webnovel

Amarah Membludak

Malam yang sunyi telah tiba, suasana yang begitu syahdu menciptakan ketenangan di dalam sanubari Feroza. Lelaki itu memandangi langit bertabur bintang sembari duduk di pinggir kolam renang yang berada di resortnya, pikirannya turut merasa tenang karena ia tak lagi perlu mencemaskan kehidupannya yang malang.

Pernikahannya dengan Griselda telah membawa Feroza pada kehidupan yang begitu sempurna, bahkan lebih baik dari bayangannya sebelum bertemu dengan wanita itu.

Uang dan harta tidak akan menjadi masalah bagi Feroza, sekalipun ia tidak bekerja namun mertuanya pasti akan memberikan segalanya kepada lelaki itu sesuai dengan perjanjian tertulis yang sudah mereka buat.

"Huft! ternyata begini ya rasanya menjadi orang yang sangat kaya raya," gumam Feroza sambil tersenyum lebar penuh kemenangan.

Meski sebenarnya tak dapat memungkiri jika dirinya masih kebingungan menghadapi Natasya dan pertanggung jawaban yang wanita itu minta karena tengah mengandung anaknya, "Sekarang yang perlu aku pikirkan adalah menikahi Natasya tanpa diketahui siapa--."

Bughh

Secara tiba-tiba dari arah belakang Feroza seseorang langsung memeluk leher lelaki itu dengan hangat dan lembut, hal ini jelas saja membuat Feroza tersentak kaget dan merasakan jantungnya berdegup kencang.

"Astaga!" umpat Feroza lalu ia segera melirik sinis ke arah Griselda yang sudah menangkupkan dagunya di pundak sang suami.

"Kau benar-benar mengejutkanku!" tukas Feroza lagi dengan sangat kesal.

Namun bukannya menjawab perkataan Feroza, Griselda justru hanya tersenyum kecil dan malah memejamkan kedua matanya seakan sedang menikmati momen tersebut.

Perlahan Feroza mengangkat tangan Griselda dari lehernya mencoba menyingkirkan wanita itu dari dekatnya walaupun sama sekali tidak ada hasil, "Apa yang kau lakukan? Kau ini sangat berat jadi jangan menempel di tubuhku begini."

"Aku ingin memelukmu," sahutnya santai.

Hembusan nafas yang berat keluar dengan kasar dari mulut Feroza dan ia memilih pasrah pada wanita yang menjadi penghasil uang baginya, "Terserah apa maumu."

"Ayo kita berenang!" Griselda kembali mengajak Feroza untuk berenang setelah sore tadi ditolak mentah-mentah oleh lelaki itu.

"Malam-malam begini? Kau saja sana sendiri!" ketus Feroza yang masih enggan menuruti keinginan istrinya.

"Airnya bisa menjadi hangat," bujuknya lagi dengan manja.

Merasa kesal dengan tingkah Griselda, Feroza kembali menoleh ke arah istrinya lalu ia memandanginya sangat tajam dan penuh rasa muak.

"Sebenarnya kau ini gila atau tidak?" tanya Feroza yang sudah sangat penasaran dengan hal itu.

Bagaimana tidak, sikap dan tindakan Griselda dapat berubah-ubah dalam waktu yang cepat. Apalagi setelah mereka melakukan permainan, Griselda belum menunjukkan tanda-tanda dirinya tidak waras contohnya seperti berteriak tak jelas.

Tentu saja Feroza menjadi bingung dan meragukan kegilaan Griselda namun wanita itu hanya diam saja dan tak menjawab pertanyaan suaminya, "Mengapa kau malah diam saja? Ayo jawab pertanyaanku dan jangan membuatku semakin penasaran begini!"

Griselda masih saja terdiam dengan tatapan yang kosong, hingga perlahan ia mulai melepaskan dekapannya di tubuh Feroza lalu berdiri tegak tepat di samping suaminya.

Melihat hal itu Feroza turut diam dan menunggu hal apa yang akan dilakukan Griselda, beberapa detik kemudian Griselda mulai melepaskan dress pendek yang dipakainya sampai hanya menyisakan underwear ditubuh mulus wanita itu.

Griselda nampak sangat menggoda dan menawan, ia sudah mirip model majalah dewasa yang begitu sempurna. Bahkan Feroza tak menyangka jika istrinya sangatlah ideal, hingga lelaki itu berkali-kali menelan saliva di tenggorokannya.

