webnovel

Episode 3

Ya ampun demi apapun ia kini tak percaya dengan kalimat yang didengar nya benarkah pria dewasa dengan tampang datar dan dingin ini yang mengatakan nya.

Ia sampai menepuk nepuk pipinya yang tak bersalah untuk meyakin kan benarkah pria didepan nya yang mengatakan nya. Dan ternyata, Auuuh sakit ternyata aku sedang tidak berhalusinasi sejak pria tadi berbicara tadi ia menatap wajah nya bukan, kukan wajah nya namun bibir nya yang terus bergerak entah mengapa ia merasa sangat kesal baru bertemu dengan nya tapi mengapa ia diceramahi seperti ini.

"Rani, apa kamu tida apa apa, apa kamu sakit. Kalau kamu sakit lebih baik kerumah sakit, biar saya yang mengantar nya" tawarnya hampir saja ia akan menjawabnya iya karena memang benar kepala nya pusing mendengarkan kata kata dari lawan bicara nya ini, tapi bukan dilarikan kerumah sakit melainkan ke apartment, kini ia benar benar merasa ingin istirahat. Benar benar menyebalkan bukan.

"Tidak perlu Rayhan, aku tidak apa apa hanya saja tadi kepala ku sedikit pusing" jawabnya kini Rani memberanikan diri untuk menatap wajah nya.

"Tapi tunggu dulu, umur mu berapa Rani?" Tanya Rayhan merasa penasaran sambil menatap wajah lawan bicara nya. Wajah didepan nya ini terlihat cantik tanpa makeup yang berlebihan mungkin hanya bedak tipis dan pewarna bibir warna chery sungguh sangat imut.

"Jangan salah paham Rani. Saya bertanya seperti ini karena saya tidak ingin menikah dengan seorang gadis yang tidak tahu apa apa." Lanjutnya

Oh ya ampun apa ini, yang benar saja ia ini adalah lulusan sarjana ekonomi, massak iya, ia tak tahu apa apa, jika dirumah ia tak pernah absen untuk membersihkan rumah, memasak, dan ya setidak nya ia tahu bagaimana seharusnya menjadi seorang istri yah walaupun hanya itu yang ia tahu.

"Umurku 22 tahun," jawabnya sambil cemberut, ia kesal sekali, untuk pembiayaan sang kakak kenapa ia harus mengalami hal yang seperti ini. Di introgasi bahkan ia merasa sudah menjadi seorang korban, hah korban, jika di fikir fikir memang ada seorang korban yang seperti ini.

"Ya Tuhan, ternyata benar kata orang bahwa wajah seseorang bisa menipu kita. Hei, kau pikir aku percaya, wajahmu itu tidak cocok untuk seseorang yang berusia segitu."

"Apakah maksud anda saya ini adalah seorang pembohong?" Tanya nya ia merasa sangat kesal karena mengira ia sedang di ejek.

"Ya sudah kalau begitu, baik nya saya pulang saja" lanjutnya kemudian ia berdiri segera beranjak pulang. Namun apa yang terjadi, lelaki dewasa itu benar benar sangat menyebalkan.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum" Rayhan sengaja menjeda kata kata nya, hanya untuk melihat reaksi apa yang akan terjadi pada gadis imut didepan nya. Dan benar saja gadis bernama Rani itu langsung terkejut dengan binar bercampur takut.

Entah mengapa ia sangat suka melihat ekspresi yang seperti itu, sungguh ia sampai ingin tertawa, namun ia menahan nya dengan menampilkan ekspresi wajah dingin. Huh salah siapa gadis itu kembali menggunakan bahasa yang formal, bukankah tadi ia sudah mengatakan nya.

Dan lihatlah sekarang gadis didepanya ini menundukkan kepalanya tadi, bukankah ia tadi sudah mengatakan nya bahwa ia tak suka bila berbicara tapi lawan bicara nya tak menatapnya.

"Sebelum apa?" Tanya nya tergagap ia masih merasa was was dan harus seperti itu, orang tuanya juga selalu berkata bahwa ia harus selalu berhati hati apalagi kini ia sedang berada di kota orang.

