webnovel

Bulan Madu

Sebuah kecupan di pipi membangunkan tidurnya. Celine menggeliat perlahan, saat cahaya sinar matahari masuk ke kamar ketika gorden dibuka. Matanya mengernyit dengan tangan yang menutup wajah.

"Pagi, Sayang."

Aroma mint yang segar menguar di indera penciuman Celine. Wanita itu bergumam siapa yang sedang menyentuhnya.

Rasanya tadi malam dia tidur sendirian. Setelah berkeliling melihat satu per satu bagian dari apartemen ini, Celine langsung terlelap.

Celine dengan pelan membuka mata, mendapati Bisma sedang tersenyum melihatnya. Lelaki itu memang tampan sejak dulu. Penampilannya bersih, juga wangi dan berkharisma.

"Eh pagi, Kak," jawab Celine malu-malu. Dia teringat bahwa sekarang sudah menjadi istri Bisma.

"Ayo, sarapan. Nanti kita telat. Penerbangan kita sebentar lagi."

Bisma menarik lengan istrinya dan berusaha memeluk. Namun, Celine melepasnya karena malu, juga canggung.

"Iya. Aku mandi dulu. Sebentar, ya."

Celine berjalan menuju kamar mandi. Bisma menatapnya tak berkedip. Menyadari hal itu, dia bergegas masuk.

"Jangan ngintip. Nanti bintitan," ucap Celine saat menutup pintu.

Bisma tertawa geli, merasa lucu melihat kelakuan Celine. Tiba-tiba saja lelaki itu ingin menggoda istrinya. Dengan cepat, dia menarik pintu yang ternyata tidak dikunci.

Celine berteriak. Wanita itu segera menarik handuk untuk menutupi diri. Wajahnya tertunduk menahan malu.

"Kakak mau apa?"

Ada getar dalam nada suara Celine. Dia tahu, tetapi belum siap jika sang suami ingin bersama.

"Mau bareng," jawab lelaki itu jahil.

Dengan cepat Bisma menarik istrinya ke dalam rengkuhan, lalu menatap mata indah itu dan mengelus rambutnya yang tergerai.

Celine menggeleng. "Jangan, Kak."

"Kenapa?"

Suaranya Bisma berubah parau. Harum tubuh wanita ini membuatnya mabuk kepayang. Lelaki itu lupa kalau hari ini mereka harus segera berangkat.

"Malu kak."

Suara Celine bergetar saat Bisma mulai beraksi.

"Jangan begini."

Seketika Celine diri, juga pada statusnya yang hanya istri kedua. Dia lupa pada anak-anak, pekerjaan, bahkan segalanya.

Bisma terbuai akan permainannya sendiri. Istrinya memang cantik dan sungguh menggoda iman.

"Sayang ..." bisiknya lembut.

Celine menolak Bisma dengan pelan. Takut suaminya tersinggung.

"Kak ... nanti kita telat."

Seketika Bisma tesentak, lalu mengecup pelipis istrinya dengan perlahan.

"Ah, iya. Aku tunggu di bawah. Jangan lama-lama."

Bisma melepaskan rengkuhan dan segera keluar dari kamar.

* * *

Bisma sudah duduk di minibar dan menunggu istrinya datang. Dia sedang mengaduk kopi yang harumnya memenuhi ruangan, semacam aromaterapi yang menenangkan.

Terdengar suara langkah menuju tempatnya duduk. Bisma menoleh dan terbelalak melihat penampilan Celine pagi ini. Matanya tak berkedip, lalu menelan ludah.

Celine memakai gaun kasual dengan rambut yang digerai. Dia mengoleskan lisptik merah dan memakai make-up. Harum parfumnya begitu menggoda. Penampilannya kali ini benar-benar berbeda dengan yang biasa dilihat Bisma.

Ketika mereka menikah, Bisma melihat Celine biasa saja. Padahal saat itu istrinya memakai kebaya dengan make-up lengkap. Apa mungkin karena sekarang dia sedang membayangkan yang lain.

"Kakak kenapa?"

Celine bertanya saat melihat suaminya yang terdiam seperti itu. Dia sendiri tidak mengerti bahwa Bisma sedang menginginkan dirinya.

"Eh, gak apa-apa. Ayo, makan."

Bisma mengalihkan pembicaraan karena wajahnya memerah. Kenapa sekarang dia jadi malu?

Celine melihat satu per satu menu apa yang menjadi sarapan mereka. Berbagai sajian terhidang di meja.

