webnovel

Menarilah Bersamaku!

Melihat perempuan itu diam saja sesuai instruksinya, Christian merasa inilah saatnya ia harus mengambil alih drama malam ini daripada berbuntut panjang.

"Kakek, jangan menakutinya! Bukankah kakek sengaja mengadakan acara ini untuk merayakan pernikahanku? Kenapa malah kakek menanyakan hal-hal yang tidak perlu dibicarakan di sini?" serobot Christian mengutarakan pendapatnya. "Kita bisa membahasnya lain waktu," lanjutnya yang sengaja mengulur waktu.

Kakek Hamish mengangguk pelan.

"Baiklah kalau begitu, aku akan menundanya sampai pesta ini selesai. Setelah itu jangan pernah menunda obrolan kami lagi. Paham? Sekarang aku ingin melantikmu di hadapan semua orang sebagai pewaris Allen Group. Ayo ikut aku!" ajak kakek Hamish pada cucu kesayangannya, pria tua itu mencoba mengalah dan memahami bahwa mereka ada di tempat di mana semua telinga bisa mendengar obrolan mereka.

Christian mengangguk setuju. Sejenak ia melirik perempuan cantik yang telah dinikahinya pagi tadi. Ia merasa berhutang budi pada perempuan muda itu.

Pria itu tahu bahwa Alessia tak mencintainya. Alessia pasti dipaksa oleh seseorang agar mau menikahinya. Entah dipaksa oleh Raymond atau Matthew Falco. Ia tak mau tahu.

Christian mengenyahkan pikiran tak penting itu dari otaknya. Ia tak peduli. Yang ia pedulikan adalah posisinya saat ini. Ia harus mendapatkan warisan itu. Semoga saja Allen Group benar-benar bisa jatuh ke tangannya. Sebagai pewaris Allen Group, semua orang pasti akan tunduk padanya. Apa pun keadaannya saat ini.

Christian tersenyum getir menyaksikan dirinya masih terduduk di atas kursi roda.

Tiba-tiba..

Kakek Hamish meraih microphone dan memeriksa benda itu berfungsi secara normal atau tidak. Setelah itu semua mata mengarah padanya.

Pandangan semua orang tertuju pada kakek berusia lebih dari tujuh puluh tahun tersebut dengan disertai pikiran yang terus menerka-nerka.

"Selamat malam semuanya, terima kasih sudah menghadiri acara pesta perayaan pernikahan cucuku, Christian Allen dan Alessia.

Pada hari ini selain ingin merayakan pesta pernikahan cucuku, aku sebagai pendiri Allen Group akan memberitahukan sesuatu hal, bahwa malam ini…. Akan ada peristiwa penting.. Yaitu, aku akan melantik seseorang sebagai penerusku.

Allen Group membutuhkan orang yang masih muda, cerdas, tanggap, seseorang yang memiliki pemikiran terbuka, dan bisa melebur ke semua kalangan," ujar kakek Hamish yang membuat semua tamu undangan menerka-nerka siapa kandidat terkuat yang akan menggantikan posisi penting di perusahaan besar itu.

Christian atau David?

Hanya dua kandidat itu yang ada di dalam pikiran mereka.

David berdiri di area bar dan memilih menyaksikan dari posisi yang agak jauh dari kakek beserta kakak sepupunya. Ia memilih menikmati cocktail sebagai kawannya di malam yang membosankan ini.

Sejujurnya, David juga ingin tahu siapakah yang akan dipilih oleh sang kakek, mengingat ayahnya -Michael Allen- tampak menggebu-gebu dan berusaha sekuat tenaga mewarisi kekayaan Hamish Allen.

"Kalian pasti tidak sabar bukan mengenai peristiwa besar ini? Baiklah, langsung saja tanpa membuang-buang waktu, malam ini aku memilih Christian Allen sebagai pewaris Allen Group!" ujar kakek Hamish dengan lugas dan lantang. Tak ada keraguan sedikit pun saat mengungkapkan hal itu di hadapan semua orang.

Degg Degg Degg

Jantung David berdegup begitu kencang. Ia tak terima. Bukankah ayahnya masih hidup? Kenapa pria tua itu malah memilih Christian, seorang pria cacat yang kini hanya bisa duduk di atas kursi roda?

Lelucon macam apa ini?

Bragg

Tanpa bisa menahan emosi lagi di dalam dirinya, David meletakkan sloki kecil di atas meja bar dengan kasar. Beruntungnya suara yang memekakkan telinga itu tak terdengar sampai ke telinga pasangan kakek dan cucu tersebut.

