webnovel

Hal Istimewa

"Hentikan omong kosong kalian ini!" tegas Gerald yang sudah muak mendengar pertengkaran sepasang suami istri itu.

Kedua langsung terdiam dan menoleh secara bersamaan ke arah Gerald yang nampak kesal, kemudian Griselda kembali membuka suara untuk menyahut ucapan lelaki itu.

"Ini semua karenamu! Kalau saja kau tak datang dan menyampaikan berita bohong itu mungkin semua ini tidak akan terjadi!"

Gerald tersenyum tipis dengan sinis seakan meremehkan perkataan Griselda, "Apa kau yakin kalau berita yang aku sampaikan adalah kebohongan? Lalu mengapa kau bisa ada di sini?"

"Mengapa kau bisa marah dan memakiku? Bukankah seharusnya orang yang tidak waras tak bisa mengerti dengan perkataan orang lain?" lanjut Gerald lagi semakin menyudutkan Griselda.

Rahang Griselda seketika mengeras dan ia berusaha menggertak lelaki itu dengan caciannya, "Jaga mulutmu, Sialan! Kau tidak pernah tahu dengan kebenaran yang sebenarnya terjadi kepadaku!"

"Kau lihat bukan, Feroza? Istrimu ini memang tak pernah gila, buktinya dia bisa bersikap normal. Dia memang sangat bodoh untuk mengelabui semua orang," sahut Gerald menambah suasana semakin memanas.

Griselda yang sudah tak bisa menahan diri lagi langsung menampar wajah Gerald untuk yang kedua kalinya, bahkan ia memukuli tubuh lelaki itu dengan sangat keras.

Bukannya Gerald tak bisa melawan perlakuan Griselda kepadanya hanya saja ia tak mungkin berontak pada seorang wanita, sehingga ia hanya bisa diam dan sedikit menangkis pukulan Griselda.

Berbeda halnya dengan Feroza yang langsung sigap berusaha mencegah Griselda melakukan hal itu, "Selda, hentikan! Jangan lakukan itu, kau harus mengontrol diri!"

"Dasar lelaki sialan! Lelaki bodoh! Tak tahu diri!" umpat Griselda terus menerus sembari memukuli tubuh Gerald begitu brutal.

Keributan yang telah terjadi di sana mengundang tontonan orang lain sehingga aparat keamanan mulai mendekati mereka dan menghentikan tindakan Griselda, "Apa yang terjadi di sini? Kalian mengganggu kenyamanan umum!"

Untungnya saja setelah dua orang lelaki berseragam itu datang mendekat, tubuh Griselda bisa sedikit melonggar dan tak keras seperti sebelumnya sampai Feroza bisa menjauhkannya dari Gerald.

"Maafkan kami, Pak. Hanya terjadi sedikit kesalahpahaman di sini," ujar Feroza dengan nafas yang terengah-engah.

"Tolong jangan buat keributan atau kami akan membawa kalian ke kantor dan memperpanjang masalah ini," tegasnya lagi.

Feroza mengangguk paham mendengar peringatan lelaki itu lalu ia memutuskan untuk menarik lengan Griselda membawanya pergi dari sini, jelas saja hal ini mendapatkan penolakan dari Griselda namun Feroza lebih kuat lagi membawa istrinya pergi.

Sebelum Griselda benar-benar pergi wanita itu sempat mengumpat pada Gerald dengan berkata, "Awas saja kau! Aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang kalau kau sampai menggangguku lagi!"

"Selda, sudah!" titah Feroza sembari terus menarik lengan istrinya.

Setelah berhasil membawa Griselda menjauh dari tempat itu barulah Feroza melepaskan genggamannya dan ia langsung memberikan tatapan yang sangat tajam pada istrinya, "Jangan lakukan hal itu lagi di tempat umum atau aku akan--."

"Akan apa?" potong Griselda tegas ketika ia melihat Feroza tidak melanjutkan perkataannya.

Dalam pikirannya saat ini Feroza ingin sekali mengatakan jika dirinya akan menceraikan Griselda namun ketidakmampuannya membuat Feroza lemah tak berdaya, "Tak ada, ayo kita pulang."

Kali ini Griselda mencegah Feroza untuk pergi dengan menggenggam lengan lelaki itu lalu ia berkata, "Aku tak mau pulang."

