webnovel

Sosok Masa Lalu

Natasya memandangi pasangan muda yang sedang bermain bersama di pinggir pantai, ia terlihat sangat tak senang dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Sorot matanya sangat tajam, dan wajahnya memerah menahan kesal. Bahkan wanita itu seperti ingin bergegas menerkam Griselda yang sudah merebut kekasihnya, "Aku tidak akan pernah rela melihat Feroza menjadi milikmu! Akan aku rebut kembali yang sejak awal adalah milikku!"

Melihat para asisten Griselda telah beranjak pergi dari tempat itu, Natasya berniat melangsungkan niat buruknya yang sudah tak dapat tertahankan lagi namun tiba-tiba saja tangan seseorang menahan lengannya untuk melangkah.

Sontak Natasya membalikkan badannya untuk siapakah pelaku tersebut apalagi ia sangat terkejut akan hal itu, "Si-siapa kau?"

"Seharusnya aku yang bertanya padamu, siapa kau hingga terus memandangi pengantin baru itu?" tanyanya balik dengan suara yang dingin dan tajam.

Natasya menduga lelaki yang berada di dekatnya saat ini adalah salah satu asisten Griselda yang berusaha mencegah orang lain mengganggu majikannya itu meski lelaki itu tak terlihat memakai baju yang sama seperti asisten lainnya, "A-aku hanya sedang menghabiskan waktu luangku di sini."

"Apa kau kira aku ini bodoh? Aku tahu kalau kau pasti memiliki suatu niat pada mereka," ujarnya sembari melepaskan genggamnya di lengan Natasya dengan kasar.

Tak tahu harus menjawab apa lagi, Natasya memutuskan untuk beranjak pergi dari hadapan lelaki itu agar masalahnya tak semakin panjang.

Namun lagi-lagi lelaki itu menahannya dengan berkata, "Kau kekasih Feroza, bukan?"

"Bu-bukan, kau jangan mengatakan hal sembarangan!" tegasnya membantah tuduhan lelaki itu meski semuanya memang benar adanya.

"Aku kekasih Selda, tapi dulu. Kami pernah bersama dan benar-benar merasa bahagia hingga pada akhirnya dia menyakitiku," lanjutnya lagi dengan tatapan tajam yang terus tertuju pada Griselda dan Feroza.

Natasya dibuat terkejut bukan main dengan pengakuan lelaki itu hingga mulutnya semakin kaku dan kesulitan untuk berkata-kata, "Ha-hah? Mantan kekasih Griselda? Yang benar saja, bukankah dia sudah lama gi--."

"Dia tidak gila dan tidak pernah gila!" Gerald semakin menegaskan perkataannya dengan penuh penekanan.

Kali ini Natasya merasa dugaannya pada Griselda memanglah benar, lagipula kejadian di bandara waktu itu bukanlah sesuatu hal yang wajar karena orang yang tak waras tak mungkin mengatakan semua itu.

"Apakah benar begitu? Lalu mengapa selama ini semua orang menganggapnya gila?" tanya Natasya heran.

Gerald mengalihkan pandangannya pada Natasya lalu ia menjulurkan tangannya mengajak wanita itu berkenalan secara formal, "Perkenalkan, namaku Gerald. Gerald Zafka, aku mantan kekasih Selda satu tahun yang lalu."

Dengan ragu Natasya menerima uluran tangan Gerald sambil berkata, "Namaku Natasya, aku kekasih Feroza dan kami sudah berhubungan cukup lama."

"Ikutlah denganku, aku akan menunjukkan sesuatu padamu agar kau tahu kalau Griselda tidak pernah gila." Gerald mengajak Natasya untuk pergi dari tempat itu.

Natasya terdiam sejenak untuk memikirkan pilihan apakah yang akan ia ambil, namun karena rasa penasarannya begitu besar mengenai kondisi Griselda yang sebenarnya akhirnya Natasya setuju pada ajakan lelaki itu.

"Baiklah, aku akan ikut denganmu."

Dan di tempatnya saat ini, di pinggir pantai yang indah dan sepi kedua insan sedang merasakan kebahagiaan yang begitu besar. Bahkan Feroza untuk yang kesekian kalinya harus tertegun pada sikap dan perilaku Griselda yang seperti normal tanpa adanya kegilaan, hal ini memang membuatnya semakin kebingungan namun ia juga masih belum tahu harus berbuat apa.

