webnovel

TEMAN BAIK

Malam harinya Arsya dan Sera sudah berada di apartemen. Saat ini kedua orang itu tengah rebahan dikasur mereka dengan pandangan mengarah kalangit-langit kamar. suasana cukup hening, haya terdengar suara detak jarum jam yang menenangkan.

Arsya menaruh kedua tangannya diatas kepala, sedangkan Sera bersedekap dada. TV pun tak mereka nyalakan, niatnya ingin kembali kerumah sakit namun tak jadi. Mereka masih capek dan tentunya shock dengan kejadian tadi, lebih baik mereka kesana besok saja takutnya tak fokus untuk berkendara.

"Menurutmu siapa keluarga mama yang ikut andil dalam pembunuhan itu?" tanya Sera, ternyata kasus pembunuhan yang Lita ceritakan tempo hari lalu berkaitan dengan keluarga mereka masing-masing. Namun sampai sekarang mereka masih belum tau tentang, apa tujuan dari pembunuhan itu? Siapa korbannya? Dan apakah pembunuhan itu menyangkut seluruh anggota keluarga mereka atau hanya sebagian saja?.

"Kau yang anaknya sendiri saja tak tau, bagaimana dengan aku?" bukannya menjawab, Arsya malah balik bertanya.

Sera menggaruk kepalanya yang tak gatal, betul juga apa yang Arsya katakan. Siapa keluarga mamanya dia sendiri tak tau, bagaimana dengan Arsya?!. Tak terasa perut Sera terasa lapar, padahal 1 jam yang lalu ia baru selesai makan malam. Dengan segera ia bangkit dari tidurnya.

Saat ingin melangkahkan kakinya pergi, Arsya menahan tangannya dan menaikkan alisnya keatas. Setelah mengatakan jika ia ingin mengambil makanan, Arsya melepaskan cekalan tangannya. Sera berjalan kearah dapur, di apartemen Arsya penerangannya cukup terang dan jika malam hari lampu itu akan terus menyala. Sera sendiri tak menyukai kegelapan.

"Masak mie aja kali," batin Sera saat menemukan ramen instan didalam lemari.

Dengan segera Sera memasaknya, tak lupa menambahkan beraneka toping mulai dari daging, telur, sosis dan tak lupa dengan sayurannya juga. Tenang, ramen yang Sera buat sudah terjamin kesehatannya karena dibuat dengan bahan alami dan dikirim langsung dari luar negeri.

Setelah matang, Sera kembali kedalam kamar dengan membawa nampan yang berisi mangkuk ramen. Sera naik keatas kasur dan bersender, dirinya menyalakan tv dan mulai memakan ramennya.

"Mau?" tanya Sera kepada Arsya.

Arsya mengangguk lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Dengan senang hati, Sera menyuapi Arsya menggunakan sumpitnya. Tadi Sera sempat membuatkan Arsya minuman matcha, karena dirinya taun jika lelaki itu penyuka matcha garis keras.

"Udah buat susu?" tanya Arsya, pasalnya setiap akan tidur Sera akan meminum susu terlebih dahulu.

Sera menggeleng karena dirinya memang belum membuat susu untuk dia minum nanti. Dengan segera Arsya pergi kedapur untuk membuatkan Sera susu, walapun dalam kondisi seperti ini dia tak boleh melupakan kesehatan Sera. Dia sudah janji akan menjaga Sera dengan baik bagaimanapun kondisinya.

Sera melanjutkan makannya, ramen yang ia buat sangatlah enak. Sembari melihat TV, dirinya juga menebak-nebak kira-kira apa yang akan terjadi besok?. Setelahnya Arsya datang dengan segelas susu dan langsung diletakkan diatas nakas, Sera terharu melihat keperdulian Arsya yang menjadi suaminya itu.

"Jangan lupa diminum," ujar Arsya lalu naik kembali keatas ranjang.

"Bagaimana keadaan bunda?" tanya Sera.

"Udah pulang ke mansion," balas Arsya, memang dirinya sudah mendapatkan kabar tentang bundanya yang sudah dipulangkan ke mansion. Kondisi bundanya juga sudah membaik, namun bundanya masih tetap diam mungkin shock atas kejadian tadi.

"Kita jenguk?" tanya Sera, ia kasian dengan Reta apalagi Abimanyu masih saja berkeliaran disekitar sini.

"Sehabis dari rumah sakit," balas Arsya, ia membenarkan letak tidurnya dan menarik selimut. Seperti biasa ia akan tidur tanpa menggunakan baju, tak lama Arsya sudah tertidur dengan nyenyak.

Sera mengangguk saja lalu dirinya turun dari ranjang guna mengembalikan mangkuknya kedapur. Setelah itu Sera ikut tidur dengan memeluk perut lelaki itu, baru pertama kali ia dan Arsya tidur satu kasur. Akhirnya Sera dan Arsya terlelap dialam mimpi.