"Lalu apa lagi yang akan kau lakukan di sini? Apa kau ingin bertengkar lagi dengan orang lain?" ketusnya malas.

"Aku ingin--."

"Selda, aku benar-benar lelah dan ingin beristirahat lagipula aku tak tahu bagaimana caranya kau bisa keluar dari rumah. Bahkan mungkin saja kau ini kabur, lalu jika ayahmu menyalahkanku aku harus berbuat apa?" dumal Feroza sangat kesal.

Dengan manja dan penuh kelembutan Griselda terus menggenggam lengan suaminya sembari tersenyum kecil begitu manis, "Sayang, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu di luar karena kita belum pernah melakukannya."

"Lain kali saja," sahut Feroza singkat dan datar.

"Tapi ingin melakukannya sekarang!" tolak Griselda lagi ketika ia merasakan Feroza menarik tangannya untuk pergi.

Feroza yang semakin terlihat frustasi segera menjawab, "Selda, aku mohon untuk kali ini jangan membuatku kesal! Aku tak mau berdebat denganmu apalagi sampai melihatmu mengamuk seperti tadi."

"Feroza, aku mohon kali ini saja ya!" rengek Griselda dengan bibir yang cemberut ke depan.

Merasa sudah kehabisan cara akhirnya Feroza memutuskan untuk mengangkat tubuh Griselda dan menggendongnya seperti anak kecil, hal ini membuat Griselda terkejut bukan main hingga ia segera mengalungkan kedua tangannya di leher lelaki itu.

"Feroza, apa yang kau lakukan?" tanya Griselda kebingungan sambil sesekali memperhatikan sekitarnya untuk memastikan tak ada orang lain yang melihat.

"Aku sudah muak melihat penolakan darimu jadi jangan salahkan aku kalau aku melakukan hal ini kepadamu," sahutnya tajam dan datar.

Bukannya merasa kesal atau marah Griselda justru nampak mengukir senyuman kecil di bibirnya dengan penuh kebahagiaan, meskipun suaminya ketus namun ia tetap merasakan bahagia karena bisa berada dalam gendongan Feroza seperti ini.

Hingga Feroza saja kebingungan melihat istrinya malah tersenyum begini, "Kenapa kau malah tersenyum seperti ini?"

"Tak apa," ujarnya berbohong.

Tak ingin membuang waktu lagi akhirnya Feroza memilih untuk segera membawa pergi Griselda, ia menggendong tubuh istrinya sembari melangkah cepat dengan sedikit cemas.

Sedangkan Griselda nampak tenang dan gembira dengan apa yang ia rasakan saat ini bersama Feroza, "Aku senang."

"Senang? Kenapa senang?" tanya Feroza kebingungan sekaligus penasaran.

"Karena kau menggendongku, aku merasa sangat senang."

Mendengar jawaban Griselda jelas saja membuat Feroza terkekeh kecil dengan cukup sinis lalu ia menjawab, "Kau merasa senang hanya karena ini? Yang benar saja."

"Feroza, hal sekecil apapun yang aku lakukan bersamamu maka akan terasa sangat istimewa untukku." Griselda menjawab perkataan suaminya dengan tenang.

Kali ini Feroza terdiam dan ia tak menjawab apapun perkataan Griselda, ia merasa ada yang tak beres setiap kali Griselda mengatakan sesuatu hal yang romantis kepadanya.

Apalagi Feroza tak mengerti dari mana Griselda bisa mengetahui kalimat-kalimat manis mengenai cinta dan perasaan, "Kau ini jangan so pintar!"

"Aku tak so pintar, Feroza. Aku hanya mengatakan hal yang aku rasakan saat ini," tegasnya membantah ejekan suaminya.

"Sudahlah jangan banyak bicara!" titah Feroza yang sudah menghentikan langkahnya tepat di depan mobil mereka.

Lalu Feroza perlahan dan dengan sangat berhati-hati menurunkan tubuh Griselda dari gendongannya, "Sekarang naiklah ke dalam mobil, kita akan segera pulang."

"Berikan aku kecupanmu dulu, baru aku akan masuk ke dalam mobil." Griselda kembali berulah layaknya anak kecil di depan Feroza.

Lelaki itu langsung menghembuskan nafas beratnya sembari berkata, "Jangan terus membuat ulah, Selda!"