"Siapa yang masak?"

"Tadi aku delivery. Kamu mau kopi?" Bisma menawarkan.

Celinw menggeleng, memilih segelas air putih sebagai hidangan pembuka.

"Banyak banget sarapannya. Nanti gak habis kan sayang."

"Nanti ada yang datang ke sini beresin semua. Makan aja mana yang kamu suka." Bisma mengambilkan piring untuk istrinya.

Celine mengambil nasi goreng dan mencicipnya sedikit. Rasanya enak sehingga wanita itu mengambil lagi dan memakannya dengan lahap.

Celine kembali melirik menu apa lagi yang ingin dicoba. Semua makanan yang ada terlihat menggiurkan. Tanggannya kali ini bergerak mengambil mie goreng yang cukup menggoda. Dalam sekejap, menu itu habis dan berpindah ke mulutnya.

Bisma tertawa melihat Celine yang makan dengan begitu lahap. Dia belum pernah melihat seorang wanita makan sebanyak ini tanpa berhenti. Istri pertamanya, Tiara bahkan hanya makan sedikit untuk menjaga berat badan.

Jika mereka dibandingkan dengan Tiara, tubuh Celine memang lebih berisi. Lalu Bisma tersentak karena dia jadi teringat dengan istri pertamanya.

"Kenapa kakak ketawa? Aku rakus, ya?"

Celine tertunduk malu. Meski begitu, mulutnya tetap saja asyik makan. Semua yang ada memang enak dan gratis. Pikir wanita itu, lebih baik semua dihabiskan saja.

"Laper, ya?"

Bisma menggoda. Celine terlihat lucu dengan mulut yang penuh saat mengunyah makanan. Tidak ada yang ditutupi, dia tampil apa adanya.

"Kulkas kosong. Dari kemaren malam laper, tapi gak ada makanan," jawab Celine jujur.

Bisma langsung teringat. Dia meninggalkan istrinya sendirian saat teman-teman menelepon dan mengajak ketemuan.

"Kenapa kamu gak bilang? Sorry, aku lupa."

"Aku takut Kakak sibuk. Sampai aku ketiduran juga, Kakak belum pulang." Celine menambah minuman. Selain kelaparan, ternyata dia juga kehausan.

"Aku lagi ketemu sama temen, ada keperluan."

"Oh, gitu. Ya gak apa-apa, Kak," jawab Celine singkat. Dia tak ingin bertanya lebih jauh, tak berani lebih tepatnya.

Mengingat status yang hanya istri kedua, Celine memilih untuk mengikuti kemauan sang suami dan tak mau ikut campur terlalu dalam.

"Kenapa kamu gak pesen online?"

Bisma mengambil mie goreng. Sedari tadi tangan Celine bergerak terus menambah makanan. Sepertinya memang enak, jadi lelaki itu juga ingin mencoba.

"Aku gak kepikiran juga, Kak. Udah capek banget. Akhirnya ketiduran."

"Lain kali kalau ada apa-apa bilang."

Bisma mengusap kepala Celine lembut penuh dengan kasih sayang.

"Ayo habiskan."

Kali ini tangannya mendorong piring mie goreng, agar lebih dekat ke arah istrinya.

* * *

"Ayo, masuk. Ini kamar kita."

Bisma membuka pintu kamar hotel dan mempersilakan istrinya masuk duluan. Dia menyuruh Bellboy memasukkan barang-barang mereka. Tak lupa memberikan tip, yang disambut dengan senyuman senang.

Celine melangakah pelan, merasa kagum saat melihat ruangan itu. Kamar ini sama seperti apartemen Bisma. Hanya tidak ada minibar.

Celine merasa senang, karena ini pertama kalinya menginap di hotel. Jangan tanya juga, ini pertama kali Celine naik pesawat. Untung Bisma mengerti dan banyak membantu.

Kepala Celine juga pusing sewaktu pesawat mulai take off. Dia juga ketakutan ketika landing. Sepanjang perjalanan perut wanita itu terasa mual. Sehingga dia memilih tidur sambil memeluk suaminya.

"Capek?" tanya Bisma sembari memijat bahu istrinya.

Mereka duduk berdua di ranjang. Sesekali lelaki itu mencuri sentuhan, membaui harum setiap helaian rambut panjang yang begitu menggoda imannya.

"Iya. Aku nelum pernah berpergian jauh," jawabnya jujur.

