webnovel

RUMAH ARSYA

Saat ini Lita dan Sera sudah berada di dalam kamar Arsya. Sebelum ke sini mereka sempat tersesat dikarenakan lantai 4 sangat luas, namun untung saja ada bodyguard yang lewat dan memberitahu di mana letak kamar Arsya berada.

Mereka duduk di satu sofa yang sama, semua sibuk dengan HP masing-masing. Sedangkan Lita, perempuan itu tak tau mau ngapain sebenarnya ia sudah beberapa kali bertemu dengan Arsya namun tetap saja masih canggung.

Lita menyenggol lengan Sera. "Ser, kita lagi lomba jadi patung ya," bisiknya.

"Diam, Arsya lagi fokus," balas Sera ikut berbisik.

"Fokus ngapain?" bisik Lita bingung.

"Ngepet, babinya mau ketangkep," bisik Sera tertawa geli.

Tentu saja Arsya mendengarkan omongan mereka, Lita dan Sera berbisik dengan volume lumayan keras. Dirinya berdehem sebentar, lalu kedua perempuan itu diam. Arsya kenal dengan Lita bertepatan dengan dirinya kenal Sera, namun karena kesibukannya dan batasi waktu untuk keluar jadi ia jarang bertemu dengan perempuan itu.

"Arsya, boleh numpang ke toilet? Kalau lagi deg degan suka pengen pup, apalagi ketemu kamu," ujar Lita tiba-tiba, mengapa disaat situasi seperti ini ia jadi kepingin buang air besar mau ditaruh mana mukanya sekarang!!

Arsya mengangguk lalu memberitahu letak toiletnya kepada Lita. Sera tertawa melihat tingkah sahabatnya, bisa dibilang Lita lumayan takut melihat tatapan mata Arsya yang dingin makanya jika tengah canggung Lita akan kebelet buang air.

"Arsya," panggil Sera, seketika orang yang dia panggil menoleh. Sera menyuruh Arsya untuk duduk disebelahnya dan Arsya menurut.

"Tadi aku nemuin ini di bakar." Arsya menunjukkan foto yang ia temukan tadi.

Sera melihat foto yang Arsya berikan, alisnya berkerut setelah melihatnya. Difoto itu ada beberapa orang dan juga ada tante Reta yang tersenyum lebar ke arah kamera. Apa ini yang dimaksud oleh Abimana, jika perlahan-lahan semuanya akan terungkap?.

"Apa ini," ujar Sera menggantung sembari menatap lekat Arsya.

Arsya paham apa lanjutan kata yang diucapkan oleh Sera setelahnya mereka mengangguk. Sera bercerita tentang penemuan buku yang berisi tulisan-tulisan kepada Arsya. Perjalanan mereka kali ini akan cukup panjang, pasalnya mereka tak hanya mencari tau tentang satu keluarga saja namun 2 keluarga sekaligus.

Dimana 2 keluarga itu bukan orang sembarangan, mereka sama-sama mempunyai koneksi yang kuat. Jadi perlahan-lahan saja supaya tak ketauan, kini mereka menemukan kejanggalan di dalam keluarga masing-masing.

Mulai dari buku yang Sera temukan, foto yang Arsya temukan, tentang di mana keluarga Reta? Dan terakhir makam generasi ke 2 Giory yang letaknya sangat jauh dari mansionnya.

"Punya kaca pembesar?" tanya Sera, Arsya mengangguk ia pergi dan kembali dengan membawa kaca pembesar yang ia dirinya ambil dari dalam laci lalu menyerahkannya kepada Sera.

Arsya memperhatikan Sera yang mulai mengunakan kaca itu difoto. Dirinya terkejut karena difoto itu terdapat tulisan yang hanya bisa dilihat dengan kaca pembesar. Tulisan itu merupakan sebuah alamat, dengan segera Arsya memotretnya menggunakan HP.

