Setelah melihatku yang sedang bersedih, Budhe memelukku dengan sebelah tangan kanannya, karena ditangan kiri ada Adista dalam gendongan.
"Kamu jangan khawatir, kita semua selalu ada untukmu, Sayang." Ucap Budhe sambil mengelus pelan bahuku.
Aku masih tak bisa menyembunyikan rasa sedihku dari semua orang, nggak akan ada orang yang nggak sedih jika Ibunya marah dengannya sampai beberapa hari.
Apalagi sekarang aku ditimpa sebuah masalah yang bisa menjelekkan nama Ibu di desa ini, Ibu pasti tidak akan memaafkan ku.
"Ibu, Amaira sama sekali tidak melakukan apapun." Ucapku, Ibu justru mengangkat sebelah tangannya seolah menyuruhku untuk berhenti menjelaskan apapun yang terjadi.
Ibu masuk kedalam rumah setelah berpamitan sama Pak Dhe, Budhe dan juga Arkan.
Ibu beralasan kalau ingin melanjutkan masakannya yang masih belum jadi, padahal aku sangat yakin kalau Ibu hanya ingin menghindari ku.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com