webnovel

Chapter 18 Bapak Sayang Sama Ibu

Setidaknya, aku bisa membantu sahabatku terhindar dari tetangga paling menyebalkan. Walaupun belum sepenuhnya yakin bahwa Putri, bakal baik-baik saja tanpa kehadiranku di sini. Sebenarnya, aku ingin sekali bilang padanya. Dari lubuk hatiku paling terdalam, "Putri, tolonglah jangan mengganggap aku seperti anak kecil lagi."

Padahal aku sudah mengatakan sebelumnya, sayang sekali dia beranggapan bahwa aku lagi bercanda. Sontak aku bingung harus mengatakan apa lagi kepadanya? Hah.... punya sahabat bersikap paling benar, dan berusaha mengatur kehidupanku. Padahal dia sendiri baru putus sama mantan terindah! Dari sekian alasan yang sudah berikan padaku.

Baru kali ini aku merasa sudah memberikan pengaruh negatif kepada Putri. Namun, setelah sekian lama jarang bertemu dengannya. Mulai merasakan kembali khawatir terhadap sahabatku, meskipun dia sudah berikan pengaruh positif kepadaku. Sayang 'kan bakat dia enggak di teruskan, siapa tahu suatu saat nanti Putri mendapatkan penghargaan sebagai karyawan teladan?

Sayangnya, ia malah memikirkanku sampai rela datang ke Bandung. Setahu aku pekerjaan Putri masih menumpuk. Bahkan pernah bilang kepadaku, "Citra, tahu enggak bos aku galak. Tidak ke bayang kalau misalkan, Citra bekerja di Perusahaan tempat aku kerja." Hmmmm..... mungkin dirinya ingin aku berada di sana. Agar pekerjaan Putri dapat di selesaikan olehku.

Sayang banget aku sudah bekerja, dan merasa kurang percaya diri. Apabila aku berniat ingin mengundurkan diri sebagai karyawan di sini. Demi bisa bekerja bersama sahabatku. Padahal dia loh yang memintaku untuk bekerja di sini! Keadaan dulu sama sekarang sangat jauh. Bahkan tidak sempat berunding terlebih dahulu.

Agar suasana hati kita berdua dapat di kendalikan, dan enggak banyak berdebat soal mantanku. Padahal aku pun enggak pernah mengungkit masa lalu Putri, demi menjaga urusan pribadinya. Sayang sekali apabila aku menceritakan kepada teman sekelasnya, pernah terjadi keributan bahkan sampai di panggil oleh Guru BK.

Lalu, Putri menjelaskan kejadian gara-gara memperebutkan satu cowok. Hah... mengingatkan sesuatu hal yang pernah aku bilang padanya, "Putri, pernah enggak merasakan sakit hati ketika sudah sayang sama satu cowok? Namun, setelah minta kejelasan malah cowok selalu menghindar terus. Terserah sih, Putri mau percaya atau enggak. Paling penting Citra, sudah beritahu yang pernah terjadi dalam kehidupanku."

Walaupun pada saat itu, aku ingin mengatakan secara jujur. Sayangnya, malah dia enggak percaya justru itu aku rela mengulang kalimat tersebut. Setelah di pikir-pikir kembali membuatku sadar, kejadian tersebut sudah membuat sahabatku risih. Saking risihnya pesan WhatsApp enggak pernah di balas lagi, bahkan pernah di blokir. Selama seminggu kalau enggak salah karena, kejadian sudah lama.

Aku pernah bertanya soal ini kepada Putri, tapi respon malah membuatku bingung. Mau menjelaskan sekali lagi heh.... mendadak ada panggilan dari orang tuaku, "Citra, cepat pulang ya!" dari nada bicara orang tuaku seperti panik. Setelah membalas pesan tersebut malah orang tuaku supaya segera pulang ke rumah.

Sebenarnya, ada apa sampai spam chatting dengan orang tuaku. Sampai-sampai aku punya firasat kurang enak sayangnya, aku tak bisa menjelaskan secara detail. Hal-hal seperti ini lebih sering muncul ketika mengingat cowok yang pernah menyakiti hatiku, padahal aku sudah sayang kepadanya. Lebih ke arah sana sih, setelah itu ya biasa-biasa saja.

Kan, menurutku ada yang kurang enak untuk mendengarkan permintaan dari orang tuaku. Bagaimana pun mereka sudah mendidik sampai sudah merasakan susah payah mendapatkan uang sendiri? Sedangkan, tetangga komplek malah berpikir buruk kepadaku. Ya, sudahlah demi kebaikan bersama. Aku menyetujui permintaan dari orang tuaku.