David begitu marah. Mata gelapnya menatap Christian dari kejauhan dengan penuh kebencian dan dingin yang sanggup membekukan lawan.

"Sialan! Bagaimana bisa dia yang menjadi pewaris Allen Group? Aku tidak bisa menerima ini semua begitu saja! Tidak bisa!" geram David.

Pria itu berjalan cepat menuju keberadaan sang kakak yang baru saja menerima serah terima jabatan di hadapan seluruh tamu undangan.

Masih sulit dipercaya, sang kakek dengan begitu mudahnya melantik Christian menjadi penggantinya.

Saking kesalnya, David menyambar minuman dari nampan pelayan yang lewat dan menghabiskannya dalam satu tegukan.

"Kakek! Apa yang baru saja kau katakan? Apakah kau sedang bercanda? Candaanmu itu tidak lucu. Bagaimana bisa kakek memilih pria cacat ini menjadi pewaris Allen Group? Kenapa bukan ayahku yang menjadi penggantimu? Kenapa?" teriak David di bawah pengaruh alkohol.

David begitu murka dan meluapkan emosinya.

Christian tampak bahagia dan menyunggingkan senyum misteri di balik telapak tangan yang menutupi mulutnya. Ia berpura-pura bersikap polos.

David tidak bisa mengendalikan diri. Ia benar-benar kesal dan tak terima.

Kedua orang tuanya pun mendekatinya. Michael Allen dan Louise Harris segera merangkul sang putra sembari mengelus punggungnya.

Pasangan suami istri yang telah baru saja merayakan pernikahan peraknya pun menahan malu.

"David, ayo kita pergi! Kenapa kau harus mabuk segala? Memalukan sekali! Berapa gelas yang kau minum, hah?" serang sang ibu pada putra tunggalnya itu dengan wajah memerah. Ia tahu bagaimana putranya saat berhadapan dengan minuman beralkohol.

"Sudah tahu tidak bisa minum minuman seperti itu, masih saja kau ulangi! Dasar bodoh! Lihatlah sekarang kau menjadi bahan tontonan orang-orang!" serobot Michael yang merasa malu dengan kelakuan putranya.

"Aku menjadi bahan tontonan orang-orang? Apa aku harus peduli? Aku tidak terima kakek memilih pria cacat itu menjadi pewaris Allen Group, Papa! Karena perusahaan sebesar itu tak mungkin dijalankan oleh pria sepertinya," racau David.

"Pria sepertinya? Pria seperti apa yang kau maksud, hem?" tanggap kakek Hamish yang pada akhirnya meladeni ucapan pria yang sedang di bawah pengaruh alkohol tersebut. Ia sengaja memancing jawaban dari anak muda itu.

"Ayah, jangan dengarkan David! Dia ini sedang mabuk dan meracau tidak jelas. Aku akan membawanya pulang, Ayah. Maafkan aku, Ayah," bela Michael untuk kebodohan putranya.

Michael dan Louise kompak mengangguk seia sekata, mereka berniat membawa David keluar dari pesta yang diadakan di ballroom hotel bintang enam tersebut.

Sumpah, ini adalah peristiwa yang benar-benar memalukan sekali bagi pasangan suami istri itu.

"Pulang? Tidak mau!" tolak David mentah-mentah.

"Biarkan saja dia meluapkan semua yang ada di dalam pikirannya! Terlepas dari dia mabuk atau tidak, itu adalah kata-kata yang bersumber dari dalam dirinya. Jangan kau paksa dia menuruti keinginanmu! Biarkan dia tetap di sini!" sela kakek Hamish pada Michael.

Michael melirik sang istri dan mereka kompak menggigit bibir bawahnya disertai tangan yang gemetar hebat.

Apakah pria tua itu benar-benar sedang bercanda? Daripada meladeni pria mabuk, lebih baik kakek Hamish melanjutkan acara pelantikan Christian saja, bukan?

David berlari kecil mendekati Alessia usai melepaskan diri dari kedua orang tuanya.

"Hei, gadis cantik! Menarilah bersamaku! Daripada kau bersama pria cacat seperti kakakku, lebih baik kau bersamaku. Aku akan membahagiakanmu luar dan dalam," racau David yang semakin menggila.

Kedua mata gelap David bergerak turun dari mata ke bibir Alessia. Ia tersenyum, bukan senyum ramah. Sangat menakutkan di dalam pikiran Alessia.

"Berdansalah denganku, Alessia!" tuntut David, menarik Alessia ke dalam pelukannya, bahkan tanpa bertanya pada perempuan yang notabene adalah kakak iparnya, apakah perempuan itu ingin berdansa dengannya atau tidak.

To be continue…

***