Bisma tersenyum mendengar itu. Kasian juga Celine, pasti hidupnya sulit selama ini. Berbeda dengan dirinya yang sudah terbiasa pergi ke tempat wisata seperti ini, bahkan sejak dari kecil.

"Istirahat aja, ya. Besok baru kita jalan-jalan. Aku mau keluar sebentar." Bisma berpesan kepada istrinya.

Celine mengangguk untuk mengiyakan. Sepertinya dia ingin tidur lagi untuk menghilangkan penat.

"Kamu tunggu. Nanti aku pesenin makanan."

Bisma meraih Celine ke dalam pelukan. Rasanya begitu nyaman dan dia tak ingin melepasnya.

"Kakak mau ke mana?"

Celine melepaskan pelukan lalu merebahkan tubuh ke kasur yang empuk. Rasanya nyaman sekali, berbeda dengan yang ada di panti. Wanita itu tiba-tiba saja teringat kepada anak asuhnya. Entah mereka sudah makan atau belum. Juga apakah mereka mencari dan merindukannya.

Berbagai macam pertanyaan berkecamuk di kepala Celine.

"Lupakan mereka untuk sementara waktu. Kamu sedang berbulan madu," benaknya berkata.

"Aku ada keperluan sebentar. Ini sekalian perjalanan bisnis. Ada klien yang mau aku temui."

Sambil mengucapkan itu, Bisma menyentuh dahi istrinya dengan lembut, sebagai tanda sayang.

Celine mulai memejamkan mata. Perutnya masih mual dan seperti diaduk-aduk. Rasanya ingin mengeluarkan semua. Ternyata begini rasanya naik si burung besi itu.

"Jangan lupa nanti malam," bisik Bisma yang terdengar syahdu di telinga.

"Ada acaranya apa nanti malam?" tanya wanita itu bingung.

Benak Celine bertanya apakah mereka akan makan malam di luar. Jika iya, rasanya lebih memilih tidur saja. Tubuhnya masih lemas dan lelah.

"Siap-siap aja."

Bisma tertawa geli, kemudian mengecup pipi chubby itu. Lelaki itu melangkah keluar sembari mengambil kunci dan menutup pintu pelan.

Celine mulai menikmati suasana di kamar ini dan langsung menarik selimut karena hawa yang sejuk membuatnya mengantuk. Entah apa yang ada dipikirkannya, mungkin bulan madu yang indah dan menyenangkan.

***

Entah berapa lama Celine tertidur. Saat terbangun, dia mendapati dirinya masih sendirian. Lalu wanita itu mencari di mana suaminya dan teringat bahwa Bisma masih ada keperluan.

Celine melirik jam di dinding. Sudah pukul lima sore. Perutnya terasa lapar. Ada sepiring nasi goreng di meja. Sepertinya Bisma tadi memesan satu porsi untuknya. Wanita itu sendiri sudah tidak sadar, tertidur karena kelelahan.

Celine mengambil sendok dan duduk di kursi. Dia mulai menyantap lezatnya nasi goreng itu. Padahal porsinya cukup banyak, bisa untuk dua orang. Namun, dalam sekejap habis tak bersisa.

Setelah makan, Celine mengganti baju dan mengambil bathrobe yang terletak di kursi. Dia memakainya, lalu masuk ke kamar mandi. Wanita itu sempat kebingungan bagaimana cara memakai shower. Dia mengutak-atik sesaat dan akhirnya menemukan cara menggunakan air panas.

Air mengisi bath-up sampai hampir penuh. Celine menuang sabun dan merebahkan diri. Rasanya begitu nyaman ketika air hangat itu mengalir di tubuhnya. Seketika segala rasa penat berangsur hilang. Wanita itu menyabun tubuh dengan pelan sambil memijat leher yang pegal.

Dalam situasi seperti ini, entah kenapa Celine menjadi rindu kepada anak asuhnya. Mereka tidak pernah berpisah jauh dalam waktu yang lama.

Celine sadar bahwa dia sudah menjadi istri sekarang, walaupun hanya yang kedua dan tidak legal di mata hukum. Tak mengapa, semua demi anak-anak.

Benak Celine kembali bertanya apakah Bisma akan menyentuhnya. Tentu saja karena mereka menikah untuk itu. Munhkin saja mereka akan melakukannya malam ini.

Tadi Bisma berkata dia harus bersiap-siap. Namun, apa yang harus dipersiapkan, Celine sendiri tidak tahu. Wanita itu menutup wajah. Saat sang suami menyentuh pipi saja dia merasa malu, apalagi kalau yang lain.