"Ada apa denganmu, kenapa ekspresimu seperti itu, apa kamu sedang sakit?" Rayhan Sedikit perhatian, kini ia benar benar merasa puas melihat wajah memerah milik gadis didepan nya ini.

Wajahnya kini semakin memerah karena mendengar kata kata yang begitu ahhh sekarang ia merasa malu sendiri dengan jalan pikiran di dalam kepalanya..

"Sebelum kamu mengatakan apa tujuan mu kesini.. tentu saja aku ingin menanyakan itu, memang nya apa lagi" jawabnya dengan wajah datar dan mata menyipit.

Rayhan mengajak Rani duduk kembali di sofa itu,, namun dengan keadaa yang berbeda sekarang. Jika ia tadi duduk tepat didepan nya, namun kini ia duduk tepat disamping pria dewasa itu.

Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya,, wajahnya kini masih memanas rasanya,, ia hanya bisa menunduk rasanya entah mengapa sangat malu..

"Sudah berapa kali aku mengatakan Rani aku tidak suka bicara dengan tembok" ketusnya

"Tadi nya aku ke sini mau mempertimbangkan penawaran mu waktu itu tapi ga jadi deh. Jadi sekarang aku mau pulang" katanya mulai berdiri dan beranjak menuju pintu.

"Kenapa tidak jadi,, apa ada persyaratan lain, saya akan mencoba untuk memenuhinya" tawarnya kemudian.

Sungguh ia sudah sangat malas untuk mencari lagi. Belum lagi nanti jika ditanya dengan orang tuanya. Ia mau jawab apa. Jadi ia tak ingin di tanya tanya.

Rani tak menjawab, ia hanya terus melangkahkan kaki nya terus kedepan. Namun ketika Rayhan menyebut nama kakkanya ia berhenti.

Melihat Rani berhenti hati nya sangat senang, ia tak akan menyia nyiakan kesempatan ini, jadi ia membalik kan keadaan seolah ia adalah seseorang yang baik nan murah hati.

"Pikirkan lah dulu baik baik. Ingatlah bagaimana keadaan kakkakmu. Masih ada waktu untuk berfikir kembali. Datanglah kembali besok, besok adalah hari terakhirmu. Dimana lagi coba kau bisa mendapatkan penawaran seperti ini, kau bisa mengajukan persyaratan juga jika kau ingin."

Dan benar saja setelah ia mengatakan itu, Rani berbalik dan menatapnya penuh penekana. Entah apa yang difikirkan oleh gadis yang sedang menatap nya sambil berjalan kembali kearah nya. Oh apakah dia marah.. ya tuhan ia tak bisa meluluhkan hati seorang wanita yang sedang marah.

"Sebenarnya, apa sih mau mu Rayhan. Aku yakin dengan keadaan mu yang seperti ini, kau bisa mencari wanita mana pun yang kau inginkan. Tapi mengapa seolah kau memaksaku?." Tanya nya. Ia memang tak sanggup bila harus membiayai pengobatan sang kakak, tapi ia akan mencoba untuk berusaha.

"Hei, apa yang kau katakan. Sudah ku katakan aku tidak sedang memaksamu. Aku memberimu pilihan Rani. Dimana kata kataku yang membuatmu berfikir jika aku sedang memaksamu? Aku memang bisa mencari wanita lain untuk kujadikan Istri atau simpanan sekalipun, tapi apa salah nya jika aku ingin membantu mu Rani. Kita ini bisa menjadi simbiosis mutualisme. Kita saling membutuhkan, kau membutuh kan aku untuk pembiayaan kakkak mu, dan aku membutuhkan mu untuk menjadi istriku. Dan kalau kau tidak ingin menjadi istriku untuk waktu yang lama, kau bisa memutuskan sendiri seberapa lama kau ingin berdiri disampingku Rani." Jelasnya panjang lebar.

Bersambung...❣

Kepoin Terus yuk Ceritanya..❣

Jangan lupa tinggalin jejak ya guys..❣