Griselda menjatuhkan tubuhnya di atas pasir pantai setelah semua pakaiannya basah akibat bermain air bersama suaminya, meski cukup kelelahan tetapi senyuman di bibirnya tak pernah sirna ataupun memudar.

Berkali-kali Feroza pun menghembuskan nafasnya dengan lega karena ia tak harus menghadapi sikap Griselda yang mengerikan, lelaki itu memandangi wajah istrinya masih dengan rasa penasarannya yang begitu besar mengenai kebenaran kejiwaan Griselda.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Griselda yang menyadari tingkah aneh suaminya meski ia sama sekali tak menoleh ke arah Feroza.

Segera Feroza menggelengkan kepalanya pelan lalu memalingkan wajahnya pada pantai yang begitu tenang dan menyejukkan, "Tak apa, aku hanya ingin melihatmu saja."

"Apakah tak ada alasan lain?"

Dengan percaya diri Feroza kembali menggelengkan kepalanya sambil menjawab, "Tak ada, memangnya apa lagi?"

"Kalau begitu jangan lakukan hal itu karena aku takut kau akan jatuh cinta kepadaku," ujar Griselda sembari terkekeh kecil.

Apakah mungkin seorang Feroza yang terkenal akan kesetiaannya pada sang kekasih akan bisa mencintai wanita lain yang bahkan sebelumnya sama sekali tidak ia kenali, lagipula sejak awal pertemuan Feroza dan Griselda justru lelaki itu sudah menaruh rasa jijik pada Viola yang mengalami gangguan jiwa.

Sehingga Feroza merasa tak mungkin kalau dirinya akan jatuh cinta pada Griselda meski ia sudah menikahi wanita itu atas dasar harta, "Aku tak mungkin jatuh cinta kepadamu, sekalipun aku mau tapi aku tetap tidak akan melakukannya."

Mendengar jawaban Feroza, raut wajah Griselda berubah drastis menjadi sangat menakutkan. Tak ada lagi sedikitpun senyuman di bibirnya bahkan kedua matanya memerah menahan rasa kesal, Feroza yang menyadari perubahan Griselda langsung mengutuk dirinya sendiri yang telah melakukan kecerobohan hingga membuat istrinya marah begini.

"Tidak, tidak. Aku hanya bergurau, Selda." Feroza segera mengubah perkataannya kepada sang istri.

Feroza segera mengubah posisi duduknya menjadi menghadap ke arah wanita itu lalu ia menatapnya sangat tajam, "Jelas aku mencintaimu, aku sudah menikahimu jadi sudah pasti aku memiliki perasaan untukmu."

"Kau pikir aku ini adalah anak kecil yang mudah untuk dibohongi? Mencintai seorang wanita gila? Yang benar saja," ledek Griselda sembari terkekeh sangat keras.

Kemudian Griselda bergegas berdiri dari duduknya dengan tatapan yang masih sangat tajam pada sang suami, "Kau menikah denganku hanya karena harta!"

"Se-selda?" panggil Feroza dengan gugup dan ragu sebab ia sangat terkejut mendengar perkataan Griselda.

Tak ingin berada di dekat Feroza lagi akhirnya Griselda memutuskan untuk beranjak pergi meninggalkan suaminya sendirian di sana, namun Feroza tak menyerah begitu saja sehingga ia segera menyusul Griselda yang marah besar.

"Selda, tunggu!" perintah Feroza sambil terus mengejar langkah Griselda yang begitu cepat.

Setelah berada di dekat istrinya, Feroza menarik lengan Griselda secara paksa sehingga mereka berdua kembali berhadapan dan menatap satu sama lainnya.

"Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepadamu, Selda. Tapi aku mohon tolong lawan rasa amarahmu dan belajarlah untuk meredamnya," tutur Feroza sungguh-sungguh dengan begitu mendalam.

"Jangan menggangguku la--."

Griselda tak sempat menyelesaikan perkataannya sebab Feroza sudah lebih dulu mendaratkan bibirnya di atas bibir wanita itu, tak sampai di situ Feroza pun langsung melumatnya hingga habis dan memainkan lidahnya penuh gairah.