"Citra, bagaimana sudah di pikirkan belum soal permintaan dari Ibu dan Bapak?"

"Masih berjuang untuk menerima permintaan dari Ibu, dan Bapak. Sayangnya, Citra juga ada keinginan untuk bisa bekerja di Perusahaan ternama di Kota Bandung. Apabila belum tercapai impianku baru bisa pertimbangkan terkait permintaan dari Ibu maupun Bapak,"

"Baiklah, Ibu akan menunggu keputusan dari anak perempuan satu-satunya."

Setelah itu aku sudah tidak komunikasi lagi sama kedua orang tuaku, agar terhindar perdebatan berlebihan. Karena, kejadian tersebut sering terjadi kalau misalkan aku tidak menuruti permintaan dari orang tuaku. Setiba di rumah setelah pulang Sekolah. Kedua orang tuaku langsung bilang secara to the point tanpa adanya basa-basi dulu.

"Citra, kasih tahu keputusan apa mengenai permintaan dari Ibu maupun Bapak?"

"Maaf, apabila aku lancang melawan. Citra, baru pulang Sekolah. Kenapa harus tanya soal itu lagi?" tanya Citra mempertanyakan kepada Ibu soal pertanyaan yang sudah diberikan.

"Iya, karena Ibu penasaran sama keputusannya apa."

"Kan, Ibu bisa tunggu sejenak istirahat. Bapak enggak pernah tanya soal itu,"

"Begini anak Ibu paling tersayang, Bapak itu bagaimana Ibu. Jadi, ketika Ibu minta A pasti Bapak langsung setuju."

"Hah? Itu namanya Ibu egois enggak mengerti perasaan Bapak. Seharusnya, Ibu mengerti keinginan Bapak apa? Jangan mikirin keinginan Ibu."

"Kenapa sekarang Citra, melawan Ibu?"

Setelah terjadi pertengkaran antara aku sama Ibu. Namun, ketika aku mau minta maaf kepada Ibu. Langsung di maafkan asalkan, jangan mengulang kejadian barusan. Sumpah tak habis pikir kenapa Bapak langsung setuju permintaan dari Ibu? Selama seminggu kemudian, Ibu selalu saja membahas permintaannya. Apakah aku sebagai anaknya setuju enggak?

Padahal sebelumnya, aku pernah bilang bahwa permintaannya dapat di pertimbangkan apabila aku enggak di terima bekerja di Perusahaan ternama di Kota Bandung. Terus, sekarang malah menyuruh cepat pulang ke rumah. Hah.... aku juga ada keinginan supaya Ibu tidak usah ikut campur soal kehidupanku seperti apa?

Seperti tidak mempunyai kebebasan ketika keluar dari rumah. Bahkan teman sekelasku mempertanyakan, "Citra, bisa enggak orang tuamu enggak usah ikut campur?" mau jawab secara apa adanya, tapi setelah melihat ekspresi seperti tidak percaya padaku. Jadi, serba salah mau jawab A mereka enggak percaya. Apalagi memberikan alasan tidak masuk akal.

Wah.... hidupku mulai enggak tenang, termasuk kejadian ketika aku mau memperkenalkan seorang cowok kepada kedua orang tuaku. Aku kira bakal setuju untuk berpacaran heh.... reaksi mereka seperti tidak suka apabila aku dekat sama Cowok kurang ajar. Sayang sekali kisah cintaku dengannya enggak bisa berjalan sesuai rencana sebelumnya.

"Bagaimana sekarang hubungan Citra, sama cowok kurang ajar?"

"Iya, itu urusan aku Ibu. Ibu enggak usah ikut campur kehidupanku, lebih baik urusi tuh anak kesayangan!"

"Citra, enggak boleh bilang seperti itu." ucap Bapak sampai kedua pundakku.

"Makanya, Bapak enggak usah menyetujui permintaan Ibu."

"Tapi, Bapak enggak bisa nolak permintaan Ibu."

"Kenapa enggak bisa? Coba jelasin ke Citra."

"Iya, karena Bapak sayang sama Ibu."

Baru kali ini terlihat jelas bahwa Bapak begitu sayang sama Ibu, meskipun pernah terjadi pertengkaran gara-gara Bapak dekat banget sama sekretaris di Kantornya. Namun, aku malah tidak percaya mengenai informasi tersebut.