*****

Pagi harinya Sera dan Arsya akan bersiap-siap menuju rumah sakit tempat Abimana dirawat. Kini kedua manusia itu tengah berada didalam mobil, Arsya menggunakan kemeja berwarna putih dan Sera juga berpakaian formal dikarenakan mereka akan pergi ke kantor setelah dari rumah sakit. Pekerjaan mereka menumpuk jadi sebisa mungkin mereka membagi waktu dengan baik.

Sesampainya dirumah sakit dengan segera mereka berjalan menuju lantai atas tepat Abimana dirawat. Di depan ruang rawat nampak ada 3 orang bodyguard, mereka masuk kedalam dan disuguhi oleh pemandangan Andre yang menyuapi Abimana.

"Selamat pagi," sapa Arsya.

Andre dan Abimana menoleh lalu tersenyum, Arsya dan Sera berjalan mendekat kearah mereka. Andre pamit untuk pulang dikarenakan dia belum mandi, Andre semalam menginap disini dan sekarang selagi dirinya pulang Arsya dan Sera bisa menjaga sang papa.

Sepeninggalan Andre, Arsya dan Sera duduk dikursi panjang yang berada di sebelah Abimana. Sera, perempuan itu menyuapi Abimana. Arsya hanya memperhatikan kegiatan sang istri.

"Sudah Sera," ujar Abimana, Sera mengangguk lalu menaruh mangkuk keatas nakas.

"Om sudah baikan?" tanya Arsya.

Abimana mengangguk, "Jagain bunda kamu, saudara kembar om orangnya nekat," ujarnya tertawa kecil.

"Maksudnya?" tanya Arsya tak paham.

"Kamu nanti akan tau sendiri. Apapun fakta yang kalian dengar jangan sampai kalian pisah," ujar Abimana.

"Kalian boleh tanya satu pertanyaan, akan saya jawab dengan jujur," ujar Abimana.

Arsya dan Sera saling pandang, mereka berkomunikasi lewat batin. Mereka tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, namun mereka ingin bertanya banyak. Sedangkan Abimana hanya membolehkan mereka bertanya 1 pertanyaan saja. Sampai akhirnya Sera mengangguk, perempuan itu menatap Abimana.

"Apakah saudara mama ada kaitannya dengan pembunuhan itu?" tanya Sera.

"Dan juga dimana keluarga bunda?" Kini giliran Arsya yang bertanya.

Abimana tersenyum tipis, "Ya, saudara mamamu berkaitan dengan pembunuhan itu. Keluarga Reta dulu membencinya, mereka korban dari pembunuhan itu. Setelahnya kalian cari tau sendiri, istri saya menunggu saya."

"Om Abi ngak akan mana-mana, om pasti sembuh. Jangan berfikiran buruk," ujar Arsya, ia tak mau Abimana berbicara ngelantur seperti ini.

"Ya, semoga," balas Abimana.

Arsya sibuk dengan pikirannya sendiri, keluarga mama Sera? Siapa?. Jadi keluarga bundanya sudah meninggal dan menjadi korban dalam pembunuhan itu? Pantas saja setiap ia menanyakan tentang keluarga Reta selalu menangis?. Namun mengapa bundanya dibenci oleh keluarganya sendiri?.

Jadi panti asuhan yang ia dan Sera datangi dulunya rumah keluarga Reta?. Misi selanjutnya yang akan ia pecahkan tentang keluarga bundanya sendiri dan penyebab Alif dan Rama bermusuhan. Pasti itu saling berkaitan.

Lain hal dengan Sera, perempuan itu memikirkan siapa keluarga mamanya yang ikut andil dalam kasus itu?. Beredar kabar bahwa kasus itu sudah ditutup, apakah keluarga mamanya masih berada dipenjara?. Lantas dimana keluarganya Citra yang lain?.

Bagaimana jika Reta tau mereka mencari tau tentang kasus pembunuhan itu? Sama saja mereka membuka luka lama yang Reta pendam, dan juga Citra.

Melihat Arsya dan Sera berdiam diri membuat Abimana tersenyum tipis. Dia takut kembarannya akan berbuat nekat terhadap keluarga dua orang disampingnya ini.

"Semoga misi kalian berhasil, cepat atau lambat semuanya akan terungkap," batin Abimana.

Tentu saja ada sebab di balik ketidak sukaan Abimanyu terhadad dirinya. Sekarang kembarannya itu sudah bebas dari penjara, mungkin pelaku pembunuhan yang lain juga akan bebas. Entahlah dia sendiri tak tau, dia akan tenang karena sudah memberikan informasi berharga kepada Sera dan Arsya. Satu fakta lagi, bahwa dirinya, Alif dan Rama dulunya merupakan teman baik. Tentu sekarang dan dulu beda bukan? Jika dulu berteman baik sekarang, musuh?.