Tak lama Lita datang dan ikut melihat tulisan itu, mulutnya terbuka lebar setelah membaca alamat itu membuat Arsya dan Sera mengenyritkan alisnya bingung. Lita menatap mereka satu persatu lalu menghela nafas kasar. Mengapa mereka berdua malah ikut menatapnya seperti itu? Jadi makin takutkan dirinya.

"Alamat itu, aku pernah kesana," ujar Lita.

"Benar?" tanya Arsya memastikan, pasalnya ia sendiri tak tau di mana tempat alamat itu berada.

Lita mengangguk. "7 tahun yang lalu, disana ada kasus pembunuhan tapi sekarang tempatnya direnovasi dijadikan panti asuhan," ujar Lita.

"Pemiliknya?" tanya Sera.

"Setelah renovasi, pemilik rumah pergi entah kemana. Nama rumah itu berganti menjadi atas nama pengurus panti asuhan," jelas Lita, karena dia pernah datang ke alamat itu sewaktu ada renovasi. Itupun dia cuma iseng-iseng kesana. Waktu itu dirinya masih SMP dan kepo karena banyak orang yang melihat rumah itu.

"Ada yang kamu kenal difoto ini?" tanya Arsya memperlihatkan foto itu kepada Lita.

Sedangkan Lita mengamati foto itu dengan saksama lalu jari telunjuknya menunjuk foto salah satu orang yang berjenis lelaki.

"Pembunuh yang aku maksud dia, dan sekarang masih di penjara. Tapi di luar negeri, orang ini juga udah masuk ke berita. Aku agak lupa sih namanya, soalnya berita itu udah 7 tahun yang lalu. Masak kalian dulu ngak pernah dengar?" tanya Lita sebal.

Arsya dan Sera kompak menggeleng, mereka memang tak tau. Dulu mereka hanya menghabiskan waktu untuk belajar tentang bisnis, mereka tak suka dengan berita karena mereka fikir berita yang ditampilkan hanya tentang kekuasaan keluarga Giory dan Louwen saja. Ketimbang membuang waktu untuk hal yang berguna lebih baik belajar tentang bisinis.

"Thanks infomrmasi nya," ujar Arsya.

Lita mengangguk, ia tak ingin bertanya-tanya lebih tentang foto itu. Dirinya hanya menjelaskan tentang informasi yang ia tau saja tak ada yang dirinya lebih-lebihkan, dia tau tentang itu karena dulunya ia suka melihat berita diTV.

Arsya kembali memasukkan foto itu ke dalam saku kemejanya, tatapnnya beralih kepada 2 orang perempuan yang asik dengan HPnya. Jujur saja, informasi yang Lita berikan sangat bermanfaat baginya.

***

Pukul 4 Sore, Sera dan Lita pamit pulang karena tak enak jika bertamu ke rumah lelaki lama-lama. Kini Arsya duduk di taman yang ada di mansion nya, ditemani oleh lampu yang berjejer rapi. Lelaki itu baru saja selesai mandi, rambutnya yang masih basah tertiup oleh angin. Seluruh anggota keluarganya pergi untuk makan malam, ia tak ikut dengan alasan masih pusing padahal tidak.

Lelaki itu menarik switer yang dirinya pakai keatas, hari sudah mulai larut namun tak membuat dirinya beranjak dari sana. Matanya melihat kearah bintang dan bulan yang nampak terang. Pikirannya berkelana, tentang mengapa mamanya foto dengan pembunuh?.

Dirinya sudah mencari tahu tentang pembunuh yang Lita maksud, ternyata benar mukanya sangat mirip dengan yang ada di foto itu. Mengapa semakin hari fakta yang terkuak semakin rumit? Dan jauh dari yang ia bayangkan. Masalalu bundanya yang harus ia cari tau terlebih dahulu atau keluarganya?.

Arsya bangkit dari duduknya dan pergi dari sana. Pekerjaannya masih banyak yang belum dirinya selesaikan, tak seharusnya ia santai-santai seperti ini. Sepertinya ia akan begadang untuk mengerjakan berkas-berkas yang sialnya bisa menjadi uang.