duduk.
"Terserah lo," sahut Reni.
Tanpa Tania sadari, kini banyak siswa-siswi yang memperhatikannya yang tampak ketakutan dan mereka memilih untuk menjaga jarak dengan Tania.
"Eeh, murid baru. Lo sinting ya? Malah pake bicara sendiri lagi," ucap salah satu siswi yang berada beberapa meter di depan Tania.
"Tau tuh, cantik-cantik kok sinting sih," ucap salah satu siswa.
"Huuuu, dasar anak baru udah gila," sorak mereka pada Tania, yang segera pergi dari hadapan Tania.
Kini Tania hanya diam, tanpa membalas ucapan mereka sedikitpun. Lagian, ia udah terbiasa seperti ini jadi tak terlalu menyakitkan baginya.
Tanpa Tania sadari, kini ada seorang cowok yang memperhatikannya dalam jarak yang cukup jauh.
"Mending kamu jauhin aku, dari pada nanti kamu dibully dengan mereka," ucap Reni.
"Udah terlanjur biasa Ren, orang gue dulu udah sering kok diginiin, jadi gak terlalu menakutkan bagi gue," jawab Tania santai.
"Mending kamu jauhin aku," ucap Reni yang kedua kali.
"Gak, gue gak bisa lakuin itu," jawab Tania.
"Lo denger ga! gue bilang, JAUHIN GUE!" bentak Reni.
Sontak Tania sedikit kaget, karena baru kali ini ia bertemu sosok hantu yang membentaknya.
"Gue gak bisa jauhin lo! percuma, lagian mereka udah cap gue gila kok, dan gue yakin besok semua teman-teman gue bakal menjauh dari gue, jadi gue mohon sama lo jangan pernah suruh gue menjauh dari lo," ucap Tania.
"Lo yakin dengan semua itu?" tanya Reni yang menatap Tania sayu.
"Ya, gue yakin," jawab Tania yakin.
"Gue cuma takut kejadian gue bakal terulang dengan lo Tania," ucap Reni yang kini matanya tampak memerah seperti ingin menangis.
"Maksud lo?" tanya Tania yang kurang paham.
"Gak, gak ada," ucap Reni.
"Kenapa, lo masih ragu ama gue?" tanya Tania.
"Gak," sahut Reni.
"Emang kenapa dengan lo?" tanya Tania.
"Jadi gini, gue dulu sama kaya lo. Gue bisa liat makhluk seperti gue sekarang dan itu semua bener-bener terjadi dengan diri gue. Namun, semua orang yang melihat gue selalu menganggap gue cewe gila, dan mereka bully gue Tan. Saat itu, gue bener-bener depresi dan gue gak tau jika hal yang gue lakuin bisa membuat gue kaya gini Tan, saat itu gue bener-bener gak tahan dengan bullyan mereka," tutur Reni yang kini berbicara dengan air mata yang membanjiri pipinya.
"Kenapa lo lakuin itu sih Ren, terus apa yang lo lakuin?" tanya Tania yang dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Reni.
"Gue sayat nadi gue Tan," ucap Reni yang tampak kecewa dengan hal yang ia lakuin.
"Hah?" kaget Tania.
"Iya, gue lakuin itu. Gue bener-bener gak tahan dengan ucapan mereka Tan, gue juga nyesel dengan hal yang gue lakuin, gue pengen hidup lagi," ucap Reni sedih.
"Gue tau gimana rasanya yang lo rasain waktu itu, dan gue juga pernah kok berada diposisi lo. Tapi, gue gak ada niat untuk lakuin itu Ren," ucap Tania yang mengelus pundak Reni.
"Tania, jangan sentuh gue Tan, nanti jika mereka liat lo kaya gini, mereka bakal ngecap lo bener-bener gila," ucap Reni.
"Gue gak peduli itu," ucap Tania yang menjauhkan tangannya dari pundak Reni.
"Makanya, gue larang lo buat deket-deket sama gue. Gue takut Tan, hal yang gue alami bakal terjadi untuk kedua kalinya," ucap Reni.
"Gue gak bakal lakuin itu Ren, percaya itu," ucap Tania.
"Terus lo tadi dikelas ngapain?" tanya Tania.
"Itu kelas gue Tan, gue pengen ikut belajar lagi makanya gue di situ," ucap Reni.
"Tapi, kan teman-teman yang lain gan bisa liat lo, kalo mereka dudukin lo gimana?" tanya Tania.
"Mereka ga bakal duduk di sana," jawab Reni.
"Ooh gitu," sahut Tania.
"Terus kenapa lo temui gue?" tanya Reni.
"Gue penasaran aja, sejak gue liat lo di kelas, dan waktu gue mau pulang gak sengaja liat lo duduk sendiri di sini, makanya gue nyamperin lo," ucap Tania.
"Ooh gitu," sahut Reni.
Tiba-tiba ponsel yang Tania letakkan di saku hoodienya bergetar, yang membuat tangan gadis itu menelusup masuk ke saku hoodie hitam yang kini ia kenakan. Tania mengeluarkan ponselnya, dan melihat dari siapa panggilan tersebut ternyata berasal dari papinya.
"Ren bentar ya," ucap Tania yang sedikit berjalan menjauh dari Reni.
"Halo pi?" tanya Tania.
"Tania, kamu kemana sayang? Pak Yanto udah nunggu lama di sekolah kenapa kamu gak muncul-muncul? Tania baik-baik aja kan?" tanya Helven khawatir.
"Iya pi, Tania baik-baik aja kok. Tania bakal ke sana pi, pak Yanto masih di sana kan pi?" tanya Tania.
"Iya, dia ada di sana, langsung pulang ya," ucap Helven.
"Iya pi," sahut Tania.
Kini, panggilan mereka telah terputus. Tania kembali berjalan pada kursi yang masih ditempati oleh Reni.
"Ren, gue harus pulang," ucap Tania.
"Iya, nanti kita bisa bersama lagi kan?" ucap Reni.
"Selalu," jawab Tania.
"Byee," pamit Tania yang segera berlari menuju gerbang sekolah.
***
"Non Tania?" tanya seorang laki-laki paruh baya berdiri di depan gerbang.
"Iya pak," jawab Tania.
"Saya disuruh Tuan Helven untuk menjemput non Tania, mari saya antar pulang non," ucap Yanto.
"Baik pak," sahut Tania yang segera masuk ke dalam mobil putih tersebut. Saat mobil melaju, Tania hanya melambaikan tangannya ke arah Reni.
***