Sambil tersenyum tipis dengan manis, Griselda mulai melangkahkan kakinya menuju kolam renang. Ia berjalan dengan tenang menunjukkan aura cantiknya yang benar-benar luar biasa, sesampainya di tengah kolam barulah Griselda membalikkan badannya kembali mengarah pada Feroza.

"Apa kau tak mau berenang?" godanya manis.

Mendengar pertanyaan Griselda, Feroza terdiam sejenak sembari berpikir keras mengenai pilihan apa yang akan ia ambil apalagi sebenarnya lelaki itu sudah membuat janji untuk bertemu malam ini dengan Natasya.

Namun Feroza yang merasa tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan bagus ini memutuskan untuk menikmati kebersamaannya dengan Griselda, "Baiklah kalau kau memaksa."

Lagi-lagi Griselda tersenyum kecil penuh kemenangan dan ia menunggu dengan sabar Feroza selesai melepaskan semua pakaiannya hingga hanya tersisa celana boxer, "Lama sekali."

"Kau ini benar-benar tak sabar untuk bermain denganku ya?" ledek Feroza yang sudah berjalan mendekati istrinya.

"Sepertinya kali ini kau yang tidak sabar untuk bermain bersamaku," sanggah Griselda memutar balikan fakta.

Feroza sudah tak dapat menahan diri lagi, lelaki itu mulai menyentuh tubuh mulus Griselda perlahan dengan gerakan yang gemulai sambil terus menatapnya sangat lekat.

Ucapan Griselda mungkin memang ada benarnya sebab Feroza sudah tak mampu menahan dirinya lagi, "Baiklah aku akui, jika kali ini aku yang sudah tak sabar untuk bermain denganmu."

Tanpa menunggu jawaban dari Griselda, lelaki itu langsung mengangkat istrinya dan memangkunya tepat di depan tubuh Feroza dengan penuh hasrat.

Begitupun dengan Griselda yang segera mengalungkan kedua tangannya di leher Feroza agar tidak terjatuh, mereka berdua bermesraan di dalam kolam dengan dukungan pantulan sinar rembulan yang sangat indah.

Tak ingin berlama-lama lagi, Feroza segera menerkam bibir Griselda dengan kecupannya yang sangat mendalam hingga mereka mulai memainkan permainan panas penuh nafsu.

Griselda yang juga merasa sangat bersemangat tak kalah hebatnya dari Feroza untuk memainkan perannya, wanita itu bahkan terlihat lebih brutal dari sang suami sampai lelaki itu kewalahan bukan main.

Feroza menjulurkan lidahnya ke leher jenjang Griselda dan mulai menghisapnya begitu lembut, sedangkan Griselda hanya menikmatinya dengan kedua mata yang terpejam.

Di sela-sela permainan mereka, tiba-tiba saja Griselda membuka matanya dan ia teringat kembali pada sesuatu hal yang telah membuatnya sangat penasaran sejak pernikahannya dengan Feroza dilakukan.

Pada saat Feroza masih sibuk melumat dadanya yang indah Griselda membisikkan sebuah pertanyaan di telinga lelaki itu, "Fero, apakah kau mencintai Natasya?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Griselda langsung membuat Feroza seketika terdiam dan menghentikan aktivitasnya, kini Feroza semakin penasaran juga yakin kalau istrinya tidak benar-benar mengalami kegilaan.

"Ka-kau?" ujarnya ragu-ragu.

Perlahan Feroza menurunkan tubuh Griselda dari pangkuannya, dan ia baru saja mengingat janjinya pada Natasya untuk bertemu saat ini.

"Aku harus pergi," pamit Feroza yang bergegas pergi meninggalkan Griselda begitu saja.

Segera Griselda menahan lengan Feroza dan menatapnya sangat tajam, "Tidak! Kau tidak boleh pergi meninggalkanku!"

"Ada urusan penting yang harus aku lakukan!" tegas Feroza sambil menepis tangan Griselda dari lengannya kemudian melanjutkan langkahnya untuk pergi.

"Feroza!" teriak Griselda dengan sangat kencang dan penuh kekesalan.

"Kau tak boleh meninggalkanku!"

"Feroza, Sialan!"

Griselda mengacak rambutnya frustasinya lalu kembali berteriak kencang, "Bisa-bisanya kau meninggalkanku seperti ini! Lihat saja, aku akan memberikanmu pelajaran!"